05

39 9 0
                                    

Seoul, 21 April 2016

Keina
"Please, mulai minggu depan, ne?", pinta gw pada Sandy. Sandy adalah sahabat gw semenjak gw pindah ke Korea sekaligus atasan gw. Dialah yang mempunyai coffee shop tempat gw bekerja sekarang. Kami juga berbagi hobi yang sama, sekolah di kampus yang sama, dan sama-sama mencintai musik.

"Emang lo mau ngapain sih? Kuliah juga udah beres. Bukannya lo udah kebagian shift yang enak ya?", jawabnya sambil sibuk merapikan seragamnya.

"Ada yang harus gw lakuin mulai minggu depan. Makanya deal ya?", gw mulai merengek.

"Hmm kayanya ada yang lo sembunyiin dari gw deh. Waegeurae? Cerita dong!", Sandy berhenti merapikan rambutnya dan berpaling kearah gw. Dengan mata menuduh ia berusaha menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi.

Gw berjalan keluar dari ruang ganti ke arah meja kasir, mengelak dari tatapan mata Sandy. "Emm sebenernya kemaren gw ikutan audisi..."

"Audisi? SM? Jangan bilang lo keterima?!", Sandy berkata setengah tercekat. Gw mengangguk.

"Ya ampun Kei! Tega ya lo ga cerita ke gw!", Sandy berkata setengah berteriak sampai pengunjung coffee shop berpaling melihat kami. Gw yang ikut terkejut langsung membekap mulut sahabat gw ini.

"Ko lo ngga bilang sih ikut audisi? Dan lo keterima! Tega ya lo sembuyiin berita besar ini dari gw. Gw sahabat lo bukan sih?!", ujar Sandy terlihat hampir menangis.

"Mianhae. Gw juga gatau bakal keterima. Awalnya gw juga ragu. Tapi akhirnya gw ikut dan langsung diterima.", Sandy yang mendengarnya hanya menghela napas kasar.

"Dan lo harus tebak siapa senior gw disana?"

"Please jangan ambil Suho gw.", ia berkata memelas.

"Park Chan-yeol!"

"KYAAA!!", kami kompak berteriak histeris.

Bagaimana pun juga gw tetap harus mempertahankan kerja sambilan gw disamping kegiatan trainee gw nanti. Selain bekerja di coffee shop mungil milik sahabat gw ini, gw juga menjadi freelance illustrator. Ya, gw dan Sandy juga suka menggambar. Saat ini gw sedang mengerjakan beberapa project menggambar yang juga selalu dikejar deadline. Entah bagaimana gw membagi diri gw dan pekerjaan-pekerjaan ini nanti. Gw tidak sanggup memikirkannya sekarang.

"Jadi deal ya, minggu depan gw jadi shift malem ok?", ujar gw pada Sandy, mencium pipinya sebagai tanda terima kasih, dan melangkah pergi keluar toko.

Seoul, 25 April 2016

Chanyeol
"Udah siap hyung? Let's go!", Sehun merangkul gw dari belakang. Seperti biasa kami bersiap untuk pergi latihan ke gedung agensi setiap pagi. Pagi ini gw dan anak-anak lain berencana untuk melatih beberapa tarian lagu kami.

Lobby gedung terlihat lebih penuh dibanding biasanya. Lalu gw teringat hari ini hari pertama para trainee baru memulai latihan. Terlihat wajah-wajah baru yang bersemangat sedang mendengarkan arahan dari para trainer. Kami pun melangkah melewati mereka dan bergegas menuju studio dance.

Selesai latihan gw beranjak menuju studio rekaman. Di tengah perjalanan gw melihat sosok Keina yang baru keluar dari studio dance yang lain. Tanpa berpikir panjang gw langsung menghampirinya.

"Hei!", gw menyapanya sambil menepuk punggungnya.

"Hai!", balasnya sambil tersenyum. Dia terlihat mengikat rambut sebahunya, cute, pikir gw.

"Gimana kelas pertama? Abis ini lo ke studio rekaman?", tanya gw. Keina melihat handphonenya sejenak.

"Hmm menurut jadwal sih iya.", jawabnya disertai anggukan. "Dan kelas dance pertama benar-benar hell! Gw ga bisa nari!!", ia menghela napas.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang