Setelah Chelsea menandatangani kontrak pembatalan penjualan perusahaan ayah Bagas, pria itu kembali melayangkan aksi membully-nya kepada Chelsea. Kemarin, pria itu berhasil menyembunyikan seragam olah raga Chelsea dan entah bagaimana gadis itu bisa mengikuti olah raga tanpa kehilangan seragamnya. Dan hari ini, Bagas dengan wajah Evil bertopeng Angel akan memberikan sekotak susu vanilla yang sudah di suntik dengan cairan rasa pedas.
Membayangkan rasanya saja sudah membuat Bagas bergidik ngeri, apalagi kalau Chelsea sampai meminumnya? Pasti akan sangat lucu.
Berjalan dengan santai menuju kelas Chelsea, Bagas menemukan gadis itu sedang tidur di dengan menelungkupkun kepala pada tumpukan tangannya. Seperti biasa.
"Chel!" panggil Bagas dan Chelsea menegakkan wajah lelahnya.
Sejujurnya, Bagas sedikit heran dengan air muka Chelsea. Apakah itu disebabkan Chelsea baru bangun dari tidur, atau memang gadis ini sedang kurang sehat? Mengabaikannya, Bagas menyodorkan susu tersebut.
"Buat lo. Gue tahu ini aneh, tapi gue belum sempet bilang makasih karena lo udah ngegagalin jual perusahaan bokap gue. Dan, ya walaupun setelah ini gue gak akan berhenti buat ngebully lo. Seenggaknya, gue tulus bilang makasih sama lo." panjang Bagas dan tanpa curiga, Chelsea mengambil susu kotak tersebut dan meninggalkan mejanya keluar.
Bagas bersorak senang, "Kena lo sekarang" gumamnya.
Chelsea berjalan keluar dan menghentikan langkah sejenak ketika perutnya terasa begitu menyakitkan. Sejak tiga hari lalu Chelsea sudah merasa kalau kesehatannya menurun, dan tadi malam perutnya terasa begitu sakit. Sangat sakit hingga Chelsea perlu menekannya agar mengurangi sedikit rasa sakitnya.
Chelsea belum sempat memeriksakan diri. Pekerjaan kantor sedang begitu banyak ditambah beberapa minggu lagi ujian semester akan berlangsung, membuat Chelsea harus bekerja lebih keras memutar otak.
Pagi ini pun' Chelsea belum memakan apapun. Dia tidur di kantor semalam dan langsung berangkat ke sekolah.
Meraba dinding untuk membantunya berjalan menuju ruang kesehatan, Chelsea teringat susu kotak di genggamannya. Berharap setelah meminumnya, sakit di perut akan sedikit berkurang. Namun, belum sempat Chelsea meminumnya, dia sudah terjatuh lebih dulu menyisakan susu kotaknya tumpah di lantai dan para siswa mulai mengerumuninya.
"Hei, siapapun ayo angkat ke ruang kesehatan!" teriak seorang siswa ketika melihat kondisi Chelsea.
Baru saja beberapa siswa hendak menyentuh tubuh mungil Chelsea, dua orang siswa berlarian ke arah mereka dengan sedikit berteriak.
"Letakkan dia!! Biar kami yang mengangkatnya" ucap seorang siswa dengan mata sipit, dan tubuh yang cukup tinggi. Dia siswa kelas Sebelas IPS-2-Gilang, wakil ketua OSIS periode ini dan satunya adalah siswa kelas Sepuluh IPS-2, Raffi, ketua PMR di sekolahnya. Dan mereka berdua adalah terkenal hingga menjadi fokus perhatian siswa lain.
"Nona Agatha! Dengar suara saya?? Nona!!" ucap Raffi yang menimbulkan kerutan pada dahi siswa lain ketika mendengar nama Chelsea disebut dengan kata 'Nona'
"Terimakasih semuanya, kalian bisa kembali ke kelas. Kami yang akan mengurusnya" ucap Gilang dan segera para siswa tersebut meninggalkan kerumunan dengan memandang Raffi yang dengan tergesa menggendong Chelsea ala Bridal Style sedang Gilang mengekor di samping dan memberikan seragam untuk menutupi paha Chelsea yang terekspos dan membiarkan tubuh di balut kaus putih tipisnya menjadi tontonan.
Sementara Bagas yang masih setia di dalam kelas Chelsea menunggu supaya Chelsea menghampirinya dengan wajah jutek dan dingin hanya menahan senyum dan perasaan yang tidak karuan.
"Siapa sih, Chelsea itu? Apa dia anak orang kaya hingga dipanggil Nona? Aku tahu kalau sekolah kita masuk dalam jajaran lima besar SMA Elite, tapi aku benar-benar penasaran dengan jati dirinya"
Bagas mendadak menajamkan pendengaran ketika teman sekelas Chelsea membicarakan gadis itu.
"Iya, dan Chelsea cukup tertutup dengan kita semua. Tapi, ada gosip mengatakan kalau Chelsea memang anak orang kaya raya. Bukan kaya lagi." balas yang satunya.
"Keren ya dia. Pinsan aja sampai di datengin dua cowok kece sekolah. Uhhh gue jadi pengennn"
Sekarang Bagas terkejut dan segera menghampiri dua siswi tersebut.
"Chelsea pinsan? Kenapa??" tanya Bagas panik
"Eh? Gak tahu sih kak. Tapi, dia megangin perutnya, terus kalau gak salah sih, dia kayak gitu karena abis minum susu kotak. Soalnya, gak jauh dari tubuhnya ada susu kotak yang tumpah" jelas seorang siswi dengan wajah dibuat semanis mungkin mendapati fakta bahwa Bagas Rahman si Tukang Bully sekolah tapi gantengnya di atas rata-rata sedang menanyainya.
Tanpa menunggu penjelasan dua kali, Bagas bergegas menuju ruang kesehatan dan tidak menemukan tanda-tanda Chelsea.
"Mbak, Chelsea gak dibawa kesini?" tanya Bagas pada penjaga ruang kesehatan.
"Oh! Siswi yang pinsan itu? Dia dibawa ke Rumah Sakit" jelas penjaga ruang kesehatan semakin membuat Bagas panik.
"Di Rumah Sakit mana?" tanya Bagas lagi.
"Aku kurang tahu, tapi tadi ambulan yang masuk kemari kalau tidak salah dari RS ACT Corp" jawabnya.
Mengangguk paham, dan berterimakasih? Ya, Bagas mengucapkan terimakasih kepada penjaga ruang kesehatan membuatnya terheran-heran sebab hal itu hampir tidak pernah keluar dari mulut Bagas.
Segera Bagas keluar dari sekolah tanpa meminta ijin terlebih dahulu, membuat satpam hanya menggeram kesal. Melajukkan motor dengan pikiran kacau, Bagas betul-betul takut kalau terjadi sesuatu yang fatal pada Chelsea.
Perasaan bersalah, panik, khawatir dan takut menyeragnya bersamaan. Hal yang tidak pernah terjadi kepada Bagas.
Setelah bertanya dengan perawat bahwa ruangan Chelsea berada di VIP, Bagas segera menuju ruang tersebut yang letaknya di lantai enam Rumah Sakit baru itu. Sampai disana, Bagas melihat dua orang siswa yang tengah duduk dan seorang lelaki berkacamata hitam di dekat pintu.
"Maaf, apa ini .. ?" belum sempat Bagas menyelesaikan kalimatnya, seorang siswa yang Bagas tahu bernama Raffi memukul keras membuat sudut bibirnya terasa perih dan ludahnya asin karena bercampur darah. Bagas hendak berteriak namun segera dibungkam dengan kalimat Raffi.
"Gue udah sabar sama lo selama ini karena Nona Agatha yang memintanya. Dia gak pernah mau gue ngasih pelajaran sama lo atas dasar kemanusiaan tapi lo justru memperlakukan dia secara gak manusiawi. Gue tuntut lo!!" ujarnya tajam, sedang Bagas hanya mengatur nafasnya dan pikirannya kembali diserang kemungkinan terburuk.
"Raffi, cukup! Nona Agatha mengajarkan berfikir dengan kepala dingin" ujar seorang siswa yang juga Bagas tahu kalau dia adalah wakil ketua OSIS. Kembali Bagas ditampar kenyataan bahwa ternyata banyak orang di sisi Chelsea yang tidak pernah Bagas duga.
"Gas. Berhenti ngebully orang lain. Nona Agatha membiarkanmu bermain-main dengannya karena dia tahu lo bakalan berubah dan cuma butuh perhatian. Dan bahkan setelah ini, gue sangsi kalau Nona Agatha bakalan nuntut lo. Paling cepet, dia cuma B aja sama lo" kekeh Gilang dengan nada yang lebih tenang dan santai yang justru membuat Bagas semakin merasa bersalah.
"Ini bukan ending kok, santai aja ... Lo masih punya kesempatan berubah dan ... Kesempatan dapet perhatian Nona Agatha" lanjut Gilang dengan menepuk bahu Bagas pelan sebelum beranjak ketika seorang pria dengan kacamata hitam di dekat pintu yang sedang menenangkan Raffi menunjuk pintu dengan dagunya dan langsung ditangkap oleh Gilang dengan artian 'Chelsea sudah sadar'.
_
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
FanficSUDAH DI TERBITKAN "Tukang bully kaya lo ngarep happy ending? pacaran sama kuah bakso sana!!" -Chelsea "Mending kuah bakso, dibanding pacaran sama cewek lampir macam lo!!"-Bagas intinya, Bagas itu tukang bully yang punya cita-cita bisa ngebully Chel...