06

32 9 0
                                    

Seoul, 16 Agustus 2016

Chanyeol
Gw menatap jam di tangan gw. 01.27. Waktu selalu berjalan cepat saat gw mengutak-atik lagu. Gw santai sejenak dan mendengarkan dengan seksama. Malam ini rasanya lebih sepi dibanding malam-malam lainnya. Biasanya masih banyak orang-orang yang baru selesai latihan sampai dini hari. Tiba-tiba perut gw berbunyi protes. Gw teringat belum makan semenjak siang tadi. Akhirnya gw memutuskan untuk memesan layanan pesan antar dan menginap di studio. Segera gw beranjak dari meja kerja gw menuju kursi sofa untuk mengambil dan membaca notifikasi di handphone yang belum gw buka sejak sore kemarin.

“BRAAKK!”

Gw terloncat kaget mendengar suara pintu studio yang tiba-tiba terbuka. Bahkan suara pintu menjadi dua kali lipat lebih keras di malam yang hening ini.

“Hahahaha apaan sih lo kagetan banget jadi orang!”, terdengar suara yang sudah tidak asing bagi gw.

“Lah Kei, ngapain lo tengah malem gini ke sini? Ngagetin gw aja lo!”, gw berujar kesal sambil melemparkan boneka bantal di sofa kearahnya.

“Hahahahaha lo harus liat muka lo deh. Hahahahaha!”, ia terus saja menertawakan gw.

“Lo kan tau gw anaknya kagetan Kei! Ah!”, gw kesal bercampur malu menanggapinya. Dengan cepat gw beranjak kembali menuju meja kerja gw. Salah satu sifat buruk gw adalah saat sedang membuat lagu dan tidak berjalan lancar, gw menjadi sangat sensitif dan pemarah. Gw pun menjadi moody dan tidak friendly seperti gw yang biasa. Akan tetapi semenjak gw bekerja bersama Keina, ia mampu mengatasi masalah moody gw dengan karakternya yang santai. Itulah yang terjadi saat ini.

Mianhae oppa..”, ujarnya. “Nih gw bawain donat sama kopi. Lo pasti lupa makan kan?”, dengan santai ia menyodorkan sebuah paperbag berisi sekotak donat panas dan satu cup kopi.

“Ngapain lo kesini malem-malem gini?”, tanya gw sambil mengambil kopi dari tangannya. Berusaha mengatasi kekesalan gw padanya tadi. “Hmm, nice coffee. Darimana nih?”, tambah gw teralihkan dengan rasa kopinya yang tidak biasa.

“Enak kan? Itu kopi dari coffee shop sahabat gw. Salah satu yang terbaik sih menurut gw.”, jawabnya sambil sibuk mencari sesuatu. “Lo liat satu map warna hitam ga sih di sekitar sini. Isinya buku-buku catetan gw. Gw yakin ketinggalan disini.. Ah ini dia!”

“Jadi lo kesini bukan buat nengokin gw? Kecewa.”, gw berkata.

“Mana gw tau lo masih disini. Chat gw aja ga lo bales dari tadi. Gimana progress lagunya? Mau denger dong!”, dengan santai Keina duduk disebelah gw menunggu gw memainkan lagunya. Betapa lucu keadaan ini menurut gw, mengingat kurang dari setaun yg lalu dia sangat gugup saat gw duduk disebelahnya.

Nope, belom nambah apa-apa. Jangan tanya-tanya.”, ujar gw frustasi. Gw pun menunduk lesu di meja sambil memperhatikan layar komputer di depan gw. Tiba-tiba terlintas satu ide dibenak gw.

“Kei! Jalan-jalan yuk!”, ajak gw bersemangat.

“Hah? Jalan gimana? Right now? Di pagi buta gini?”, belum selesai dia bertanya, gw langsung menggaet tangannya sambil mengambil beberapa barang gw di atas meja dan menariknya keluar studio.

Sesuai perkiraan, Kei tampak acuh tak acuh. Tanpa banyak pertanyaan susulan mau pun komentar, ia menaiki Selena, double cabin kesayangan gw, dan duduk manis di kursi penumpang sebelah gw sambil makan donat dan menyeruput kopi yang tadi dibawanya. Sifatnya yang easy going dan santai membuat gw merasa nyaman bersamanya.

“Wah selera mobil lo bagus juga.. Btw, gw boleh sambil makan disini ga?”, setelah gw jawab dengan anggukan ia meneruskan kegiatan makannya. “So, ide gila apa lagi yang mau lo lakukan?”, tanyanya datar.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang