14

22 6 0
                                    

Seoul, 20 Maret 2017

Kai

"Good morning Keina! Gimana tidurnya semalem? Mimpiin gw dong?", gw menyapa sambil menggodanya. Tampak wajahnya bersemu merah sambil mendorong gw menjauh.

"Apaan sih lo oppa. Jangan gangguin gw terus kenapa sih. Gw malu tau!", sahutnya sambil mencubit lengan gw.

"Makanya biar ga malu, lo jadi cewe gw aja. Biar sekalian. Gimana?", sebenarnya kata-kata suka seperti ini bukan bahan bercandaan bagi gw, tapi Keina selalu menganggapnya seperti itu. Gw pun akhirnya nothing to lose. Dengan harapan suatu saat ada momen yang pas untuk benar-benar menyatakan perasaan gw padanya.

Beberapa bulan terakhir ini, gw dan Keina benar-benar semakin dekat. Kadang terlihat seperti sahabat, kadang juga sebagai kekasih. Sayangnya Keina tidak merasa demikian. Ia sama sekali tidak pernah menggubris ucapan gw saat berkali-kali dengan tulus mengatakan suka padanya. Apakah dia belum bisa melupakan Chanyeol hyung?

"Btw, ada yang mau ulang tahun nih.. Udah siap nraktir gw makan daging sepuasnya belom?", gw berkata.

"Kado dulu sih baru minta traktiran.", jawabnya acuh.

"Emang lo mau kado apa dari gw? Dijadiin pacar aja gamau. Padahal itu kado yang diinginkan banyak orang loh!", gw membalasnya. Ia pun balas memukul gw dan berjalan meninggalkan gw. Gw cepat-cepat mengejarnya.

"Haha bercanda Kei! Jadi lo mau apa dong, gw nanya aja deh biar ntar lo seneng pas nerimanya."

"Tapi nanti jadi ga surprise dong!", protesnya.

"Yaudahlah udah gede juga. Cepetan mau apa?", tanya gw memaksa. Ia pun berhenti dan terlihat berpikir.

"Hmm. Daffodil?", ujarnya.

"Hah? Daffodil? Apa tuh?", tanya gw. Tapi dia hanya membalasnya dengan senyuman lalu berlalu masuk ke kelas vokalnya sambil melambaikan tangan.


Seoul, 23 Maret 2017

Keina

"Terima kasih, sampai bertemu kembali!", ujar gw pada pelanggan terakhir malam itu. Dengan semangat gw mulai beres-beres menutup coffee shop. Sesibuk apa pun gw latihan, gw tetap tidak bisa berhenti menjaga coffee shop ini. Bekerja di sini sekarang adalah satu-satunya pelepas penat gw dari jadwal latihan gw yang padat. Belum lagi bullying para senior trainee gw yang tak kunjung berhenti. Lama-kelamaan gw pun merasa muak. Akan tetapi gw bingung untuk berkeluh kesah pada siapa, sampai akhirnya gw memutuskan untuk berdiam diri saja.

Sejak perlakuan senior gw yang tertangkap basah oleh Kai, mereka jarang berbuat ulah di depan umum lagi. Tapi bukan berarti mereka berhenti. Seberapa besar gw melawan pun pada akhirnya gw kalah jumlah. Akhirnya yang bisa gw lakukan sekarang hanyalah tidak menanggapi sama sekali.

Dengan bekerja di sini sampai larut malam pun membuat pikiran dan diri gw sibuk sehingga gw bisa melupakan Chanyeol oppa. Semenjak akhir tahun lalu hubungan kami semakin melonggar. Walau pun gw dan dia sudah saling meminta maaf atas yang terjadi hari itu, akan tetapi kami belum pernah bertemu lagi.

Gw mulai membereskan toko sambil mendengarkan musik yang gw pasang di audio toko. Saat gw sedang menutup pintu toko, terdengar ketukan pada kaca toko yang membuat gw terkejut. Ternyata itu adalah Kai.

"Hai birthday girl! Happy 23rd March!", sahutnya.

Sekilas gw melihat jam di dinding. Sudah lewat jam 12 malam. Selamat ulang tahun Keina, gw mengucapkan dalam hati. Lalu cepat membukakan pintu lagi untuk Kai. Ia pun masuk dan memberikan gw sebuah kantong.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang