6. Dunia Chelsea

380 20 0
                                    

"Chelsea, kamu yakin memberi mereka kesempatan? Sudah tidak ada yang bisa dipertahankan. Adalah benar, kalau perusahaan itu berada dibawah naunganmu, tapi ... Apabila ada masalah, maka perusahaan pusat juga akan terkena dampaknya"

"Iya, Pa. Tidak masalah. Lagipula, niatku hanya menolong. Banyak karyawan dengan ekonomi menengah kebawah di perusahaan itu. Sedang pemiliknya juga hanya memiliki batasan ekonomi standar. Akan sangat tidak etis kalau kita langsung mencabut kontrak. Bahkan dalam bisnis, dalam beberapa waktu kita harus menggunakan perasaan. Bukan begitu, Papa?" ucap Chelsea tersenyum.

"Dimengerti" balas Terriyanto sambil mengacak pelan puncak kepala anak gadisnya.

"Jadi, bukankah Chelsea adalah gadis yang cocok untuk menjadi pendamping pewaris K Corp, Om?" ucap seorang lelaki dengan jas tiba-tiba.

"Tentu saja." balas Terriyanto dengan senyum terbaiknya sementara Chelsea hanya memutar setengah bola mata.

"I'm sorry, Key, but I'm bussy today." ucap Chelsea datar dan beranjak meninggalkan ruangan ayahnya.

"Chel, tunggu. Om, saya pamit kejar Chelsea dulu" ucap Key dan diangguki oleh Terriyanto.

Chelsea berjalan cepat menuju kamarnya, namun langkah pendeknya bisa diimbangi dengan langkah lebar Key secara mudah.

"Chelsea, wait. Apa yang salah?" tanya Key menggenggam pergelangan tangan Chelsea.

"Key, aku sungguh lelah hari ini. Bisakah kita bicara besok?" ucap Chelsea

"Tomorrow, it's mean Never" jawab Key "Chel, aku sungguh suka sama kamu. Tidak bisakah kau menganggap pernikahan kita bukan pernikahan bisnis? Sejak dulu, aku menyukaimu tapi tidak memiliki kesempatan dekat denganmu. Karena itu, aku menggunakan pernikahan bisnis ini. Chel, I love you so much" Key bicara tulus.

Chelsea memicingkan mata, "Kalau gitu, kamu licik dan jahat. Sebab untuk mendapat apa yang kamu mau, kamu rela melakukan hal yang jelas menekan dan bahkan melukai orang lain" Chelsea melepas dengan kasar genggaman Key di pergelangannya. Dia masuk kamar, tapi detik selanjutnya keluar dan turun ke bawah meninggalkan rumah.

Berjalan cepat, Chelsea bahkan mengabaikan panggilan Raffi.

"Nona Agatha! Non!!" panggil Raffi namun Chelsea sudah lebih dulu naik kedalam taksi.

Cepat tanggap, Raffi memotret nomor plat taksi tersebut dan segera mencari kemana tujuan Chelsea.

_

Chelsea duduk di salah satu kafe yang letaknya berada di pesisir pantai. Memesan minum, Chelsea memandangi lautan lepas membiarkan rambut panjangnya terkena angin. Mengusap lengannya yang tidak tertutup, Chelsea menghembuskan nafas. Dia bahkan belum berganti pakaian sejak pulang sekolah tadi. Chelsea bergegas menuju kantor setelah dari sekolah untuk melihat perkembangan kantornya.

Setelah hampir setengah jam duduk disana, Chelsea bergegas bangkit dan menyusuri pasir pantai sebelum pendengatannya menangkap sebuah suara yang nampam familiar.

Menoleh, Chelsea menemukan Bagas yang dengan senyum lebar tengah membagi-bagikan brosur di tangan. Mendekat, Chelsea baru paham kalau brosur itu adalah perusahaan travellingnya. Giliran Chelsea yang tersenyum. Kupikir dia hanya membual.

Mendekat ke arah Bagas, Chelsea berdehem kecil, mengejutkan Bagas yang sedang sibuk.

"Mau gue bantu?" tawar Chelsea dan mengambil brosur ditangan Bagas.

Menyalakan ponsel, Chelsea membuka aplikasi Instagram dan melakukan Live disana.

"Night girls, Chelsea lagi ada di dekat Ancol nih ... Nah, yang Chelsea pegang ini adalah brosur Travelling BRD's Corp. Kalau menggunakan jasa ini, dijamin kalian bisa mendapatkan pelayanan terbaik sekaligus tempat wisata keren anti-mainstreem. Ah! Karena sekarang sedang promo, kalian bisa dapet diskon 30% loh!! Ayo, guys liburan!! Biar gak penat. Sebentar lagi, juga libur semester kan? Nah, kalian bisa pesan sekarang dan konfirmasi satu minggu sebelum keberangkatan. Gimana?? Naiss kan?? Yuk! Liburan bareng Chelsea. Karena 100 pendaftar tercepat bakalan dapet kesempatan liburan bersama Chelsea dan ... Dua cowok ganteng disamping!! Taraaaa" Chelsea menghentikan monolognya dan menjulurkan tangan kearah Bagas dan Diffa yang sedang terbengong.

"Oke, cepetan daftar dan konfirmasi yap! Bay bay ... " Chelsea menutup Live Instagram-nya dan mengembalikan brosurnya kepada Bagas setelah memfotonya sebentar.

"Chel?" heran Bagas.

"Karena ini berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan gue, jadi ... Gue harus bantu juga kan?" ucap Chelsea enteng.

Tanpa sungkan, Chelsea mengambil brosur dan berjalan sekitar sepuluh langkah kemudian teriak untuk membagikan brosur tersebut.

"Hei, kalian!! Kalau disana gak ramai orang lewat! Sini!!" ucap Chelsea dan Diffa segera menghampiri Chelsea sedang Bagas hanya melongo dan tersenyum kecil pada akhirnya.

Cukup lama, dan mereka selesai selepas pukul sembilan dan jalanan mulai sepi. Bagas mengajak Diffa dan Chelsea duduk di atas pasir dengan memberikan minuman kaleng pada mereka berdua.

"Eh? Iya Pa? Oke, aku pulang" setelah menutup telephone, Diffa bangun dari duduknya dan berpamitan pada Bagas serta Chelsea karena ayahnya menyuruh pulang untuk menjemput mamanya.

Selepas Diffa meninggalkan Bagas dan Chelsea, kini Bagas baru tersadar kalau Chelsea masih menggunakan seragam sekolah.

"Lo belum pulang ke rumah?" tanya Chelsea

"Udah" jawab Chelsea meneguk minumanannya

"Kenapa belum ganti pakaian?"

"Gak papa" jawabnya lagi dengan memainkan kaleng minumannya.

Bagas baru akan melepas jaket untuk diserahkan kepada Chelsea hingga mereka berdua mendengar teriakan seseorang.

"Chelsea!! Oh My Lord. What are you doing here? Please don't be like that. If you angry with me, just say. I will go ... Sorry, ... " ucapnya heboh dan nampak di matanya kekhawatiran sangat besar.

Pria itu melepas jas dan memakaikannya pada Chelsea. Wajah putih dengan hidung mancung dan mata sipit, bahkan dalam sekali lihat Bagas bisa tahu kalau pria itu bukan dari Indonesia. Dan menilik perilaku serta gerak-geriknya, Bagas menduga, pria itu lebih dewasa dibanding Chelsea dan Bagas.

Mendadak memori Bagas kembali dengan memori Diffa ketika mengatakan bajwa Chelsea di jodohkan dengan pewaris perusahaan Australia. Apakah pria ini? Bagas memiringkan kepala dan mulai mengerti alasan Chelsea masih mengenakan seragam di pukul sembilan malam.

"Ayo kita pulang. Om khawatir" ucap pria itu.

"Gas, gue pulang. Lo udah upload brosur lo di semua sosmed juga kan? Cara itu sedikit lebih efisien dibanding lo harus teriak di jam ini" ucap Chelsea

"Oke" jawab Bagas singkat dan melihat punggung Chelsea yang semakin menjauh.

Bagas masih bisa melihat Chelsea yang nampak tidak nyaman dan ingin menjauh dari pria bule itu. Menggedikan bahu singkat, Bagas berjalan kembali menuju sepeda motor untuk pulang. Dia tidak akan paham dunia Chelsea. Tidak untuk sekarang.

_

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang