Chelsea memeluk perut Bagas dan menyandarkan kepala terbalut helm-nya pada punggung Bagas membuat Bagas hanya terdiam gugup.
Sampai di Mall milik ACT Corp, segera Bagas mengajak Chelsea masuk setelah memarkirkan motor miliknya. Keadaan Mall begitu ramai. Melihat kerumunan datang ke arah mereka, refleks Bagas menyeret bahu Chelsea dan memeluknya.
"Eh! Sorry, Chel. Gak sengaja. Abis tadi, ada banyak orang kayak mau nubruk lo" ucap Bagas menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Tersenyum, Chelsea meraih tangan Bagas dan menggenggamnya erat.
"Kita kan lagi kencan, Gas. Lo gak mau gitu gandeng tangan gebetan lo." ujar Chelsea santai membuat wajah Bagas memerah.
Akhirnya, mereka menghabiskan waktu pulang sekolah di Mall.
Cukup lelah. Bagas mengajak Chelsea mampir di salah satu kafe untuk makan.
Canggung. Bagas berdehem kecil dan meraih tangan Chelsea.
"Chel, gue ... Beneran suka sama lo. Lo, gimana?" tanya Bagas mengulang pernyataannya untuk kedua kali.
Chelsea menopang dagu dengan sebelah tangannya yang bebas.
"Gue gak tahu, Gas. Gue belum bisa bilang kalau gue juga suka sama lo. Tapi, ... Jujur gue gak bisa menjauh dari lo. Terbiasa lihat wajah tengil lo di depan kelas, lihat pandangan mata lo yang kadang teduh dan punya banyak rasa sakit, atau ... Lo yang begitu peduli sama gue. Gue ... Gak bisa lepas dari semua itu" jawab Chelsea jujur.
"Tapi, ... Untuk jatuh cinta sama lo ... Apa lo bisa dan mau nunggu sampai gue bener-bener sadar perasaan gue yang sebenernya buat lo?" tanya Chelsea."Gue bakalan nyoba" senyum Bagas.
'Karena bukan hanya itu, Gas. Apa lo siap berhadapan dengan dunia Agatha Chelsea yang sedikit tidak normal untuk anak se-usianya? Apa lo bisa jadi orang yang selalu Chelsea andelin tiap kali Chelsea butuh? Apa lo siap, menjalin hubungan dengan seorang Chelsea yang tidak bisa berpacatan seperti anak SMA umumnya? Apa lo siap, pacaran membosankan dan kaku, bersama gue?'
Chelsea ingin mengucapkan kalimat panjang itu, namun hanya terhenti di tenggorokan. Dia tersenyum dan mengangguk sebelum menyadari kalau Bagas sudah melewati segala keraguan yang Chelsea khayalkan tadi.
Bagas bercengkerama riang yang sesekali dibalas senyum atau tawa oleh Chelsea. Bagas begitu bersyukur, bertemu Chelsea yang tidak memandangnya dengan tatapan memuja dan menciptakan kisah cinta seperti anak SMA lainnya. Chelsea dewasa dan anggun. Tentu saja semua itu berkat pengalaman hidup Chelsea selama ini dan Bagas justru bersyukur.
Bagas bahagia dengan Chelsea yang tahu kesalahan dirinya namun tidak menghakiminya. Bagas mendapat banyak pelajaran yang diberikan oleh Chelsea secara tidak langsung.
Dan, tentu saja Bagas lebih bangga karena bisa berhubungan baik dengan putri dan pewaris ACT Corp tanpa harus bersusah payah. Bohong, kalau Bagas tidak melihat dan jatuh cinta dengan Chelsea bukan karena wajah cantik gadis itu. Namun, bukan hanya wajah cantiknya, Bagas suka dengan perawakan Chelsea yang dewasa, tenang dan memikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
FanficSUDAH DI TERBITKAN "Tukang bully kaya lo ngarep happy ending? pacaran sama kuah bakso sana!!" -Chelsea "Mending kuah bakso, dibanding pacaran sama cewek lampir macam lo!!"-Bagas intinya, Bagas itu tukang bully yang punya cita-cita bisa ngebully Chel...