3. Belut

580 25 3
                                    

Bagas membeku ditempatnya ketika mendengar suara Chelsea tepat disamping telinganya.

Menoleh dengan perlahan, Bagas menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dan melihat siswa yang tadi membantu Chelsea keluar dari ruangan.

Tampan.

Bagas menggeleng keras mendapati dirinya memuji manusia lain. Chelsea yang melihat tingkah Bagas hanya mengerutkan kening heran. Dan tanpa berkata apapun lagi, Bagas meninggalkan ruang kesehatan diikuti Chelsea yang melihatnya kebingungan.

Buru-buru Bagas pergi dan kembali ke kelas sambil menetralkan detak jantungnya. Diffa yang melihat kejadian itu hanya mengerutkan kening heran.

"Gas. Ada kiriman tuh dari malaikat. Katanya, 'cepat sembuh sayang'" ucap Diffa menunjuk kotak makan siang dan plester diatasnya.

Berdecak, Bagas mengambil plester, membukanya kemudian menempelkannya pada dahi Diffa sedang mengambil bekal makan siang dan keluar kelas, menuju ruang kelas Chelsea.

Belum waktu istirahat. Bagas tahu dan dia juga bisa melihat dengan jelas ada guru yang sedang mengajar didalam kelas Chelsea. Seperti biasa, dengan tidak tahu malu Bagas akan masuk kedalam kelas begitu saja mengabaikan keberadaan dan amarah sang guru. Berjalan menuju meja Chelsea dan mengulurkan kotak makan siang tersebut.

"Sebagai tanda terimakasih karena udah nolongin gue" ucap Bagas. Namun diluar dugaan, jawaban Chelsea justru menampar telak Bagas.

"Lo siapa? Anak baru dikelas ini? Oh! Tunggu. Mau pinjam kaca mata gue? Sepertinya bukan mata gue yang terkena katarak. Tapi, mata lo. Didepan sana ada guru yang lagi jelasin materi di kelas ini dan dengan gak tahu malu lo nyelonong masuk tanpa mengetuk atau bahkan meminta ijin dan mengangguk sopan sama orang yang rela ngeluangin waktu buat ngasih ilmunya sama lo" ucap Chelsea panjang lebar sedang Bagas hanya berdecak kesal.

"Yaelah Chel, tinggal ambil aja apa susahnya sih?! Gue harus cepet balik ke kelas nih" ucap Bagas.

Chelsea bangkit dan memohon maaf kepada guru sebelum menarik lengan Bagas untuk maju kedepan kelas dan berkata dengan santai.

"Selamat siang bu, maaf mengganggu waktunya. Apa saya bisa bertemu dengan Chelsea sebentar. Ucapkan seperti itu" ucap Chelsea

"Apa?!"

"Lo gak denger tadi gue ngomong gimana?" balas Chelsea.

Entah angin darimana, Bagas mengucapkan kalimat persis seperti yang Chelsea katakan. Dan setelah itu, Chelsea mengangkat kotak makan sambil mengucapkan terimakasih dengan tulus pada Bagas.

Chelsea tersenyum. Dan hal itu membuat darah Bagas berdesir. Segera setelahnya, Bagas berlalu dari kelas tanpa mengucapkan apapun. Sekali lagi, Chelsea meminta maaf kepada guru dan teman-teman di kelasnya.

Bagas keluar dari kelas Chelsea dan kembali ke kelasnya sambil memegang dadanya. Degup jantungnya berdetak lebih keras. Menarik dan menghembuskan nafas, Bagas menggeleng keras. Baru dua hari, ah! Belum. Belum dua puluh empat jam sejak pertemuan mereka kemarin dan Chelsea sudah terlibat banyak hal dengan Bagas.

Sampai didepan kelas, Bagas melihat guru sudah ada didalam. Entah kegilaan apalagi yang melanda pikirannya, karena Bagas mengetuk pintu membuat semua perhatian tertuju padanya.

Bagas memang tidak mengucapkan apapun selain mengangguk singkat pada guru yang sedang mengajar. Jelas kelakuan Bagas ini menyita perhatian satu kelas. Seorang Bagas rahman yang hanya peduli pada kesakitan orang lain mendadak memiliki secuil sopan santun. Bahkan sekarang belum istirahat pertama, tapi Chelsea membawa perubahan besar pria itu.

_

Chelsea tidak meninggalkan kelas. Dia memakan roti dari dalam kotak makan yang tadi diberi oleh Bagas. Rasanya enak, dan Chelsea sangsi kalau itu milik Bagas. Roti itu pasti pemberian salah satu penggemar pria itu.

Mengangguk kecil, Chelsea terkekeh sendiri membayangkan betapa manusia sangatlah konyol. Mereka masih menyukai seorang pembully semacam Bagas. Oh! Cinta dan ketampanan atau kecantikan memang bisa membuat seseorang mendadak 'buta' terhadap yang lainnya. Dan menurut Chelsea, orang-orang semacam ini adalah orang-orang klise yang sedikit tidak tahu diri. Ups!

"Chel! Lo jadian sama Bagas?" tanya seorang siswa padanya.

"Enggak, kenapa?" tanya Chelsea

"Tuh, di lapangan basket lagi heboh"

Ah ... Dia belum benar-benar berhenti ternyata.

Menyelesaikan makanan dan meneguk air minumnya, Chelsea bangkit dan berjalan menuju lapangan basket.

Menghela nafas panjang dia bisa melihat fotonya dipasang besar sekali dengan tulisan

'Kalian bisa menjambak gadis ini kalau cemburu. Dia adalah pengganggu bagi Bagas Rahman'

"Ya Tuhan, kapan dia menyiapkan semua ini?" Chelsea menepuk dahinya pelan dan

Puk!

Sesuatu mengenai punggungnya. Dingin dan ... Dingin. Menoleh, Chelsea melihat belakang seragam dan menemukan noda es krim disana. Chelsea baru akan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan seragam sebelum seseorang menjambak rambutnya dengan keras memaksa Chelsea menahan keoalanya.

"Lo pengganggu Bagas?! Jauh-jauh dari pacar gue jalang!!" ucapnya lantang membuat orang-orang disekitar menatap mereka ngeri.

Dengan santai, Chelsea justru mengeluarkan ponsel dan menelfon seseorang.

"Aku minta maaf, tapi bisakah kau membantuku lagi? Buang banner itu nanti. Bantu aku, sekarang" ucap Chelsea menutup ponsel dan gadis yang menjambak Chelsea terus mengumpat pada Chelsea.

Tidak menunggubwaktu lama, beberapa siswa datang dan melepas tangan gadis itu dari rambut Chelsea. Segera Chelsea pergi mencari Bagas.

Sampai di kantin, tidak sengaja Chelsea mendengar bualan pria itu.

"Kita liat! Bentar lagi, Chelsea bakalan jadi milik gue dan bummm happy ending deh! Gue jamin dia gak bakal bisa nolak pesona Bagas Rahman."

Mendekat, Chelsea dengan lantang menjawab.

"Tukang bully kayak lo ngarep happy ending? Pacaran sama kuah bakso sana!!" ucap Chelsea.

Bagas berikut teman-temannya yang sedikit terkejut dengan kehadiran Chelsea terdiam sesaat sebelum Bagas berucap, "Mending pacaran sama kuah bakso daripada sama lampir macam lo!!" balas Bagas sarkas.

Chelsea mendekat.

"Segitu gak lakunya sampai lo harus bikin banner dan ngumumin ke satu sekolah kalau gue pacar lo? Bagas? Tolong bertingkah sedikit berkelas dan jangan malu-maluin diri lo sendiri" ucap Chelsea dan berlalu meninggalkan kerumunan Bagas.

Bagas menggeram kesal, "Liat aja Chel. Kalau bukan langsung dari tangan gue. Gue bakalan bikin neraka buat lo dari tangan oranglain" gumam Bagas.

"Chelsea itu kayak belut ya Gas" ucap Diffa tiba-tiba.

"Maksud lo?" tanya Bagas

"Iya. Dia kelihatan mudah buat ditangkap kalau cuma dilihat dari jauh. Tapi, kalau dari dari dekat. Hap! Selain nyeremin, dia juga susah buat ditangkap." jelas Diffa.

Bagas memandang Diffa heran namun dalam hati membenarkan kalimat temannya itu. Chelsea tidak sama dengan korbannya yang lain. Bukan hanya karena gadis itu terlalu cuek dan berani dengan perlakuan Bagas, tapi Bagas merasa seolah banyak oranglain yang melindungi gadis itu.

Banyak hal yang tidak siswa lain tahu tentang rahasia gadis itu termasuk Bagas. Chelsea memang menjadi bagian mereka, namun seperti ada pembatas yang membuat Bagas  tidak bisa menyentuh gadis itu. Tapi, Bagas tidak tahu pembatas semacam apa yang ada diantara mereka.

Bener. Lo, macam belut.

_

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang