Sebuah Tamparan

20 9 5
                                    

Seantero sekolah terheran melihat air muka Purnama yang dengan bahagianya ia tunjukkan pada siapapun yang bertukar pandang padanya.

Tidak ada penghuni sekolah ini yang mengetahui kejadian siang lalu, kecuali Mona dan tiga pemeran utama.

Daftar absensi menunjukkan bahwa Bintang dan Clara tidak hadir disekolah pagi ini tanpa keterangan. 

Brukk..

Kedua tubuh itu tidak sengaja bertubrukan di tangga,

"Eh sorry-sorry" ucap Mona yang masih menunduk memegangi bahunya.

"Yoi santai aja".

Mona tidak asing dengan suara itu, tangannya dengan cepat mengepal dan menarik kasar lengan orang itu.

"Kurang ajar lo ya! Dasar trouble maker pengecut!" tukas Mona dengan suara yang pelan.

Lelaki itu menghempaskan lengannya dari cengkraman Mona, dan membalas tatapan panas Mona dengan tatapan sesantai mungkin.

"Kenapa lo? Kok lo yang ribet? Mau gue peluk juga?" Balasnya seperti tak acuh.

Plakk..

Entah disana Mona sangat tersakiti oleh perkataan dan kelakuan Purnama terhadap dirinya dan Clara. Tangannya melayang begitu saja pada pipi Purnama yang memang patut diperlakukan seperti itu.

"Brengsek lo dasarrr!! Udah tua bukannya inget mati, malah makin gabener! Sialan lo ya emang" bentak Mona dengan nafas yang tersenggal-senggal.

Keadaan di tangga mulai padat saat itu juga, ada yang sibuk merekam, memanas-manaskan, dan dengan baiknya juga ada yang berusaha untuk melerai.

"Terserah lo ya dasar kampungan!" ucap Purnama pelan "oh iya satu lagi. Lo itu masih junior, dan lo tau kan gue ini siapa?" Bisiknya, lalu dengan bahagianya pergi dari semua keramaian ini.

Mona hanya bisa meredam emosinya.

...

Dion datang menghampiri Mona yang sedang berdiam sendiri di kelas.

"Eh, Mon. Clara kemana ni?" Tanya Dion duduk dihadapannya.

Mona mengernyitkan dahinya, "mabok apa lo nanyain Clara?"

Dion menghembuskan nafasnya kasar, "gue ini ketua kelas, apa salahnya coba nanyain Clara?"

"Apa hubungannya coba lo tanya-tanya?", mereka hanya membolak-balikan pertanyaan.

"Lieur ah," ucap Dion pasrah "kumaha anjeun weh."

Dion segera pergi dan Mona hanya tersenyum lesu.

Mona mengambil ponselnya di kantong, mencari nomor telepon Clara. Dan segera mengubunginya.

"Halo Ra,"

"Iya Mon, aya naon?"

"Gelo maneh malah nanya, kenapa lo gamasuk?"

"Kesiangan"

"Tong api-api"

"Apatuh artinya??"

"Jangan pura-pura, masa gatau si ah"

"Oh, yakan gue belom biasa. Gapapa si ah, oh iya nanti kerumah aja. Gue mau maen"

"Tumben lo. Yaudah deh sip,udah bel. See u"

"Too"

Buru-buru Mona memasukkan ponselnya kedalam laci meja.

Bu Henny masuk kedalam kelas dengan tangan kosong. Mungkin tidak terlalu penting untuk kami mengenai materi bk baginya, karena pada akhirnya orang yang masuk dalam perangkap ruangannya hanya orang itu lagi dan lagi.

"Clara tidak masuk ya?" Tanya Bu Henny tiba-tiba, mengedarkan matanya dari ujung ke ujung.

Dion angkat suara, "gak ada keterangan bu."

"Iya ibu tau, Bintang juga gak masuk kan? Ada apa dengan mereka," ucap Bu Henny pelan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Untung saja pertanyaannya tadi tidak di perpanjang.

...

Mona melaju bersama motornya menuju rumah Clara. Ia masih saja terbayang oleh kejadian kemarin. Melihat aksi licik itu di depan matanya.

Namun untungnya Mona positive thingking terhadap Clara. Karena sangat tidak mungkin jika Clara selicik itu. Yang ia tahu, Purnama, si trouble maker pengecut nan licik adalah dalang dari semua ini.

Ting tong ..

Mona sudah berpijak di depan pintu rumah Clara. Matanya melihat sekeliling halaman rumah ini. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Bintang disini. Tebakannya pun salah sedari tadi bahwa Clara mengundangnya untuk membantu menyelesaikan masalah ini dengan lelakinya itu. 

"Mon!" Teriak Clara mengejutkan.

"Apasi lo gue panggil dari tadi malah bengong" tambah Clara.

Mona menggaruk tengkuknya, "gak ada Bintang?" Tanyanya ragu.

"Eh masuk dulu ayo, kosong" jawab Clara bermaksud untuk mengiyakan namun tidak langsung pada tujuan.

"Mau minum apa? Gue tau lo haus!" tawar Clara.

"Yaelah gausah kali, nanti kalo minum biar gue ambil sendiri," tolak Mona halus "oh iya gimana tuh?" Tanya Mona tiba-tiba.

"Apanya yang gimana?" Clara mengernyitkan dahinya.

"Purnama bahagia banget tadi, terus gue juga sempet ribut sama dia. Sebel banget gue bangsat, dia kenapa gitu sih?! Kenapa gak mati aja?! Brengsek banget anj--"

"Udah Mon, gue baik-baik aja lagian," potong Clara dengan senyum terpaksa.

"Ra, lo udah gila ya? Jelas-jelas lo udah punya Bintang yang pasti bakal ngelindungin elo. Tapi kok lo malah biasa gini aja sih? Atau jangan-jangan lo em--"

"Mona, gue gak ada apa-apa sama cowok itu." potong Clara lagi.

"Bintang juga gak ada keterangan tadi pagi," alibi Mona.

Clara hanya diam tanpa merespon apa-apa, justru ia berpaling pada topik yang lain.

"Mon, nginep rumah gue yaaaa!" pinta Clara memohon.

"Bintang suruh kesini napa, gereget gue ish." pinta Mona juga.

"Mon, gue beliin Mc'd dehh ya pleasee," sogok Clara tidak menggubris permintaan Mona.

"Ra,--"

"Mon..."

Mona menepuk jidatnya frustasi, "hoream ah"

"Tong kitu atuh" ucap Clara merajuk.

...



Vote atuh masih anget,

Bageur pisan kalo udah voment mah❤

Belajar sunda dong gua haha

Krn bcs author bkn aseli sunda😥

[GAUSAH DIBACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang