10. Mencela Ulama

1K 173 55
                                    

Serial HAMASSAAD season 7 - 10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serial HAMASSAAD season 7 - 10. Mencela Ulama

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 28 Juli

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

Subhanallaah. Rekor banget nih tembus 4.200 words. Menanggapi yang belakangan terjadi, ini buat pembelajaran pribadi dan untuk dibagi-bagi. Semoga bermanfaat dan semangat ya bacanya. Kalau ada typo, info! ^^

-::-

"Mengaku Salah, lebih baik daripada Mengaku Shalih."

[ Ust. Salim A. Fillaah ]

-::-

Terik mentari masih menerangi sekitar wilayah kampus ketika para penuntut ilmu di sana usai menunaikan shalat Zuhur berjamaah. Hamas dan Saad bersisian ketika mengenakan kembali kaos kaki mereka. Kaki-kaki mereka menjejak lantai semen di tepian luar masjid. Shiddiq dan Bima sudah lebih dulu mengenakan sepatu mereka, berbincang sesuatu berdua. Ben yang mengenakan kaos kaki di teras masjid, berjalan menghampiri sepatunya yang masih berada di rak sepatu, sembari mengecek ponselnya.

"Eh, tungguin aing atuh," Fajar tergopoh-gopoh menghampiri sahabat-sahabatnya, keluar dari ruang kepengurusan masjid. Ada Ihsan mengekor di belakangnya.

"Buruan! Gue laper neh," kata Hamas pada Fajar.

Menurut, Fajar lekas duduk di sebelah Hamas, lantas bergegas mengenakan kaos kakinya.

"Bosku semua, gue duluan ke kantin yak," kata Shiddiq kepada yang lain. "Inyong aus banget ini, suer dah!" sambungnya seraya mengusap leher.

"Gue ikut, Diq!" kata Ben, mengayun langkah cepat hingga menyusul Shiddiq di sebelah sana. "Gue duluan juga nih, ngga apa-apa ya?"

Anggukan kepala Saad, Hamas, dan acungan jempol Fajar membuat Shiddiq dan Ben balas mengacungkan jempol. Shiddiq lantas menepuk pundak Bima sebelum beranjak dari sana bersama Ben. Ucapan salam terdengar lembut kemudian.

"Ihsan!" panggil Bima pada Ihsan yang sedang menarik sepatunya dari dalam rak.

"Oi," balas Ihsan singkat. Dia duduk di tepian teras masjid yang kosong, tidak jauh dari Hamas dan Fajar. Kepalanya mendongak sekilas melihat Bima menghampirinya usai ditinggal Shiddiq ke arah kantin. "Ono opo, Mase?"

Bima nyengir, "Mau ikut kajian ngga?" tanyanya, duduk di sebelah Ihsan.

"Di mana?"

"Di Menara 165 nih," kata Bima, "yang ngisi Ustadz Hanan."

Ponsel Bima terulur, agar Ihsan bisa melihat flyer acara dalam bentuk gambar digital.

"Ngga," jawab Ihsan pendek Dan ketus.

[✓] HAMASSAAD Al AufiyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang