4. Ada Apa Dengan Chelsea

513 21 0
                                    

Bagas membuang sembarangan tas sekolah dan melempar tubuh diatas tempat tidur dan menatap langit-langit. Detik selanjutnya, senyumnya mengembang membayangkan wajah beku Chelsea. Tapi, Bagas sempat melihat wajah panik Chelsea sejenak ketika gadis itu mengorbankan siku untuk menolongnya beberapa hari lalu. Kembali Bagas tersenyum, lantas mengganti seragam dan menuju dapur untuk mengambil beberapa makanan. Berhenti di depan pintu kamar orang tuanya, Bagas tidak sengaja mencuri dengar obrolan mereka. 

"Itu karena papa hanya sibuk mengurusi rumah-rumah pengeruk dana dan gak peduli sama perusahaan!! Kalau udah gini, gimana kita bisa pertahanin perusahaan kecil kita?! Mama gak mau tahu pokoknya mama gak mau jual perusahaan!!"

Bagas mengerutkan kening, ada masalah apa hingga orang tuanya harus menjual perusahaan?

"Ma ... Kalaupun kita menjual perusahaan, kita masih bisa bekerja di perusahaan milik Tuan Terriyanto. Mereka bahkan bertanggung jawab atas semua karyawan"

"Oke! Terus kalau misal kita kerja disana, gaji kita hanya sebatas karyawan dan kita kehilangan semua laba perusahaan! Dan kalaupun ACT Corp bertanggung jawab atas kita, apakah itu sudah selesai? Bagaimana dengan kesombongan papa yang menobatkan diri sebagai donatur tetap?!"

Bagas membuka pintu kamar orang tuanya membuat kedua paruh baya tersebut terkejut.

"Aku tidak ingin mengganggu kalian, tapi bisakah kalian kecilkan suara? Itu berisik dan menggangguku." ucap Bagas cuek "Oh! Kali ini giliranku bukan? Jadi, apa yang harus kulakukan untuk menolong uang kalian? Setelah Bang Adit yang harus pergi ke Australia, sekarang aku harus kemana? India? Afrika? Kemana?" tantang Bagas.

"Bagas tolong jangan menambah beban pikiran mama"

"Beban pikiran mama? Apa selama ini mama pernah mikir kalau jadi beban pikiran anak-anaknya?" jawab Bagas.

"Bagas cukup" kali ini ayahnya yang bersuara.

"Kenapa pa? Merasa bersalah? Merasa terganggu sama pernyataan anaknya?"

"Bagas, kali ini saja tolong bantu kami" ucap mama Bagas setelah terdiam.

"Yah, ... Pada akhirnya, korban selanjutnya adalah gue"

"Mama tidak akan melibatkan kamu dengan perusahaan seperti keinginanmu, tapi, tolong setidaknya kamu bisa bertemu dengan Nona Agatha untuk mencegah dijualnya perusahaan kita" ucap Ira-mama Bagas-

"Nona Agatha?" itu Saputra-ayah Bagas- yang bersuara.

"Ya. Setelah aku ingat kembali, perusahaan kita dibawah kuasa cabang Nona Agatha. Kalau dia tidak menyetujui dijualnya perusahaan kita, maka perusahaan kita tidak akan terjual" jelas Ira

"Tapi apa mungkin? Melihat kerugian yang sudah ada serta penjualan yang menurun drastis? Bahkan beberapa toko tidak mau bekerja sama dengan kita lagi"

"Itu dia. Kalau ada peran Nona Agatha dalam hal ini, dia bisa mengembalikan toko-toko yang tadinya menyerah dengan produk kita. Karena kalau menghitung keuntungan, apabila perusahaan kita bisa hidup kembali, itu jauh lebih menguntungkan untuk ACT Corp" terang Ira

"Stop! Stop! Gak usah bicara strategi pemasaran sama aku. Jelasin aja, gimana cara aku ketemu Agatha itu"

"Dia adalah gadis dingin dan hanya bisa ditemui kalau dia memang mau bertemu. Jadi, pekerjaan kamu adalah mengambil hatinya dan menyerahkan dokumen ini supaya mendapat tanda tangannya" Ira menyodorkan berkas kepada Bagas.

"Informasinya?"

"Itu dia. Mama tidak tahu dia ada di luar atau dalam negeri" keluh Ira.

"Oke. Paham. Berapa hari ini harus sudah ditanda tangani?" tanya Bagas

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang