13

26 5 4
                                    

Seoul, 27 Desember 2016

Chanyeol
Gw memutuskan pergi lebih cepat dari jam yang gw janjikan pada Keina. Banyak yang ingin gw tanyakan padanya. Pesan yang gw kirimkan tadi malam pun tak kunjung dibalasnya.

Sesampainya gw di depan rumahnya, gw mengetuk pintunya sambil meneleponnya. Tak lama telepon gw pun diangkat.

Oppa! Maaf gw belom cek hp lagi! Gimana hari ini? Lo bakal jemput jam berapa?”, gw dihujani rentetan pertanyaannya. “Bentar gw sambil liat keluar, ada yang ngetok pintu.”, ujarnya. Tak lama, pintu di depan gw pun terbuka.

“Ini gw.”, sahut gw singkat. Lalu dengan terburu ia menutup kembali pintu rumahnya.

“Ko lo udah ada disini lagi sih? Gw kan belom siap-siap!”, teriaknya.

“Gw selesai lebih cepat. Gw boleh masuk?”, tanya gw.

Sesaat tidak ada jawaban darinya.

“Kei?”, panggil gw.

Ne.”, jawabnya. “Oke lo boleh masuk tapi jangan ada pertanyaan sama sekali ya.”, katanya.

“Pertanyaan apaan sih.”, gw berkata sambil tertawa. “Lo udah mandi belom? Ko lo bau? Kenapa lingkar mata lo item banget? Kamar lo berantakan?”, ujar gw bercanda sambil tertawa. Sampai akhirnya dia membukakan pintunya.

“Kei! Muka lo kenapa?”, gw kaget melihat setengah mukanya yang  lebam. Ia pun menatap gw galak, mengingatkan gw tidak boleh ada pertanyaan sama sekali.

Gw berusaha menutup mulut gw dari berbagai pertanyaan. Gw sangat khawatir dengannya. Sampai akhirnya gw mendekatkan diri dan memegang wajahnya dengan hati-hati. Memperhatikan bekas luka tersebut. Ia pun hanya terdiam. Kelihatannya berasal dari tamparan. Dengan siapa ia bertengkar? Kenapa?

“Tunggu bentar disini ya, gw siap-siap dulu. Baru nanti kita cabut.”, ujarnya.

“Gausah, perginya ga jadi aja.”, timpal gw. “Kita ngobrol-ngobrol di rumah lo aja. Boleh?”, tanya gw.

Sesaat dia memandang gw, lalu akhirnya mengangguk. Kelihatannya juga dia mengantuk karena kurang tidur. Gw pun merasa demikian.

“Kalau gitu kita mau makan apa? Delivery? Apa lo mau makanan rumah aja gapapa?”, tanyanya sambil pergi ke dapur. “Coba kita cek ada apa di kulkas..”

Gw memperhatikannya. There’s something wrong with her. Ada yang dia tutupi dari gw, gw bisa merasakannya. Dan gw merasa seakan ia sedang mengemban masalah yang cukup berat. Terlihat dari pandangan matanya. Akhirnya gw tak tahan lagi dan mulai bertanya.

Are you ok Kei?”, tanya gw.

Tak ada balasan darinya. Gw juga tidak bisa melihat raut mukanya karena dia memasak memunggungi gw. Akhirnya gw memutukan untuk diam dan memperhatikan sekeliling.

Rumahnya adalah sebuah pavilion kecil yang sangat nyaman. Ternyata dia anak yang rapi. Terdapat beberapa sketsa hasil gambarnya yang ia gantungkan di dinding. Beberapa pajangan kecil di meja samping tempat tidurnya. Rak dengan berbagai jenis buku menjadi pembatas antara tempat tidurnya dengan ruang yang gw duduki sekarang. Di meja depan sofa yang gw duduki, terdapat meja penyimpanan yang berisi album-album kami, EXO. Gw tersenyum mengingat kali pertama gw bertemu dengannya.

Gw memutuskan untuk membantunya memasak. Tanpa bertanya, gw mengambil celemek yang tersampir di kursi makan dan memakainya. Membantunya mencuci sayur dan memotong-motongnya. Sesaat  kami bekerja dalam diam. Tak seperti Keina yang biasa, keceriaannya seakan lenyap.

“Kei, lo tau kan kalau lo ada masalah lo bisa selalu cerita sama gw.”, gw berkata. “Jangan dipendem Kei. Atau kalau lo emang lagi ga mood cerita, yaudah sekalian lupain, kita ngobrol yang lain. Oke?”, ujar gw sambil memandangnya.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang