9. Gue Suka Sama Lo

284 23 2
                                    

Ujian akhir semester berlalu dan Bagas menjadi 'teman' Chelsea. Walaupun sebenarnya, Bagas yang terlalu berlebihan sementara Chelsea menganggapnya biasa saja. Hari ini Chelsea mengajak Bagas ke rumahnya, karena Chelsea mengatakan dia memiliki buku yang bisa Bagas pinjam untuk persiapan ujian kenaikan kelas dua belas.

Sampai di kediaman Chelsea, Bagas mengekor gadis itu menuju sebuah ruang yang ternyata perpustakaan. Bagas melihat banyak buku yang bisa ia jadikan referensi belajar. Tentu saja Bagas tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Salah satu hal kenapa guru hampir tidak bisa mengeluarkan Bagas selain karena dia anak donatur tetap juga karena otak Bagas yang berfungsi dengan sangat baik. Bagas juga sebenarnya tidak pernah membuat masalah selama pembelajaran. Dia memperhatikan dan mengerjakan tugas dengan baik. Bahkan ia selalu masuk dalam 10 besar ranking kelas. Aktif dalam bidang musik dan dua kali menjadi perwakilan sekolah untuk ajang bermusik nasional serta yang membuat para siswi tergila-gila adalah karena pria itu pandai bermain basket seperti pria-pria dalam drama picisan yang mereka baca. Hanya saja, kadangkala sikapnya yang terlalu datar dan cuek itu menjadi masalahnya.

"Lo disini dulu, gue mau ganti baju. Kalau butuh minum, ambil aja di kulkas itu, ke kamar mandi, tepat sebelah lemari di ujung sana. Kalau butuh gue, pencet tombol angka 3 di dinding" jelas Chelsea dan Bagas mengangguk paham.

Bagas mengambil salah satu buku dan terkagum-kagum dengan isinya. Rumus fisika yang dijelaskan begitu detil, jelas dan mudah di pahami. Dan menit selanjutnya, Bagas sudah larut dengan buku di tangannya.

Belum sampai setengah jam, Bagas mendengar pintu terbuka membuatnya yang belum mengalihkan fokus berbicara tanpa melihat lawannya.

"Chel! Gila, buku ini komplit banget! Bagi gue dong!! Pinjemin sampai gue lu ... " Bagas mengerutkan kening heran ketika retinanya menangkap seorang pria dengan jeans, kemeja yang di gulung hingga lengan rapi, sepatu putih dan rambut rapi. Bagas mengira tubuh pria itu lebih tinggi beberapa centi darinya. Dia juga memiliki kulit putih, hidung mancung serta mata sipit dan Bagas langsung bisa menebak kalau orang ini blasteran atau setidaknya memang berasal dari luar negeri.

"Kamu siapanya Agatha?" tanyanya.

Bagas tersenyum dan mengulurkan tangan, "Bagas, teman sekolah Chelsea" ucap Bagas.

"Hanya teman ... Baguslah. Jangan menjalin hubungan dengannya. Chelsea dan saya sudah terikat hubungan, jadi jangan berharap untuk menjalin hubungan lebih jauh dengannya" jelas pria itu.

Bagas menautkan dua alis dan teringat ucapan Diffa bahwa Chelsea di jodohkan, apa mungkin pria ini?

"Kalian baru terikat hubungan bisnis bukan? Tidak dengan landasan cinta. Juga, kalian belum menikah. Adalah sah untukku melakukan apapun demi mendapatkan Chelsea" ucap Bagas tenang.

"Damn!! Jangan memprovokasi saya! Saya bisa lakukan apapun yang akan menghancurkan kamu dan Chelsea kalau sampai pernikahan saya batal dilakukan" ancamnya namun Bagas masih berpura-pura tenang. Ia tahu, ancaman seseorang yang memiliki kekuasaan dan uang, tidak pernah main-main.

"Key? What are you doing here?" Bagas melihat Chelsea masuk dengan celana diatas lutut, kaus kebesaran dibawah siku dan rambut di kuncir. Membuat gadis itu mirip artis Korea.

"Chelsea? I miss you, babe. Bisa kita keluar hari ini? Aku sungguh ingin menghabiskan waktu denganmu" ucap Key yang mendadak merubah tatapan singanya menjadi tatapan kelinci ketika bersama Chelsea. Bagas sampai berdecih risih.

"I'm sorry, Key. I'm going last examination this month. I'm busy." Chelsea melepas genggaman Key di lengannya.

Bagas tersenyum menang, syukurin lo!!

"Gas, lo mau makan apa?" tanya Chelsea.

"Apapun asal bareng lo, semuanya enak kok" ucap Bagas sengaja membuat Key melotot ke arahnya sedang Bagas tersenyum miring.

Chelsea mengangguk dan mengucapkan sesuatu melalu tombol di dinding sedang Key keluar ruangan dengan perasaan dongkol.

"Tadi itu tunangan lo?" tanya Bagas setelah Chelsea duduk.

"Mm ... "

"Gue pikir perjodohan sacam ini cuma ada di drama atau novel doang, tapi ternyata di kehidupan nyata dan modern seperti sekarang masih ada ya" kekeh Bagas.

"Bukan atas dasar cinta. Tapi kesepakatan bisnis. Pernikahan ini, senyuman lebar, persatuan dua keluarga, hanyalah kesepakatan bisnis. Ini memang mirip kayak cerita picisan tapi, bagi pebisnis hal semacam ini bukan sesuatu yang tabu" jelas Chelsea dan Bagas langsung terdiam melihat ekspresi Chelsea yang berubah.

Nampak tertekan.

"Dan lo gak ada niatan melawan?" tanya Bagas lagi.

"Melawan?" Chelsea menarik sebelah sudut bibirnya, "Gue juga belajar bisnis Gas, dan ... Tentu saja gue udah menolak bahkan sebelum perjodohan ini berlangsung. Tapi, kadang ada hal-hal yang tidak bisa kita hentikan. Bukan karena tidak ingin, tapi karena memang tidak bisa" senyum Chelsea tipis.

Bagas tidak mengalihkan pandangannya, dia menatap wajah Chelsea dan entah kebodohan apalagi yang sekarang Bagas lakukan karena pria itu sekatang bercerita tentang ketidak-berdayaannya. Hal yang tidak pernah Bagas ceritakan pada siapapun bahkan Adit-kakaknya.

"Dari kecil, mama selalu membimbing gue dengan cara yang kejam. Dia tidak akan memaafkan kesalahan kecil yang gue buat. Dan dia tidak mau tahu tentang kesulitan yang gue alami. Dia hanya peduli, kalau gue tumbuh sebagai anak yang berprestasi dan bisa menghasilkan uang. Bahkan, mama akan menyalhkan apapun yang bukan kesalahan gue. Itu ... Jelas tidak bisa gue hindari" Bagas tersenyum miris dan kini Chelsea yang menatap Bagas intens.

"Itulah kenapa, semakin besar gue jadi makin gak peduli soal omelan mama. Kemarahan dia dan sebagainya. Gue sengaja membuat banyak kesalahan. Ngebully teman-teman di sekolah sejak SMP, berharap mama akan memberikan perhatiannya yang lain. Tapi, tidak. Mama justru semakin gencar ngebuat gue merasa asing di rumah gue sendiri. Dia sibuk bekerja, dan gak peduli kalaupun gue pulang dengan keadaan sekarat dan berdarah-darah" kekeh Bagas.

Chelsea mengulirkan tangan dan menepuk punggung pria itu pelan, menenangkannya. Bagas menatap ke arah Chelsea dan tersenyum.

"Lo harus tahu, gue gak pernah cerita masalah ini ke siapapun termasuk Diffa. Jadi, lo harus bangga karena jadi orang pertama yang tahu kelemahan gue" ucap Bagas

"Aye! Kapten!!" jawab Chelsea dan menampilkan tangan dengan tanda hormatnya.

"Eh, tapi lo gak masang kamera disini kan? Gak ngerekam kalimat gue barusan atau ... Diem-diem bocorin ini buat ngancem gue ??" panik Bagas yang membuat Chelsea terkekeh.

"Gue gak sepicik itu kali" jawab Chelsea dan Bagas ikut menarik sudut bibirnya.

"Chel, gue suka sama lo"

"Haa??!!"

_

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang