"Dia tidak hamil dan tidak mengalami penyakit serius apapun, jadi jangan terlalu cemas."
Ucapan sang dokter tadi membuat keduanya merasa jauh lebih baik. Kyuhyun memang sangat mengkhawatirkan adanya penyakit serius menyerang sistem imun Yuri, mendengar jawaban tadi membuatnya beratus kali lipat lebih lega.
Rintik air hujan membasahi bumi.
Yuri duduk di sofa, menatap dinding apartemen yang hampir seluruhnya terbuat dari kaca tebal. Seoul sedang gelap, mendung, dan suara petir bersahutan. Kyuhyun menghela napasnya melihat sosok sang mantan istri seperti itu. Ia mengambil selimut tebal dan menutupi punggung Yuri dengan benda itu.
"Kembalilah ke kamar, istirahat. Demammu belum pulih seratus persen." kata Kyuhyun cemas sembari duduk di sebelah wanita itu.
Yuri menolehkan kepalanya, ia menatap pria itu kosong. "Tidak tahu sampai kapan. Aku senang melihat hujan jatuh membasahi bumi seperti ini. Suaranya membuatku tenang." balas sang hawa pelan.
"Suara petir tidak membuatmu tenang sama sekali."
Kalimat itu membuat Yuri tersenyum pahit. Kantung matanya, senyumannya yang sudah menyerupai sosok wanita depresi berat, tatapannya yang kosong, rambutnya yang tidak terurus; Kyuhyun tidak pernah melihat Yuri sehancur ini. Ia tak dapat membayangkan Yuri yang dulu berlutut di depannya karena ingin bertemu dengan Minyoung sekali saja. Apa yang terjadi setelah ia mengusirnya dengan kasar?
"Tunggu disini." ucap Kyuhyun sebelum berlari ke kamar tamu dimana Yuri kini tertidur. Ia mengambil sisir milik wanita itu lalu duduk di belakangnya. Dengan lembut, Kyuhyun meraih rambut panjang Yuri dan menyisirnya agar tidak kusut. "Walau kau dalam kondisi seperti ini, jaga penampilanmu. Kau ini seorang pramugari, jangan rusak tubuhmu dalam sebulan." pesan Kyuhyun sambil terus menyisir rambut kusut Yuri.
Ia mengambil secangkir teh hangat di atas meja lalu memberikannya ke Yuri. "Hangatkan tubuhmu, minum teh ini." titah Kyuhyun. Yuri menerima cangkir itu dan meneguknya perlahan, sebelum kembali diletakkan di atas meja.
Kyuhyun meletakkan sisir itu di atas meja dan memeluk Yuri dari belakang. "Lagi, maafkan aku atas semua kesalahanku, Yuri. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menebus semua dosaku kepadamu." ujar Kyuhyun pelan.
Air mata kembali berjatuhan begitu saja. Yuri terisak. Suara isakan itu adalah hal yang paling dibenci Kyuhyun sejak dulu, bahkan saat ia mengusir Yuri hingga detik ini.
Kyuhyun memutar sedikit tubuh Yuri ke belakang, sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Hatinya, sakit. Ia langsung memeluk Yuri erat. Suara tangisan itu semakin keras, bahkan suara hujan tak lagi terdengar di telinga mereka berdua karena keduanya kini sama-sama terisak.
"Lihat, demammu kembali. Setelah ini, kembali minum obat yang diberikan dokter lalu tidurlah. Pejamkan matamu. Istirahatkan pikiranmu, jangan hanya tubuhmu." pesan Kyuhyun. Yuri mengangguk kecil.
"Baiklah, kalau itu yang kau katakan, aku akan menurut."
Kyuhyun tidak pernah mendengar kalimat seperti itu keluar dari bibir seorang Yuri. Dulu, Yuri tidak akan pernah mengatakan hal seperti itu. Mendengar Yuri mengatakan itu, membuat Kyuhyun merasa buruk. Apakah wanita itu berubah karena sifat otoriternya dulu?
###
Kyuhyun terbangun di tengah malam karena suara bantingan pintu terdengar cukup keras dari kamarnya. Pria itu membuka pintunya dan melangkah cepat menuju kamar mandi tamu yang pintunya terbuka dan lampu menyala.
"Kwon Yuri!"
Pria itu berlari dan mendorong pintu itu, menemukan Yuri memukul dadanya, berusaha memuntahkan isi perutnya ke kloset. Kyuhyun menepuk pelan pundak Yuri dan mengurut tengkuknya, hingga wanita itu terus memuntahkan semua makanan yang dimakannya tadi ke kloset tersebut.
Dari berdiri, hingga kedua kakinya tak sanggup lagi. Yuri terjatuh ke lantai lemas. Bersandar pada kaca pembatas shower. "Kau sudah minum obat mualnya?" tanya Kyuhyun. Yuri mengangguk pelan. "Aku... bantu aku kembali ke kamar, tolong." pinta Yuri.
Kyuhyun menatap khawatir Yuri. "Tanpa diminta pun, aku akan melakukannya." ucap Kyuhyun. Ia langsung menggendong Yuri dan membaringkannya ke atas kasur. Dengan perhatian, Kyuhyun meminumkan obat mual yang diberikan sang dokter kemarin kepadanya.
"Kepalaku sakit."
Yuri membenamkan wajahnya ke bantal. Kyuhyun tak tahan melihat hal seperti ini terus menerus terjadi. Ia berbaring di samping Yuri, lalu membiarkan wanita itu membenamkan wajahnya ke dadanya. Dipeluknya Yuri erat.
"Tidurlah Yuri. Ingat, semua itu karena pikiranmu." bisik Kyuhyun lembut. Ciuman lembut menyapu bibir Yuri, tak terbalas, namun Kyuhyun dapat memastikan bahwa sosok itu sudah tertidur pulas.
Pagi datang beberapa jam kemudian. Hujan masih terus mengguyur kotak itu. Menurut prakiraan cuaca, tidak ada sinar matahari untuk tiga hari ke depan. Hujan akan terus menerus mengguyur Seoul tanpa henti.
"Selamat pagi!" sapa Yuri lembut, membuat Kyuhyun membuka kedua matanya. Ia tersenyum melihat Yuri terlihat jauh lebih segar dari sebelumnya. "Apakah demammu sudah turun?" tanya Kyuhyun. Yuri menganggukkan kepalanya.
Pria itu mengusap pipi Yuri lembut dengan ibu jarinya lalu mencium keningnya. Lalu, perlahan turun ke hidung, pipi, dan bibir Yuri yang selalu terlihat berwarna merah muda itu.
Yuri tertawa kecil, geli karena tangan pria itu terus menggelitiki perutnya.
"Aku punya hadiah untukmu, Yuri-ah." bisik pria itu mesra di telinga Yuri. Wanita itu menatap mantan suaminya bingung. "Hadiah apa? Memangnya hari ini ulang tahunku? Desember masih terlalu jauh, Kyuhyun." balas Yuri.
Pria itu tersenyum licik. Diciuminya bibir ranum milik Yuri itu lembut dan penuh kasih sayang. Ia juga melumatnya perlahan yang kemudian dibalas oleh wanita itu lembut. Lidah mereka saling bermain, suara decakan terdengar, mengisi ruangan tersebut.
Kyuhyun menarik diri, membuat Yuri menatap pria itu bertanya-tanya. "Apakah aku melakukan sesuatu yang tidak kau suka?" tanyanya polos. Kyuhyun menggelengkan kepalanya.
Ia mengeluarkan sebuah kotak kaca dari balik tubuhnya.
"Bagaimana jika ini menjadi saksi bahwa kau menjadi milikku lagi?" tanya Kyuhyun sambil membuka kotak itu.
Yuri menatap isi kotak kaca tersebut tidak percaya. Ia lalu menatap kedua mata Kyuhyun yang bersinar. "Apakah kau yakin dengan keputusanmu, Kyu? Kau tidak akan menyesalinya?" tanya Yuri ragu.
Pria itu mengangguk. "Aku sudah sepenuhnya yakin. Sekarang, apa jawabanmu?" tanya Kyuhyun lagi. Ia mengambil cincin berlian tersebut dan bersiap memasangkannya di jari Yuri.
"Aku mau."
Senyum merekah terpancar di wajah mereka. Kyuhyun memakaikan cincin itu ke sang mantan istri, Yuri. Mereka kembali rujuk pada akhirnya, semua dapat dikatakan berkat Minyoung. Putri mereka memang kini sudah di surga, memandang kedua orang tuanya yang kembali bersatu, walau telat.
The End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing
FanfictionPilot bernama Cho Kyuhyun itu digemari oleh seluruh timnya, terutama para wanita yang tergila-gila dengan ketampanan. Pria itu juga senang bermain dengan para one night stand, namun enggan meniduri rekan kerjanya sendiri. Hanya sedikit yang tahu bah...