Telepon Malam

33 5 1
                                    

Sekarang memang sedang sendiri. Namun ingatan, tidak mampu untuk pergi - A

...

'Gue dimana?'

Lelaki itu bergumam setelah sadar dari tidur pulasnya.

Sorot matanya mengelilingi setiap sudut ruangan dingin ini.

'Lo siapa?'

Tanya nya kepada orang yang sedang membenahi selang kecil yang menautkan infus di punggung tangannya dengan mata yang sayup-sayup.

"Maaf mengganggu istirahat anda," ucap dokter itu ramah "tapi syukurlah jika anda sudah sadarkan diri".

"Mama" ucap lelaki itu seperti sapaan kepada sang dokter.

"Ma-af, saya dokter Andien. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Andien ramah.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya, "maaf, sa-saya salah orang".

Tiba-tiba seorang suster masuk membawa sebuah papan dan selembar kertas beserta pulpennya.

"Selamat malam," salamnya ramah.
"Mengganggu sebentar ya dok, saya ingin menanyakan identitas pasien".

Suster itu memberikan simpul manis kepada pasiennya, "permisi, bagaimana keadaan anda?".

Lelaki itu hanya menggangguk.

"Saya ingin mengisi identitas pasien, siapa nama anda?" Beo suster itu mulai bertanya.

"Bintang Adreo, umur 17, gapunya keluarga yang bisa dihubungi" jawabnya lancang tanpa menunggu pertanyaan bertubi dari suster yang berada di sandingnya.

Andien yang mendengar perbincangan mereka hanya menggeleng sambil tersenyum.

Suster menulis pernyataan yang diucapkan Bintang.

"Apakah ada kerabat yang bisa anda atau pihak rumah sakit hubungi?" Tanya suster itu lagi.

Bintang menjawabnya santai, "ada".

Andien berdeham, "obatnya jangan lupa diminum ya nak, walaupun nanti ada suster yang mengkoordinasi, namun jika nak Bintang bisa minum lebih tepat pada waktunya akan lebih baik,"

"Lalu ini, tas, kunci motor dan seragammu nak Bintang" ucap Andien menjulurkan semua yang Bintang bawa saat kejadian malam itu.

...

"ASTAGHFIRULLAH BANG JANGAN NGEBUT-NGEBUT!!! KHILAF BWAANG KHILAF" teriak Vino histeris pada Angga yang sedang serius menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Lo tadi udah pamit kan sama nyokap bokap lo?," tanya Radit pada Vino.

Vino hanya mengangguk cepat.

"Yaudah lo ikhlas aja," lanjut Radit santai.

"Sialan kau nyet! Gini-gini, saya itu masih menunggu pujaan hidup saya putus sama Bintang, kali aja gitu kan dapet gantian" cerca Vino.

Angga menoyor pala kosong Vino, "ati-ati lo kalo ngomong, kalo kejadian gimana?".

"Kalo kejadian ya gue sih ikutan ngantri" sambung Radit di belakang dengan wajah bodohnya.

Mereka tertawa diatas penderitaan seorang Bintang yang sedang berbaring lemah di rumah sakit.

Radit menunjuk suatu tempat dengan jarinya, "itutuh rumah sakitnya, kiri-kiri".

"Itumah RSJ semplak!" cerca Vino lagi.

Kepala Vino mendapat toyoran yang kedua kali, kini dari Radit.

"Sampingnya, goblog," balas Radit kasar "bikin gue emosi aja".

Angga mengambil karcis parkir pada mesin yang disetel otomatis dan berlalu menuju basement.

Vano mengurungkan niatnya untuk membuka pintu mobil, "eh, pujaan hati saya udah dikabarin belom ya?".

"Ya pasti udah lahh.. kan mereka pacaran, nggak kayak elo. Apa? Jom-blo" jawab Angga cepat.

"Terkadang gue ingin tidak bertanya dan membiarkan untuk tersesat di jalan " Vano langsung keluar tanpa menutup pintu mobil.

Trio balai menyusuri setiap lorong rumah sakit dan tidak lupa menggoda para suster cantik yang berlalu lalang.

Kreett

Radit membuka pintu ruangan dan mendapati Bintang yang sedang asik bermain subway surfers dengan satu tangannya.

"Tangan atunya kena azab push rank dirumah doi rupanya" ucap Angga sambil tertawa.

Bintang memasang muka terkejut, "gue ga mesen rombongan sirkus perasaan".

...

Drrtt drrtt

Ponsel Clara bergetar di atas nakas, namun bukan Clara yang menyadarinya, melainkan Mona.

'Nanaonan sih ieu malem-malem begini' gumam Mona dengan mata setengah terbuka.

Alpin?

Saha ieu teh?

Kasep pisan euy potona

"Moonn.. lo ngigo yaaa," ucap Clara dengan mata masih tertutup.

"kaaloo cogan guee ba-aarrgghh-gii" lanjutnya sambil menguap.

"Ehh ini woy ada yang nelpon malem-malem begini, cogan pula" ucap Mona sadar bahwa Clara sudah bangun.

Tangan Clara meraba-raba mencari ponselnya yang masih terdengar bergetar, "manaa sih monn".

"Ehh gila gila gila!! Ini leher gua yang lo penyek-penyek" teriak Mona histeris dan langsung memberikan ponsel itu pada Clara.

Clara menekan tombol hijau pada panggilan telepon,

'Malem Ra, maap ganggu'

"Alvin?? Ni suara lo kan??" Tanya Clara bingung.

'Yaiyalah.. jahat emang ya lo nggak save nomor gue'

Clara mengucek-ngucek matanya, "bu-bukan gitu, ini loh, apa- gue ngantuk".

"Kenapa btw?"

'Gue mau minta tolong'

Clara langsung bangun dengan panik, "eh lo kenapa?! Ga ada masalah kan??".

Alvin terkekeh, 'nggak apa Ra. Jadi gini, gue lagi di Bandung seka--'

"HEH SERIUSS?" histeris Clara.

'Iya, gue mau ke rumah temen gue yang itu lohh.. yang dulu pernah gue ceritain ke lo'

"Ohhh iyaiya, tapi lupa gue namanya siapa. Lo nginep di villa gue aja, geratis tis tis" tawarnya.

'Nah itu yang mau gue mintain tolong, hehe. Gue gatau harus kemana dan naik apa, soalnya udah malem. Sendloc ya, Ra'

"Okeoke tenang, atau gue suruh supir gue jemput aja?"

'Gausah, Ra. Udah malem lagi, ngerepotin'

"Oke kalo gitu, gue tunggu. See you"

'Too, Ra. Thanks'

Tutt

Mona melongo mendengar percakapan mereka,

"Ra, utang cerita lo ya" ancam Mona.

...

V0MENT AJA AUTH0R MAUNYA

SEE U S00N ❤👌

[GAUSAH DIBACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang