E M P A T

307 25 0
                                    

"Bawa aku pergi dari sini"

Butuh beberapa detik untuk Agra paham dengan situasi yang sedang terjadi.

Tanpa berkata-kata lagi, Agra menarik tangan Kayla yang masih memegang lengan hoodie miliknya. Menuntun ke arah motornya yang berjarak beberapa meter dari tempat mereka berdiri. Kemudian memasukkan buku miliknya pada jok motor

"Kay ... ayo pergi dari sini"

Kayla terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya memutuskan untuk ikut naik. Melihat itu, Agra pun segera menjalankan motornya. Meninggalkan kebisingan yang terjadi di rumah tersebut.

Agra sesekali melihat ke arah kaca spion motornya. Dilihatnya Kayla yang hanya terdiam menatap jalanan. Rambut pendeknya berkibar-kibar menutup wajahnya yang terkena angin malam. Ini kali kedua Kayla menaiki motor Agra, dan ini kali kedua juga Kayla menaiki motor Agra tanpa mengenakan helm. Jangan salahkan Agra untuk itu, karena Agra tidak menyangka kedatangannya ke rumah Kayla akan berakhir panjang seperti ini.

Agra sedari tadi hanya berputar-putar pada sekitaran kompleks. Karena kebingungan akan mengajak Kayla kemana. Tidak mungkin kan dia ajak ke rumahnya. Bisa-bisa Ayah dan Ibunya akan heboh. Karena putra bungsu mereka pulang membawa anak gadis. Apa kerumah Arin saja? Tapi Agra saja tidak tahu dimana rumah Arin. Apa Agra tanya saja kepada Kayla? Tapi Agra rasa itu bukan ide yang tepat.

Setelah hanya mengitari sekitaran kompleks Kayla, tiba-tiba Agra melihat ada sebuah taman kompleks. Agra pikir ini tempat yang tepat. Kelihatannya taman ini tidak jauh dari rumah Kayla. Lagi pula ini sudah malam.

Agra memberhentikan motornya.

"Turun Kay"

Kayla yang sedang melamun seolah tersadar dengan suara panggilan dari Agra. "Ya?"

Kayla setengah bingung sembari mengedarkan pandangannya

"Ayo turun dulu"

Kayla akhirnya turun dari motor, diikuti oleh Agra. Setelah melepas helm dan menaruhnya. Agra menuntun Kayla untuk duduk pada bangku taman yang ada.

Keheningan tercipta di antara mereka berdua. Agra sengaja tidak menanyakan apapun yang terjadi dengan Kayla. Agra yakin sekarang yang Kayla butuhkan adalah ketenangan, bukannya pertanyaan-pertanyaan yang syarat akan makna peduli.

Tanpa sadar Agra mengamati wajah Kayla. Entah mengapa, dirinya tidak suka melihat keadaan Kayla yang seperti ini. Malam ini Kayla seolah berbeda dengan Kayla yang biasa Agra lihat di sekolah. Agra lebih senang melihat ekspresi kesal Kayla saat kesulitan mengerjakan soal matematika. Atau ekspresi serius Kayla saat membaca novel yang sambil sesekali membenarkan kacamata. Ah iya ... Agra menyadari Kayla tidak memakai kacamata malam ini. Biasanya Kayla tidak bisa jauh-jauh dari benda tersebut.

Setelah puas mengamati Kayla, Agra mengedarkan pandangannya pada sekitaran taman. Ini sudah pukul setengah sembilan malam, tapi taman kompleks ini masih ramai saja.

"Agra"

Agra menoleh ke arah Kayla "Hmm?"

"Ayo pulang"

Agra mengangguk-anggukkan kepalanya, "Ayo"

Mereka berjalan beriringan menuju ke arah motor Agra. Setibanya di motor, Agra mengambil helm miliknya, namun bukan dipakai pada kepalanya. Melainkan pada kepala Kayla. Kayla yang tadinya hanya memandangi kakiknya, kemudian menoleh terkejut pada Agra

"Biar rambut kamu tidak seperti singa" Ucap Agra dan jangan lupakan tangannya yang seolah-olah memperagakan rambut singa

"Tapi _"

BandageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang