"Selamat pagi, Yuri."
Sapaan di pagi hari itu membuat kedua mata wanita bernama Kwon Yuri itu terbangun. Mantan istrinya terlihat begitu cantik saat terbangun, membuat Kyuhyun tak henti-hentinya tersenyum tatkala Yuri menatapnya sambil tertawa kecil.
"Sarapan sudah ada di atas meja makan, spesial untuk ratuku." bisik Kyuhyun. Yuri mengusap wajahnya yang sedikit bengkak karena aktivitas mereka semalam yang melelahkan. Pramugari itu meninggalkan kamar tidur tersebut dan segera menyantap sarapan pagi untuknya di atas meja makan tersebut.
"Bagaimana rasanya?" tanya Kyuhyun.
Yuri menganggukkan kepalanya. "Rasanya lumayan, tidak terlalu buruk." jawab Yuri, mengomentari makanan hasil Kyuhyun itu. Kyuhyun menciumi leher jenjang Yuri dengan lembut, menggodanya, membuat Yuri menghentikan sarapan paginya dan berusaha menghentikan Kyuhyun.
"Kyuhyun, berhenti. Aku harus segera bersiap-siap, kita harus kembali ke Seoul hari ini. Jangan membuatku menunda persiapan pulang." pintanya sebelum mengecup bibir Kyuhyun yang lembut itu sekilas. Ia segera berdiri dan melangkah menuju kamar mandi.
###
"Besok adalah penerbangan kita selanjutnya. Aku harap kalian dapat bekerja lebih baik besok dalam rute Korea - Kuala Lumpur." ucap Kyuhyun ke krunya ketika sudah sampai di Bandara Internasional Incheon.
Semua mengangguk paham dengan instruksi Kyuhyun. Panggilan masuk ke ponsel Kyuhyun yang kini dipegang Yuri, membuat wanita itu cukup kaget. Begitupun dengan staf lain yang mendapati ponsel sang pilot berada di tangan mantan istrinya, Yuri. Dengan kedipan mata, Kyuhyun meminta Yuri mengangkatnya.
"Yeoboseyo?"
Seseorang di seberang mengatakan panjang lebar, membuat Yuri terdiam di tempatnya berdiri saat ini, menangis. Miseul, yang bingung dengan apa yang terjadi, menghampiri Yuri yang sedang menangis sambil menjawab telepon itu.
Tangan kanannya menyerahkan ponsel itu ke sang pemilik yang langsung diangkat Kyuhyun tanpa basa-basi, bertanya-tanya mengapa Yuri bisa menangis ketika ia menjawab telepon itu. Lalu, Kyuhyun juga ikut menitikkan air matanya.
"Minyoung.. putriku! Itu putriku!" tangis Yuri sambil memukul dada Kyuhyun. "Mungkin besok pilot dan pramugari akan digantikan. Tidak, mungkin sampai bulan depan." ujar Kyuhyun pelan sambil memeluk Yuri yang sesenggukan itu. Ia memegangi Yuri yang melangkah gontai ke luar bandara.
"Ada apa? Apa yang terjadi? Bukankah rencana kita menyatukan keduanya lagi seperti yang dikatakan ibu Kyuhyun sudah terlaksana? Apakah ini bagian dari rencana?" tanya Yoonjin bingung.
Leeteuk lalu mengeluarkan ponselnya. Sebuah notifikasi pesan baru masuk. Tercekat.
"Putri mereka, Minyoung, yang belum pernah bertemu Yuri lagi hingga detik ini... baru saja meninggal dunia akibat tertabrak bus di depan sekolahnya."
Berita itu membuat kru tersebut terdiam.
Di dalam mobil, Yuri terus menerus menangis. Bagaimana tidak? Putrinya itu sudah lama tak dilihatnya. Lalu, saat ia dan Kyuhyun sudah rujuk, Minyoung kecil malah meninggalkan dunia karena kecelakaan. Kyuhyun hanya bisa fokus menyetir kendaraan secepat mungkin menuju rumah kremasi, dimana Hyeran, ibunya, sudah mempersiapkan pemakaman cucunya.
Rumah kremasi memang terletak tidak jauh dari bandara. Yuri yang langkahnya sudah lemah itu dibantu Kyuhyun masuk, melihat jenazah terakhir di dalam sebuah ruangan, yang membuat wanita itu berteriak histeris melihat putrinya yang sudah tumbuh besar itu kini meninggalkannya. Yuri sangat merindukan suaranya, yang kini tak akan pernah terdengar lagi.
"Minyoung-a! Ini eomma. Kau tidak merindukan ibumu?" jerit Yuri, yang kini ditahan Kyuhyun agar tidak mendekati jenazah itu. Kyuhyun tak mau Yuri diisi dengan kenangan buruk lagi. Ketika jenazah sang putri perlahan masuk ke dalam mesin kremasi, Yuri semakin histeris.
"Kyuhyun, tolong bantu Yuri di saat sulit seperti ini. Jangan biarkan dia terlalu lama histeris seperti itu. Nanti-"
Belum selesai Hyeran berbicara kepada putranya yang terlihat sudah ikhlas dengan kepergian Minyoung, putrinya, pria itu sudah berlari kencang ke depan, mengangkat tubuh Yuri yang jatuh begitu saja ke lantai, tak bergeming sama sekali.
"Yuri! Yuri, bangun!" Kyuhyun menepuk pipi Yuri keras, namun wanita itu tidak terbangun sama sekali. Matanya terpejam begitu saja dan terlihat bengkak karena terus menangis. Pria itu mengangkat tubuh Yuri ke luar ruangan kremasi, berlari menyusuri parkiran dan membaringkannya di mobil.
"Maafkan aku. Semua menjadi terlambat karena aku."
Pria itu menyelimuti Yuri dengan sebuah selimut yang berada di bangku belakang. Hyeran tak lama datang, didorong dengan seorang suster, memeriksa keadaan Yuri yang lemah itu. "Kau sebaiknya membawa Yuri ke apartemenmu. Biarkan dia beristirahat dan menenangkan diri, itu jauh lebih baik daripada terus mempertemukannya dengan Minyoung disini." saran Hyeran.
Kyuhyun menuruti perintah sang ibu.
"Aku sudah merelakan Minyoung pergi. Aku serahkan semuanya kepada eomma mengenai prosesi penebaran abunya di laut. Aku dan Yuri mungkin tidak dapat menghadirinya, karena aku tahu kita berdua tidak akan mampu melihat dan membendung kesedihan itu." kata Kyuhyun setelah membungkuk sopan dan masuk ke dalam mobil, mengendarainya ke apartemen.
Jujur hati Kyuhyun diliputi perasaan bersalah karena ia tidak mempertemukan Minyoung dengan ibunya, begitu pula sebaliknya. Ia juga tidak bisa menjaga Minyoung dengan baik hingga kecelakaan seperti itu terjadi. Ia tidak bisa melihat kepergian Minyoung yang sepenuhnya merupakan salahnya.
Pilot tampan itu membaringkan tubuh mantan istrinya di atas kasurnya yang empuk lalu menyelimutinya dengan selimut putih yang tebal. Tangan Yuri begitu dingin, membuat Kyuhyun merasa sangat cemas. Tangis yang jatuh di pipi pria itu saat ini mengungkapkan kesedihannya yang baru saja kehilangan seorang putri serta istri.
Kyuhyun melangkah menuju dapur, menuangkan air panas ke dalam gelas. Ia tak tahan melihat kamar Minyoung yang kini kosong itu. Ia harus menyingkirkan semuanya besok. Agar kesedihan Yuri yang mendalam itu tidak muncul lagi. Bagaimana caranya agar ia bisa melindungi Yuri dari semua hal menyedihkan lagi? Itu yang kini berada di benaknya.
"Aku yang harus memulainya."
Pria itu memutar knop pintu kamar sang putri yang minim barang. Hanya ada lemari, kasur, meja belajar dan juga beberapa buku pelajaran. Berusaha minim mengeluarkan suara berisik, Kyuhyun mengeluarkan barang-barang tersebut satu persatu, menyingkirkannya dari apartemen tersebut.
Ia meminta bantuan temannya yang memiliki truk dan ruang penyimpanan yang bisa disewa untuk membawa barang-barang tersebut. Lalu, pada pukul dua pagi, kamar itu sudah kosong. Kamar yang dulu menjadi tempatnya untuk bermain bersama sang putri, menceritakan kisah-kisah lucu dan seru setiap malamnya.
Bayangan sedih yang akan selalu muncul dalam hidupnya, namun harus dilewati mau tidak mau.
"Maafkan aku, Yuri. Semua ini untuk kebaikanmu sendiri. Aku akan melindungimu dari semua yang dapat membuatmu merasa sedih, marah, dan juga sakit. Aku harus menyingkirkan ini agar dukamu tidak terus menerus berlarut." gumam Kyuhyun berdosa.
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing
FanfictionPilot bernama Cho Kyuhyun itu digemari oleh seluruh timnya, terutama para wanita yang tergila-gila dengan ketampanan. Pria itu juga senang bermain dengan para one night stand, namun enggan meniduri rekan kerjanya sendiri. Hanya sedikit yang tahu bah...