Kasur yang empuk masih menemani pagi Clara hari ini. Rasanya sulit untuk bangkit dan melepaskan kekasih barunya itu. Tirai balkon masih tertutup, benar-benar malas untuk beranjak kemanapun.
Baterai ponselnya juga kosong, seakan dirinya belum membayar listrik rumahnya. Tidak menyalakan lampu dan pendingin ruangan.
Namun akhirnya Clara memilih untuk melepaskan semuanya dan segera beranjak menuju balkon. Membelah tirai dan membiarkan pancaran sinar matahari menyorot masuk pada setiap sudut ruang kamarnya.
Mukanya ia basahkan, tidak mandi, terlalu malas mandi begitu cepat di hari kosong seperti ini.
"Bibi udah dateng belom ya? Ah, nggak-nggak. Apasih gue males banget gitu," katanya sambil mengikat rambutnya "Bii! Bibii" panggil Clara dari kamarnya.
"Iyaa neng sebentar!," Sahut bi Rola dari luar "naon atuh neng? Kepalanya mau bibi pijetin lagi?" Tanya bi Rola ketika sudah masuk ke kamar Clara.
Clara langsung menggeleng cepat, "Ah nggak kok bi, cuma mau nanya, tante Vanya biasanya kalo pagi minum kopi apa?" tanya Clara .
"Mmm.. anu neng, bibi lupa. Tapi bukan kopi," jawab bi rola sambil mengingat-ingat "NAAHH! itu.. tay tay gitu atuh neng pokoknya".
"Hah?," Clara ikut berfikir sejenak "oohhh thai tea??" Tanya Clara meyakinkan bi Rola
Bi Rola mengangguk cepat "iya non iyaa, atuh bibi nggak tau bacanya naon".
"Naon atuh? Mau bibi buatin?" Tawar bi Rola, tanpa menjawab apa-apa Clara langsung tersenyum lebar. Bi Rola langsung meninggalkan kamar Clara dan Clara bersinggah di balkonnya menunggu thai tea spesial ala rumahnya.
Dibalik kebahagiaan Clara ada suatu kesulitan sahabatnya, Mona. Di sekolah ia tidak fokus apa yang diajarkan dan apa yang harus dipelajarkan. Mona terus menggali-gali informasi mengenai Clara kesiapa lagi kalau bukan Bintang.
Mona berjalan bersama Angga di koridor. Angga? Tentu, Mona sempat di ganggu oleh beberapa siswa ketika ia menuju ke kelas Bintang, dan kebetulan ada Angga yang senantiasa membatu dan menyelamatkan Mona dari gangguan-gangguan maut.
"Bintang ada di dalem, masuk aja sono" ucap Angga pada Mona ketika mereka telah berdiri diambang pintu kelas 12 IPS 4.
"Weh Mon! Tumben kesini, naon?" sapa Bintang lebih dulu. Mona langsung menarik lengan Bintang menjauh dari Angga
"Ceritain tentang Clara dong, diem-diem wae atuh padaan" ucap Mona ketus.
Bintang menoyor jidat Mona "Gosip aja di otak lo, udah-udah ntar aja balik kesono".
Mona memberikan jari kelingking namun Bintang justru menoyornya lebih keras lagi.
"Kalo rasa sakitnya ilang, berarti gue nggak janji" ucapnya santai.
"Sakit banget bangsat" keluh Mona sambil menggosok-nggosok jidat nya yang merah.
...
Ting tong
Clara segera keluar dari kamarnya. Di tangga, Clara mendapati bi Rola hendak menuju pintu dengan tujuan yang sama juga.
"Biarin bi, saya aja yang bukain pintu" ucap Clara menghentikan langkah bi Rola.
"Sok atuh kalo gitu, bibi balik lagi ke dapur aja. Lagi masak air" balas bibi mengiyakan.
Clara segera menarik gagang pintu. Seorang lelaki sudah berdiri gagah dihadapannya. Tubuh Clara menegang, rasanya ia ingin menutup pintunya lagi dan menolak kehadiran orang tidak di undangnya itu.
"Boleh gue masuk?".
Clara menggeleng cepat "Kenapa?".
Tanpa membalas apa-apa, lelaki itu menarik lengan Clara menuju kursi taman halaman rumah.
"Dengerin gue baik-baik," ucap lelaki itu, Purnama "jauhin Bintang kalo emang lo nggak mau ngeliat dia disakitin".
Clara mencoba untuk melepaskan genggaman erat Purnama pada lengannya, namun selalu gagal.
"Lepasin gue" pinta Clara memaksa. Namun Purnama lebih mengeratkan genggamannya.
"Lo denger kan gue ngomong apa, cupu?" tanya Purnama meyakinkan dan ditambah lagi dengan panggilan yang jelas-jelas merendahkan Clara.
Tangan Clara sudah mengepal, kakinya langsung memintanya untuk beranjak dari kursi yang mereka singgahi.
"Gue. Nggak. Cupu! Lo yang cupu kak! Cuma berani ngancem cewe pendiem kayak gue ini? Diem gue ternyata dipersalahgunkan seperti ini ya?," Balas Clara dengan perkataan yang tidak kalah menusuknya.
Clara mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Purnama, "Tapi inget kak, dunia itu berlaku adil. Planet mana yang mau nerima orang egois kayak lo? Nggak ber-gu-na" lanjutnya lebih dalam.
Purnama mendengar jelas ucapan Clara yang berani-beraninya mengajarkan dirinya, membentak dirinya, dan berlaku keras dihadapannya.
Jam yang melingkar di pergelangan Purnama tepat menunjukkan pukul dua siang. Suliat untuk ditebak apa rencana Purnama. Ia tiba-tiba saja menarik lengan Clara kehadapannya dan langsung memeluknya erat, seakan tidak terjadi apa-apa diantara mereka.
Sudah pasti Clara mencoba untuk melepaskan dirinya dari pelukan maut Purnama, namun ternyata tenaganya berbanding terbalik dengan setiap kata-kata tajam yang keluar dari mulutnya.
"Lo bisa apa? Hah?" Bisik Purnama membungkuk untuk menyetarakan tubuhnya dengan Clara.
Tapi tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi, Bintang dan Mona sudah sampai di depan pagar rumah Clara tepat pukul dua siang lewat satu menit. Purnama lebih licik dibandingkan kancil.
"CLARA!" Teriak Bintang pada dua objek di depan matanya, lalu menjatuhkan keras helm yang masih ia bawa ke dasar tanah.
'Maaf' lirih Clara dalam hati.
...
SI KANCIL ANAK NAKAL🎶
KASIAN KAN HELM NYA, LECET ):
KASIAN JUGA AUTHORNYA, KALO NGGAK DIPENCET BINTANGNYA ):
OKESIP , PART INI NGGAK TERLALU MENYEDIHKAN.
SEDIH? COMMENT
GARING? VOMENT

KAMU SEDANG MEMBACA
[GAUSAH DIBACA]
RomanceTidak ada yang tidak mungkin, namun kita akan akan belajar dari ketidakmungkinan -