Chelsea membuka mata dan menemukan tubuhnya berada di ruangan asing. Rumah Sakit. Mencari letak ponsel, pergerrakannya terhenti ketik apintu masuk dibuka dan menampilkan sosok Raffi serta Gilang dengan wajah khawatir.
Baru saja Chelsea hendak bersuara, Raffi sudah memotong lebih dulu.
"Tidak ada yang tahu masalah ini kecuali kami dan siswa di sekolah. Jangan khawatir, Nona. Saya akan panggil dokter untuk mengetahui masalah yang terjadi. Kalau sampai susu kotak itu menjadi penyebab, aku ... "
Gilang menyentuh pundak Raffi pelan menyuruhnya berhenti bicara. Sadar, Raffi segera menekan tombol disamping tempat tidur Chelsea dan tidak lama setelahnya, dokter dengan beberapa perawat mengekor di belakangnya.
"Selamat siang, Nona Agatha" sapa dokter ramah dan dibalas anggukan kecil oleh Chelsea.
"Apa Nona Agatha sering melewatkan waktu makan? Mengkonsumsi sedikit air, kurang tidur dan stress?" tanya dokter dan Chelsea langsung mengalihkan perhatian.
"Iya, dokter. Nona Agatha hampir tidak pernah sarapan atau makan malam. Untuk makan siang, dia hanya menghabiskan satu mangkuk bakso atau camilan ringan dan minum kurang dari delapan gelas satu hari karena lebih banyak menghabiskan kopi bercangkir-cangkir. Dia akan istirahat selepas tengah malam, paling cepat. Tapi, biasanya tidur pukul 2-3 pagi. Dan ... Benar. Nona Agatha banyak memiliki kegiatan menguras otak" jelas Gilang tanpa meninggalkan satupun informasi.
"Hentikan itu ... Gilang ... " desah Chelsea sementara dokter berkacamata yang sudah akrab dengan Chelsea itu hanya terkekeh pelan.
"Temanmu ini jeli sekali. Dia memberikan informasi tanpa meninggalkan satupun. Baik. Jadi, karena semua itu, Nona mengalami radang pencernaan. Belum cukup serius, tapi kalau ini terulang kedua kali bisa menjadi sangat serius." jelas dokter muda bernama Rio tersebut.
"Makan teratur dan tidur cukup walaupun itu pasti susah. Tapi, usahakan setidaknya Nona bisa makan dengan teratur" ucap Rio dan di angguki oleh Chelsea.
"Berarti, ini bukan karena susu?" tanya Raffi.
"Susu?" heran Rio.
"Ya. Saya menemukan susu kotak berceceran di samping Nona Agatha dan saya pikir itu yang menyebabkan Nona Agatha pinsan" tanya Raffi
"Oh, bukan. Kami sudah mengidentifikasi Nona Agatha dan seharian ini dia tidak mengkonsumsi apapun termasuk susu yang kamu jelaskan" ucap Rio dan Chelsea mendadak teringat susu kotak yang ia dapat dari Bagas di sekolah tadi.
"Baik, kalau begitu saya pamit." ucap Rio
"Dokter, saya bisa keluar hari ini juga kan?" tanya Chelsea.
"Bisa. Tapi saya menyarankan lebih baik Nona Agatha beristirahat penuh seharian ini" jelasnya lagi.
Chelsea mengangguk patuh dan segera bangun dari tempat tidur. Gilang membantunya, sementara Raffi merasa bersalah sudah memukul Bagas.
Chelsea keluar dan menemukan Bagas sedang duduk disana dengan wajah menunduk.
"Gas? Lo ngapain disini?" tanya Chelsea.
"Chelsea! Lo gak papa?? Lo baik-baik aja kan??" panik Bagas.
Chelsea tersenyum dan menenangkan Bagas.
"Gue baik-baik aja, dan itu bukan karena susu kotak dari lo. Gue ada disini bukan karena kesalahan lo. Ini murni kesalahan gue. Jadi, jangan merasa bersalah, oke?" ucap Chelsea menepuk bahu Bagas pelan dan berjalan meninggalkannya.
Bagas terdiam di tempatnya. Perasaannya menghangat. Benar ucapan Gilang bahwa gadis itu tidak akan menyalahkannya. Bagas tersenyum miris. Ingatannya kembali pada masa dimana mamanya selalu menyalahkan apapun kepadanya bahkan ketika itu bukan kesalahan Bagas. Masa dimana Bagas selalu merasa sendirian dan tidak ada yang membelanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
FanfictionSUDAH DI TERBITKAN "Tukang bully kaya lo ngarep happy ending? pacaran sama kuah bakso sana!!" -Chelsea "Mending kuah bakso, dibanding pacaran sama cewek lampir macam lo!!"-Bagas intinya, Bagas itu tukang bully yang punya cita-cita bisa ngebully Chel...