Rencana Awal

94 25 8
                                    

"Tidak ingin disakiti? Mohon jangan mencoba untuk menyakiti" - A

-

"Haduh gue telat" Ucap Clara yang spontan ia keluarkan karena perasaan tidak tenang. Tadi malam ia tidur sangat larut karena memikirkan masalah disekolah dan bantuin tante Vanya mecahin jerawat.

"Pak Rijal, tolong buka gerbangnya" Pinta Clara sambil menunjukkan wajah memelasnya.
"Untung kamu teh anak baru, jadi saya bukain deh"
"Makasih pak! Ini sedikit roti dari saya" Clara memberikan roti bungkus yang dari tadi ia genggam dan belum sempat dimakannya.

-Di dalam kelas
'Lo kenal Purnama Reyfan gak?'
'Yang sering rebut sama Bintang'
'ohh ituu..'
'iya.. gue baru tau'

Kelas isinya cuma cewe yang suka ngerumpiin kakel cogan kelas dua belas.
Sedangkan Clara? Ia hanya diam. Masa bodoh apa yang orang-orang lain lakukan, ia juga anti sama tokoh yng digosipin.

Tringg..
Bel istirahat berdering.
-Di kantin
"Clar, diem aja sih lo?" Tanya Mona
"Emang gue biasanya salto-salto?"
"Judeg gue ngomong ama lo" Mona kesal dan langsung melanjutkan makan mie rebusnya.

Sedangkan Clara hanya melamun, tidak sama sekali menyesap milkshake yang sudah lama berada di hadapannya. Tiba-tiba sesorang menepuk pundaknya,
"Eh pacar, kamu gak makan? Nanti sakit loh" ya siapa lagi kalau bukan Bintang.
"Ishh.. apaan si!"tukas Clara
"Kita kan udah jad--"
"Apaan?! KALIAN UDAH JADIAN?!" potong Mona sambil teriak dan mengundang tatapan manusia seisi kantin.
"Toa! Berisik banget lo anjir! Gue lagi ngomong dipotong-potong" geram Bintang
"Gue duluan" ucap clar yang langsung pergi meninggalkan kantin. Lagi-lahi diriny menjadi pusat perhatian di kantin. Bintang ingin mengejar Clara, tapi justru tertahan oleh wawancara mendadak dari dekasip-'dekel-dekel suka gosip'
'ka jadian kapan?'
'gue jadi saksi boleh gak?'
'kak, gue tikung ya?'
'putus kapan kak?' - mampuss.. baru jadian udah putus:v

Tapi Bintang tidak menghiraukan gosip murahan itu. Sedangkan Mona segera melesat dari kantin dan mencari Clara.

***

Mona yang kalang kabut mencari Clara mondar mandir dari Eropa ke Asia. Susah sekali rasanya untuk menemukan kedaan Clara, ' sinyal nya kurang kenceng' kalo kata Pak Badrul sang penyelamat bila ada air yang berceceran di lantai, biar anti kepeleset-kepeleset club.

'Goblok! Kenapa gue gak nyari ke kelas sih!?' batin Mona menindas dirinya sendiri.

-Di Kelas
"Gaiss.. ada yang liat Clara gak?" Tanya Mona di pintu kelas dengan napas terengah-engah
"Perasaan kita punya nama deh" Sahut Egi meledek
"Perlu gue sebut nama lo satu-satu? Cihh.. keburu emak lo berojol lagi!" Balas Mona yang semakin memancing keadaan.
"So what?.. perasaan emak gue kaga lagi bunt--"
"Pssttt... Bacot!" tukas Mona .

Sampai di taman belakang, terlihat kursi panjang dengan lamunan perempuan yang berhasrat dingin
"Claraa!" Teriak Mona dari kejauhan
Clara tersontak dan langsung mencari asal suara. "Mona?" balasnya datar
"Anjir, gue cari lo sampe ujung dunia dan ternyata lo ada disini?"
"Dunia itu bulet, sampe rambut lo bercabang seribu juga gak akan nemu dimana ujungnya" jawabnya penuh kewibawaan
"Ishhh.. iya dah iya. Kuy ke kelas, kangen gue ama kursi"
"Ini kursi, kurang panjang?" balas Clara menunjuk kursi yang didudukinya
"Shiitt.. Ok fine, kali ini emang lo yang selalu menang" menunjukkan senyum penuh kepekaan

"By the way busway.. lo akhir-akhir ini kenapa sih?" tambahnya
"Gapapa"
"Udah? Gitu doang? Yaudahh.. ntar aja dah gue introgasiinnya" Mona mengalah

[GAUSAH DIBACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang