08

33 7 0
                                    

Seoul, 8 Oktober 2016

Chanyeol
Ternyata keputusan gw untuk mengambil tawaran drama ini tidak sepenuhnya gw sesali. Banyak orang-orang baru yang gw temui dan pastinya pengalaman baru yang gw dapatkan. Sebenarnya awal pembacaan naskah drama baru dimulai akhir Oktober nanti, akan tetapi dari awal bulan, gw sudah cukup sibuk mempersiapkan perintilan lain untuk keberlangsungan drama ini.

Gw juga sudah mulai bertemu dan berkenalan dengan casting dan juga staf lainnya. Kami mulai hangout bersama dengan maksud agar tidak canggung saat memulai syuting nanti. Bahkan gw sudah mulai akrab dengan lawan main gw di drama tersebut.

Walau gw masih selalu pergi ke studio agensi dan berlatih di kala waktu luang, namun makin lama intensitasnya sudah mulai berkurang. Dan seperti yang gw duga, gw pun semakin jarang bertemu dengan Keina. Bahkan, gw yang kemarin-kemarin selalu kepikiran tentangnya, sekarang menjadi teralih dengan kegiatan baru gw.

Tapi tak bisa gw pungkiri, rasa kangen pada Keina masih selalu ada, apalagi jika gw sudah bersiap tidur. Layaknya orang  yang sedang kasmaran dan tidak bisa bertemu setiap hari, gw selalu galau jika ingin mengiriminya pesan. Satu yang membuat gw ragu adalah dia sangat jarang menanyakan kabar gw duluan. Gw jadi gengsi ketika selalu ingin menanyakan kabarnya. Apa dia benar-benar tidak peduli pada gw?

Kegalauan gw pun akhirnya gw sampaikan pada D.O, teman curhat dikala gw mempunyai sesuatu hal yang mengganjal pikiran gw. Malam ini, karena gw tau Kai pasti berlatih sampai larut dan gak akan pulang dalam waktu dekat, gw sengaja masuk ke kamar mereka sambil membawa snack dan minuman untuk menemani kami mengobrol. Kai dan D.O adalah teman sekamar di dorm kami.

“Hmm. Yaa tembak aja? Selesai deh.”, ujar D.O polos setelah mendengar cerita gw.

“Ya ga segampang itu dong!”, protes gw kesal. “Melihat tingkahnya kayanya dia ga suka sama gw deh.”, tambah gw minder.

“Yaudah, paling ditolak. Tapi abis itu kan beres. Lo juga gausah kepikiran lagi. Bisa cari sasaran baru.”, jawabnya masih tetap tanpa ekspresi.

“Haaaa! Cape gw cerita sama lo. Malah jadi makin galau gw!!”, gw berkata sambil menghempaskan diri ke tempat tidurnya. Gw memejamkan mata. Memikirkan apa yang harus gw lakukan dan mengapa gw menjadi segalau ini jika berurusan dengan cewe yang gw sukai.

“Kapan Keina ulang tahun? Lo bikin surprise aja buat dia. Syukur-syukur lo berani sambil nembak. Beres deh, siapa sih yang gak tersentuh sama romantisnya Park Chan-yeol?”, D.O kembali memberi saran.

Gw membuka mata dan terduduk. Sekilas terlintas ide brilliant di otak gw. Gw bangkit dan memeluk D.O. Kali ini gw setuju dan menerima saran darinya.

Seoul, 20 Oktober 2016

Keina
“Huuuuuft!!”, gw menghembuskan napas berat. Gw menyesal telah menyarankan oppa menerima tawaran drama. Gw benar-benar jadi sangat jarang bertemu dengannya. Sebenarnya, sedikit banyak ia selalu menjadi penyemangat gw untuk datang latihan ke studio. Dia juga selalu menemani gw menyelesaikan lagu-lagu yang akan gw tampilkan pada evaluasi setiap akhir bulan. Gw benar-benar kangen dengan kehadirannya.

Tapi kalau pun waktu itu gw melarangnya memang dia bakal mendengarkan gw? Gw menggelengkan kepala. Tersadar dari lamunan akan oppa, gw melihat ke arah kertas sketsa yang masih putih bersih di depan gw. Gawat, selain persiapan evaluasi akhir bulan, gw masih harus menyelesaikan beberapa projek gambar yang harus gw kirim besok malam. Karena gw sudah tidak dapat berkonsentrasi di dalam studio, gw memutuskan untuk pindah ke café agensi yang berada di lantai bawah sambil mencari suasana baru. Sekilas gw melirik jam pada dinding studio. 00.23. Seharusnya café sudah tutup dan sepi. Sempurna, pikir gw.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang