07

22 4 0
                                    

Seoul, 15 September 2016

Chanyeol
Akhir-akhir ini sikap gw padanya mulai kembali seperti biasa. Kami sudah mulai makan bersama lagi walau tidak seintens awal. Sesuai dugaan, ia sempat menanyakan pada gw apa dia berbuat salah karena sepertinya gw menghindarinya. Gw menjawab tidak ada yang salah dengannya, dan semenjak itu gw berusaha melawan rasa gugup gw tiap kali melihatnya. Perasaan kecewa akibat ia terlihat biasa saja di depan gw dan malah gw yang gugup, membuat gw juga menjadi lebih mudah untuk mengontrol perasaan gw padanya. Walau tetap saja lebih banyak perasaan care yang tampak dari gw, dibandingkan perilaku sok-sok cuek yang berusaha gw ciptakan agar rasa suka gw terhadapnya tidak terlihat olehnya dan orang di sekitar kami. Dengan harapan, suasana berteman kami pun kembali seperti dahulu.

Sampai akhirnya gw berniat untuk tidak menghindarinya dan bersikap let it flow dengan apa yang akan terjadi. Gw menjadi tidak peduli apakah nantinya gw bakal terlihat suka dengannya atau biasa saja. Gw membiarkan diri gw care dengannya, bersamaan dengan sikap jail gw yang biasa gw tampakan pada siapa saja. Gw yakin, kalau Keina adalah orang yang sensitif, dengan perlakuan gw yang begini terhadapnya, dia bakal tau kalau gw menyukainya.

Seoul, 17 September 2016

Keina
Ada yang salah dengan oppa. Gw yakin gw melakukan sesuatu yang salah. Tidak biasanya dia seperti ini. Sulit dihubungi, menghindar setiap kami berpapasan. Gw memutar otak dengan keras, sejak kapan hal ini terjadi. Apa yang gw lakukan sampai dia bertingkah seperti ini. Gw terus berpikir sampai tidak menyadari oppa sudah memasuki studio dan duduk disebelah gw.

Omo!”, gw berteriak. Lalu gw terdiam. Sudah beberapa minggu ia menghidari gw, dan sekarang dia duduk dengan santai disebelah gw lagi. Apa yang salah dengannya sih?

“Jadi mana lagu lo? Ujian kemarin lancar kan? Sorry ya kemarin-kemarin gw lagi sibuk.”, ia berucap seakan tidak ada yang terjadi.

Lega dengan perkataan dan sikapnya, gw pun bisa kembali berlaku santai padanya. “Lo gapapa kan oppa? Gw bener-bener kepikiran gw berbuat salah sama lo. Maaf ya.”, gw tetap meminta maaf.

“Apaan sih, biasa aja kali.”, sambutnya sambil tersenyum tanpa memandang gw. Masih ada yang salah. Pikir gw. Dia selalu melihat gw kalau ngobrol. Kali ini ia selalu memalingkan pandangannya.

“Jadi mana coba lo mainin dulu.”, tanpa banyak pertanyaan lagi gw mulai mengambil posisi dan memainkan piano gw dihadapannya. Latihan pun berjalan seperti biasa. Kami bergantian memainkan piano. Sesekali ia berkomentar dan menambahkan nada-nada yang menurutnya lebih baik ditambahkan atau dikurangi. Sampai tidak sengaja gw memegang tangannya untuk memberitahunya bahwa kunci yang ia mainkan salah. Seketika ia terperanjat sampai terbangun dari duduknya. Gw pun mengangkat tangan gw dengan panik dan memandangnya meminta maaf. Terlihat wajahnya bersemu merah sambil balas memandang gw. Seketika gw tersadar sesuatu. Mungkinkah dia..

Ah ga mungkin. Ya kan?

Seoul, 18 September 2016

Chanyeol
Gw yakin Keina harusnya sadar dengan apa yang gw rasakan. Sejak kejadian kemarin saat kami latihan, perlakuannya pada gw tampak sedikit berbeda. Seakan dia berpikir ada sesuatu yang terjadi dengan kami. Dengan sedikit lebih percaya diri, gw memutuskan untuk mengatarnya pulang. Gw pun mengiriminya pesan untuk janjian di studio sore ini. Tak lama ia pun datang dari latihan dancenya.

“Hai, ada apa oppa?”, tidak sesuai perkiraan sikapnya sudah berubah seperti sedia kala. Meninggalkan gw yang lagi-lagi malah gugup berhadapan dengan sikap percaya dirinya.

“Emm, ngga. Lo udah selesai latihan? Jaga coffee shop ngga malam ini?”, tanya gw.

Ia pun mengangguk. “Kenapa? Lo mau bantuin gw di coffee shop? Wah pasti kebanjiran pengunjung nih kalo lo kesana. Yuk!”, dia berkata dengan semangat.

“Yee ya kali!”, gw menjawabnya. Gw bersyukur dia adalah anak yang supel dan dapat mencairkan suasana yang canggung. “Gw bakal pulang malem juga nih hari ini, ntar pas shift lo beres gw jemput yah?”, gw berkata.

“Yaah gw kira lo mau ikut sekarang. Haha! Oke deh, ntar kabarin aja yah, siapa yang beres duluan dia yang nyamperin. Oke? Bye gw cabut dulu, telat nih.”, ia menyahut dengan cepat lalu berjalan pergi.

Jam menunjukan pukul 23.46. Waktu shiftnya beres seperempat jam lagi. Gw yang daritadi ngga ngerjain apa-apa akhirnya memutuskan untuk pergi menjemputnya lebih awal. Gw pun sampai di coffee shopnya 20 menit kemudian dan mendapatinya sedang bersiap-siap menutup toko. Gw melambai padanya dan masuk ke dalam toko yang sudah gelap.

“Cepet amat, gw pikir lo bakal kelupaan gara-gara bikin lagu.”, ujarnya sambil meneruskan beres-beres.

Gw pun dengan sigap membantunya menutup pintu dan jendela toko tanpa menanggapi komentarnya. Setelah itu ia pergi ke dapur dan mulai membersihkan peralatan lainnya. Gw menawarkan untuk membantu yang akhirnya ia tolak. Dia malah meminta gw untuk duduk di sebelahnya dan meminum coklat panas sambil memutar lagu untuk menemaninya bekerja.

Gw membuka percakapan, “Btw, sebenernya gw ada tawaran main drama. Gimana menurut lo?”

“Oya? Emang lo bisa acting?”, sahutnya. “Pengalaman baru tuh, ambil aja kali oppa. Memang kenapa ko lo ragu-ragu gitu?”

Sebenernya gw ragu karena gw yakin jika mengambil drama, gw akan cukup lama pergi dari kegiatan gw bermusik. Otomatis gw juga bakal jarang bertemu dengannya. Entah ia sadar dengan keadaan itu dan bersikap biasa saja, atau dia tidak sadar dan berpikir kami akan tetap seperti biasa.

“Ya gapapa. Gw masih mikir-mikir aja sama jadwalnya.”, gw berkata.

“Emang kenapa? Lo juga lagi ga sibuk sama EXO dan lainnya kan?”, jawabnya santai. Oke fix dia benar-benar biasa saja, pikir gw sedikit sedih. Gw pun menjawabnya dengan anggukan.

“Yuk gw udah beres nih.”, ia berkata sambil membuka celemeknya dan berjalan menuju pintu belakang. Gw mengikutinya dalam diam.

Gw pun mengantarnya tanpa banyak berkata. Sejujurnya gw ingin dia mengatakan kalau dia lebih menginginkan gw untuk tidak mengambil drama dan tetap bermusik bersamanya. Tapi apa yang gw harapkan? Gw menarik napas dan mengambil keputusan untuk menerima tawaran drama itu besok.

 Tapi apa yang gw harapkan? Gw menarik napas dan mengambil keputusan untuk menerima tawaran drama itu besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang