Kisah Dua Budak

930 88 7
                                    

Serial HAMASSAAD season 7 – Bonus : Kisah Dua Budak

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 21 November

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕


SUARA kriuk-kriuk dari keripik-keripik yang dikunyah dengan penuh semangat oleh dua pemuda yang sedang duduk bersandar pada tepian sofa, terdengar sangat seru. Pelakunya adalah Hamas dan Fajar.

Ini baru jelang jam delapan malam, dan mereka baru selesai menunaikan shalat Isya berjamaah di masjid dekat vila, ketika baik Saad, Bima, Ben, dan Shiddiq memutuskan untuk bertilawah satu juz dulu, Hamas dan Fajar juga. Bedanya, mereka berdua yang disebut terakhir itu tidak menuntaskan satu juz.

Hamas bilang, dia kepalang mengantuk berhadapan dengan lembaran-lembaran Al Quran terlalu lama. Sementara Fajar bilang dia akn menyelesaikan sisanya pada hari esok di waktu setelah menyelesaikan shalat Dhuha.

"Iya ya, Mas, HAHAHA!"

Menanggapi cerita-cerita Hamas tentang travelingnya semasa sekolah dulu, Fajar tertawa tidak mengenal batas. It's okay actually, sebab ruang utama memang terpisah dengan kamar yang dijadikan ruang shalat, tempat di mana empat pemuda lainnya menyelesaikan target membaca Quran mereka masing-masing.

"Geser, geser," kata Shiddiq yang baru keluar dari ruang shalat.

"Paan weh, masih lega tuh!" kata Hamas, yang barusan diminta untuk bergeser.

"Eh, nanti malem gue tidur bareng elu sama Saad yak?" tanya Shiddiq. Tangannya meraih keripik kentang yang bagian atasnya terbuka.

Hamas berjengit, "Lah? Apaan dah? Kaga, kaga!"

"Iya lah, tulung..." Shiddiq memohon. Mukanya melas banget.

"Kaga pake!" kelit Hamas. "Gue sama Saad tidur aja udah sempit tuh kasur. Tambah elu lagi, gepeng lu entar, Diq!"

Fajar tertawa. "Kunaon atuh, Mas Shiddiq? Tadi udah setuju sama pembagian tempat tidurnya kan huy?"

Shiddiq diam.

Iya sih, tadi itu dia sudah setuju dengan pembagian ruang tidur. Hamas dengan Saad, menempati kamar yang cukup besar dengan kasur king size. Hamas kan kakinya panjang, ya mesti tidur di sana. Fajar sih request dia mau tidur dengan Bima, karena mau ada yang ditanyakan sebelum tidur nanti. Ben menempati kamar utama, dan Shiddiq menempati satu kamar besar sendirian. Secara ngga ada orang lagi buat nemenin dia.

"Iseng, Jar," jawab Shiddiq akhirnya. "Kayaknya aneh aja di kamar segede gitu sendirian. Mana pertama kali..."

"Takut lu yak?" selidik Hamas dengan mata menyipit. "Jiyaaah, hafizh Quran takut sama setan! Eh, setannya lu bacain ayat kursi juga udah mabur!"

Shiddiq menatap Hamas dengan tatapan penuh hina.

"Bukan masalah takut, Mas. Iseng, ngarti ora?"

"Bodo," Hamas menjulurkan lidahnya, lalu tertawa-tawa dia mengambil wafer cokelat di dekat Fajar.

"Yawes tho, turu di sini aja!" Shiddiq menepuk karpet yang mereka duduki. "Bareng-bareng, kapan lagi. Ya kan?"

"Ka-ga!" kata Hamas. "Elu kena sengkat pas tidur, mau?"

"Rapopo lah," kata Shiddiq. "Ini gue serius, Mas. Jarang-jarang ngerihlah kayak gini. Tidur aja barengan di sini. Nanti gue bantuin angkat kasurnya."

[✓] HAMASSAAD Al AufiyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang