Chapter III

3K 180 5
                                    

"Malam ini aku akan mengajak kalian ke rumah untuk sekaligus merayakan ulang tahunku. Tidak apa-apa kan?" tanya Kyuhyun.

Seluruh kru dari timnya menganggukkan kepala mereka semangat. Jika Kyuhyun sudah mengajak seluruh krunya makan di rumahnya, itu artinya suasana hatinya memang benar-benar sedang berbahagia. Jantung Yuri terasa ngilu seketika. Namun, ia tetap tersenyum sekan ia tidak merasakan apapun.

Pesawat yang berbeda, dengan tujuan Tokyo kali ini. Setelah dua jam tiba di Tokyo, mereka akan kembali ke Korea Selatan. Ini sudah seminggu lebih sejak Yuri berada di tim tersebut dan ia senang sekali bisa bekerja bersama Donghae, Miseul dan Yoojin, tentu dengan Leeteuk dan Kyuhyun.

Dalam waktu tiga puluh hari, ia akan diresmikan sebagai seorang brand ambassador dari Korean Air atas segudang prestasi dan kemampuannya yang diakui banyak pihak, terutama dalam berbicara hampir sepuluh bahasa.

Hidup di atas langit memang cukup sulit, namun Yuri sangat senang dan bangga dengan pekerjaan sebagai seorang pramugari. Banyak sekali maskapai penerbangan yang kemarin berusaha merekrutnya dengan gaji yang fantastis, namun entah mengapa Yuri justru menolak semua tawaran itu dan memilih bergabung ke Korean Air yang gajinya tidak setinggi maskapai penerbangan lainnya.

Alasannya di media hanya sebatas mencintai tanah air, namun Yuri jika tidak yakin jika ia memilih Korean Air karena itu. Ia hanya, bosan bekerja dengan maskapai besar yang memperlakukannya seperti seorang artis, padahal ia bukan. Ia seperti dipuja-puja dan tidak bisa menikmati pekerjaannya sebagai seorang pramugari.

Kru itu kini memasuki rumah sang pilot setelah seharian penuh bekerja antara Seoul dan Tokyo. Rasa lelah mereka terbayar dengan makanan mewah yang dihidangkan di atas meja makan pria itu. Seorang chef sepertinya disewa oleh Kyuhyun untuk menghidangkan masakan lezat hari ini, memperingati ulang tahunnya.

"Happy Birthday to you! Happy birthday to you!" nyanyi seluruh kru. Kyuhyun meniup lilin di atas kue yang dibelikan Donghae tadi sebagai formalitas lalu mempersilakan semuanya menyantap makanan itu.

Miseul dan Yoojin terlihat bersemangat dan berusaha keras memancing perhatian Kyuhyun, sedangkan Kyuhyun, Yuri, Leeteuk, dan Donghae menikmati makanan mereka dengan santai dan tenang. "Kemana putrimu, Kyu? Aku tidak melihatnya?" tanya Leeteuk. Yuri langsung menatap pria itu tanpa basa-basi, matanya menunjukkan cahaya lain.

"Di rumah temannya, menginap. Itu sebabnya aku bisa membawa kalian semua kemari malam ini." jawab pria itu, membuat jantung Yuri kembali terasa ngilu. "Permisi, kamar kecilnya dimana?" tanya Yuri pelan. Kyuhyun menunjuk sebuah pintu di dekat tangga menuju lantai dua. Yuri langsung berdiri dan meninggalkan meja itu, memasuki kamar kecil itu cepat.

Ia menghembuskan napasnya kasar di dalam sana. Ia nyaris berteriak dan menangis saat ini. Bayangkan saja, nyaris dua tahun ia tidak pernah melihat sosok itu lagi. Rasanya sesak bisa berada di tempat ini namun tidak menemukan sosok yang dicarinya selama ini.

"Kau tidak akan pernah menemuinya, Kwon Yuri."

Suara berat itu membuat Yuri nyaris terjatuh akibat terkejut. Pria itu tiba-tiba sudah berada di dalam kamar mandi tersebut, hanya berdua saja dengan pilot bernama Kyuhyun itu. Air mata menggenang di pelupuk mata Yuri. "Kenapa kau lakukan ini kepadaku? Itu rasanya sakit sekali. Biarkan aku menemuinya sekali saja, Kyuhyun. Aku mohon kepadamu." pinta Yuri, berlutut di lantai, menghilangkan harga dirinya.

"Aku tidak peduli. Dia selamanya akan menjadi milikku. Minyoung akan selamanya mejadi putriku, bukan putrimu." kata Kyuhyun kaku sebelum mendorong Yuri dan meninggalkan kamar mandi itu, kembali bergabung dengan yang lain. 'Semua itu karena kau berselingkuh dariku, Yuri,' batin Kyuhyun sesak.

###

"Cuaca akhir-akhir ini sedang buruk sampai kita mendapat turbulensi yang cukup parah." ujar Donghae yang mulai kesal mendengar curhatan mengenai cuaca dari pramugara di tim lainnya.

Belakangan ini memang kerap terdengar berita mengenai angin yang kencang serta hujan tanpa henti yang mengguyur Korea Selatan. Kali ini, kru Yuri mendapat jadwal pesawat antara Jeju dan Incheon saja jadi tidak terlalu berat.

Yuri sedang duduk di kursinya, memegangi sabuk pengaman yang kini membentuk X pada tubuhnya. Pesawat baru saja lepas landas dari bandara yang berada di Pulau Jeju tersebut.

Hujan deras sedang terjadi di luar sana, membuat pesawat terasa berisik. Ia mendengarkan lagu melalui MP3 playernya dengan earphone, agar tidak terganggu dengan suara petir pula, yang membuatnya takut.

Di tengah-tengah penerbangan, seperti biasa, Yuri akan berjalan dan membantu para penumpang yang membutuhkan bantuan. Namun, niatnya itu berubah malapetaka ketika turbulensi keras mengguncang pesawat.

"Ibu, hati-hati dengan putrimu!" seru Yuri cepat sambil membantu seorang penumpang memakaikan kembali sabuk pengaman putrinya. Turbulensi itu semakin keras hingga barang-barang mulai berjatuhan dari kabin atas.

Siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?

Suara petir keras terdengar membuat ketakutan Yuri muncul. Ia mendadak lemah dan lengah mendengar itu. Yuri melindungi seorang anak kecil lain yang berdiri di dekat lorong agar tidak terkena barang yang berjatuhan. Tepat saat itu, beberapa barang jatuh ke arahnya, mengenai punggung dan kepala.

"Jangan takut. Ahjumma akan melindungimu dari barang-barang ini. Turbulensi seperti itu memang kerap terjadi saat cuaca buruk," ucap Yuri ke gadis kecil itu.

Yuri bertahan, berdiri di posisi melindungi itu sampai turbulensi berakhir dan para penumpang langsung membantu wanita itu.

Donghae dan Miseul langsung berlari menghampiri Yuri yang kini tergeletak tak sadarkan diri di lantai pesawat, dengan darah di kepalanya dan beberapa luka lecet.  Dengan bantuan seorang penumpang, Yoojin, Dongha, dan Miseul bisa membantu penumpang lain yang terluka dan membiarkan Yuri ditangani lebih lanjut.

"Leeteuk! Kyuhyun! Kita harus segera mendarat di bandara. Turbulensi tadi begitu buruk. Banyak yang terluka, walau tidak berat, karena barang-barang berjatuhan." ucap Donghae. "Kita harus menunggu kalau memang tidak terluka parah. Banyak yang mengalami turbulensi serupa." balas Leeteuk.

"Yuri tak sadarkan diri. Ada darah di kepalanya setelah tertimpa beberapa koper dan barang berat yang berjatuhan dari kabin saat melindungi seorang anak kecil." Miseul menyahut.

  Deg!

  Hati Kyuhyun berhenti berdetak mendengarnya. "Kau bilang apa barusan?" tanya Kyuhyun, takut salah mendengar.

  "Pramugari kita, Kwon Yuri, pingsan dengan luka darah di kepala. Ia melindungi penumpang kecil dari barang-barang yang berjatuhan." Miseul mengulang ucapannya.

  Hatinya tidak beraturan saat ini. Perasaannya masih berantaan dan tidak tersusun dengan baik. Namun, ia tahu jelas apa yang sedang terjadi saat ini.

  Wanita itu harus ditangani oleh profesional secepatnya.

  "Menara controller, aku ingin mendarat dalam lima menit atau kurang jika bisa. Ada keadaan darurat, beberapa orang terluka akibat turbulensi. Siapkan tenaga medis. Seorag pramugari terluka parah, ia sedang tidak sadarkan diri saat ini."

to be continued.

NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang