"Bantu aku, melupakan masa lalu ku dan menyusun masa depanku bersama mu" - A
-
Raja siang tidak begitu manampakkan diri sejak pagi tadi. Mendung menyelimuti sebagian Bandung sejak kemarin sore, namun hujan tidak kunjung turun untuk memberikan suatu kejelasan dan kepastian.Tidak berbeda dengan Clara, Ia hanya bisa berdiri, duduk, lalu berdiri lagi dengan perasaan yang masih bercampur aduk. Mungkin dapat kita katakan bahwa Clara terjebak dalam suatu ikatan antara merelakan dan memilih.
Pada akhirnya tubuhnya yang berdiri pasrah itu menyandarkan punggung nya di sudut dekat kolam rumahnya. Airnya terlihat tenang, tidak ada suara bising-bising apapun, keadaannya begitu senyap. Namun apa? Clara tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan yang begitu damai sedangkan dirinya merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling tersakiti di antara orang-orang yang sama-sama sedang berjuang.
Ponsel yang ia taruh di meja tepat di sisi kirinya tiba-tiba bergetar. Dengan cepat Clara langsung mengambil ponsel itu dan melihat Vanya yang menelponnya.
Tante Vanya is calling
📲 /❌"Halo Tan,"
"Halo iya, Clara. Sebelumnya tante mau minta maaf kalau ternyata tante harus interview dulu sebelum ninggalin tugas disini yang kurang lebih sampai satu minggu."
"Gapapa tan, asalkan tante jaga kesehatan pasti Clara tenang-tenang aja kok dirumah."
"Duh maaf ya sayang sekali lagi. Tante tutup ya teleponnya, wassalamualaikum,"
"Waalaikumsalam."
Beep
Sedetik setelah telpon terputus, Clara kembali melamun. Dan tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam rumah tanpa sepengetahuannya dan seenaknya menepuk pundak Clara. Namun apa responnya? Ia hanya diam tanpa berkata apapun.
Untung saja orang itu hanyalah Bintang, dan sebenarnya Clara juga sudah tahu bahwa Bintang pasti akan datang menemuinya.
"Sorry aku langsung masuk, habisan bel di pencet berkali-kali kamu nggak keluar." alibinya sambil melepaskan tas yang berada di punggungnya.
Sedingin-dinginnya Clara, kali ini ia hanya menjawab perkataan Bintang dengan tampang datar tanpa cekung maupun cembung.
"Bel nya rusak, sorry!"
Bintang berdeham pelan "Ealahh untung sayang," katanya menggunakan nada seindah mungkin "Oh iya, besok kamu harus sekolah. Aku nggak peduli si ayam gunung ngomong apaan, intinya kamu nggak salah dan nggak pantas untuk disalahkan!" murkanya pada Bu Heny
Clara pun sedikit geli mendengarnya "Keputusan tetap keputusan," katanya sambil mengubah posisi berdirinya dan memilih duduk di kursi sisi kolam.
Bintang hanya mengikuti arah Clara jalan dan ikut duduk seakan ia adalah bayangan Clara.
"Tapi Ra,--"
"Udah lah Bintang, lagi pula gue juga nggak keberatan kok di skors. Cuma empat hari, gue nggak akan kehilangan ilmu gue begitu aja kan selama hari itu? Kan ada lo yang bisa ngajarin gue ntar," cerca Clara sambil tersenyum picik pada Bintang.

KAMU SEDANG MEMBACA
[GAUSAH DIBACA]
RomanceTidak ada yang tidak mungkin, namun kita akan akan belajar dari ketidakmungkinan -