"Aku akan benar-benar cuti sebulan."
Kyuhyun tersenyum tipis di sambungan video call itu, membuat beberapa kru mengangguk paham, namun merasa kecewa. Tentu saja mereka kecewa, kru mereka memiliki kekuatan pada Kyuhyun dan juga Yuri, ace dari grup yang tak pernah dapat dilepaskan.
"Iya sudah, hari sudah malam. Kau sebaiknya beristirahat. Awasi mantan istrimu itu, dia sedang dalam kondisi yang sangat memprihatinkan." ujar Miseul cepat. Kyuhyun mengangguk lalu mematikan laptopnya.
Ia menyantap makan malamnya sendiri, karena sudah tidak ada lagi sosok si kecil yang selalu menemaninya dan merecokinya dengan urusan makan. Rindu menyergap hati pria itu. Ia tak dapat membayangkan perasaan Yuri saat ini setelah berpisah dari putrinya karena dirinya.
Semua ini memang sudah jelas salah dirinya.
'Mengapa aku tidak mendengarkan alasan Yuri terlebih dahulu dan menghakiminya dengan mudah?' batin Kyuhyun bertanya-tanya. Kesalahan yang didukung emosi sesaat membuatnya tidak berminat untuk melakukan apapun, bahkan menghabiskan makan malamnya.
Kyuhyun meraih jaketnya dan meninggalkan unit apartemen itu, menuruni lift, dan mendatangi mini market terdekat sebelum memantau rak khusus obat.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang staf berkaus biru itu. "Saya ingin membeli obat demam dan juga vitamin. Carikan yang paling mahal." pinta Kyuhyun. Staf itu mengangguk paham dan segera mengambilkan obat dan vitamin yang dimaksud oleh Kyuhyun.
Melihat angka yang muncul di layar komputer, Kyuhyun mengeluarkan uang pas dan segera memasukkan kedua obat itu ke dalam saku jaketnya, kembali ke unit apartemen di lantai 32 itu.
Dengan hati-hati, Kyuhyun membuka pintu kamar dimana Yuri sedang tertidur saat ini. Ia mengeluarkan kedua obat tersebut, meletakkannya di atas meja dan membangunkan Yuri lembut.
"Yuri, Yuri.. bangunlah. Kau harus minum obat terlebih dahulu." bisik Kyuhyun tepat di telinganya. Butuh beberapa kali hingga akhirnya Yuri terbangun, setengah sadar lebih tepatnya.
"Apa ini?" tanya Yuri serak. "Obat dan vitamin, agar kau cepat sembuh." jawab pilot itu. Kyuhyun membantu Yuri duduk dan meneguk air minumnya, sebelum kembali membiarkan wanita itu tertidur pulas dengan selimut menghangatkan tubuhnya.
Kyuhyun memeriksa suhu tubuh Yuri yang masih tinggi, membuatnya cukup cemas. Namun, takut mengganggu, Kyuhyun segera meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ke kamar tidur yang lain.
Ia memejamkan matanya, berusaha beristirahat untuk hari ini. Rasanya sangat lelah mengurus Yuri serta dengan keadaan bahwa sang putri telah tiada.
###
Suara bel membangunkan Kyuhyun di pagi hari yang sudah menjelang siang. Pukul sepuluh, itulah yang tertulis di halaman utama ponsel milik pilot Korean Airlines itu.
Ia mencuci wajahnya di kamar mandi sebelum berlari membukakan pintu untuk para kru dari tim penerbangannya yang datang berkunjung menyampaikan duka kepada Kyuhyun.
"Aku turut berduka cita atas kematian putrimu. Semoga dia tenang di alam sana dan tenang." ucap Yoonjin.
Pria itu tersenyum tipis sebelum meletakkan beberapa cangkir teh hangat di atas meja. "Kau pasti baru bangun." tebak Donghae. Kyuhyun mengangguk. "Kalian membangunkanku dari tidur. Setelah beberapa hari, baru kali ini aku dapat tertidur cukup lama, walau terganggu juga pada akhirnya." balas pria itu.
"Bagaimana dengan barang-barang Minyoung?" tanya Miseul.
Kyuhyun melihat sekelilingnya. "Aku membereskannya tepat di malam hari setelah kejadian itu. Aku tidak sanggup melihat barang-barangnya, apalagi Yuri yang nyaris gila." Kyuhyun menjawab pahit. Semua mengangguk paham.
"Bisakah kita menjenguk Yuri? Dia masih disini, kan?" tanya Yoonjin. Kyuhyun mengangguk. Ia membuka pintu kamar itu pelan, menampilkan Yuri yang masih tertidur pulas dengan wajah yang pucat. Kyuhyun memeriksa suhu Yuri dengan punggung tangannya dan tersenyum lega.
"Ia sudah juga sudah jauh lebih baik dari semalam. Suhunya pasti sudah turun hingga ke tiga puluh delapan." ujar Kyuhyun. Semua menatap Yuri dengan tatapan prihatin dan miris. Kondisi wanita itu terlihat jelas dari jauh dalam keadaan yang tidak baik.
"Kita sebaiknya pergi saja dari kamar ini. Kasihan Yuri jika kita ganggu tidur nyenyaknya. Ia perlu istirahat yang banyak." kata Leeteuk. Gerombolan itu meninggalkan kamar ketika Yuri berteriak histeris dalam mimpi tidurnya.
"Minyoung! Minyoung!"
Teriakan itu membuat para kru termasuk Kyuhyun terkejut. Kyuhyun segera berlari ke Yuri dan memeluknya. "Semuanya hanya mimpi. Kembalilah tidur. Tenanglah. Jangan mimpikan yang lain." Kyuhyun menepuk pelan pundak wanita yang matanya masih terpejam itu.
Kyuhyun menyelimuti lagi Yuri dengan selimut tebal kali ini lalu meninggalkan ruangan tersebut, menghampiri teman-temannya.
"Dia hanya mengigau. Sepertinya mimpi buruk." Kyuhyun memberitahu. Semua kru tampak tidak tenang dan nyaman. "Kita akan pergi sekarang. Nanti sore, akan ada penerbangan menuju Thailand. Melihat kondisi Yuri yang memprihatinkan, aku harap kau bisa menjaganya dengan baik. Hanya dia yang kau punya saat ini." nasihat Leeteuk.
Kyuhyun mengangguk mengerti lalu mengantar teman-temannya ke luar unit apartemennya. Setelah mereka masuk ke dalam lift, Kyuhyun menutup pintu dan menyantap roti yang ada di atas meja makan sebagai sarapannya yang telat.
Tak lama, Yuri keluar dari kamarnya dengan lesu. Kyuhyun segera menghampiri Yuri dan memeriksa suhu tubuhnya yang jauh lebih baik dari semalam.
"Duduklah. Aku sudah siapkan sarapan untukmu." ucap Kyuhyun. "Apakah itu bubur? Aku tidak suka bubur." tanya Yuri pelan. Kyuhyun menggelengkan kepalanya. "Aku tahu kau tidak suka bubur. Aku siapkan omelette, kentang rebus, dan juga salmon asap untukmu." jawab Kyuhyun sambil menarik kursi itu untuk Yuri duduki.
Wanita itu duduk perlahan di kursi tersebut dan mulai menyantap makanan di atas meja yang dibuat spesial untuknya.
"Tadi para kru datang, menjengukmu." kata Kyuhyun. Yuri mendongakkan kepalanya. "Kau tidak membangunkanku?" tanyanya. Kyuhyun tersenyum. "Tubuhmu masih tergolong panas, Yuri. Kau juga terus menerus mengigau semalaman. Tidak ada yang mau mengganggu tidurmu." Kyuhyun membalas. "Kita ke dokter setelah ini. Arrasseo?"
Yuri mengangguk lemah. Ia segera menghabiskan sarapannya, bergegas ke kamar mandi untuk membasuh diri dan bersiap-siap sebelum menemui Kyuhyun di ruang tamu.
Tujuan mereka kali ini adalah rumah sakit. Kalau Kyuhyun benar, ini pertama kalinya Yuri mau pergi ke rumah sakit bersamanya selain untuk periksa kandungan dan lahiran.
"Apakah anda mual dan pusing belakangan ini?"
"Iya." jawab Yuri yakin. "Apakah ada kemungkinan jika anda hamil?" tanya sang dokter lagi. Yuri menatap Kyuhyun. "Sepertinya ada." jawab pria itu. Dokter itu mengangguk paham lalu menempelkan stetoskopnya di beberapa bagian tubuh Yuri.
"Sepertinya tidak ada masalah. Hanya karena pikiran saja, itu sebabnya anda mengalami demam seperti ini." ucap sang dokter, setelah mempersilakan Yuri kembali duduk di depan mejanya. "Istirahat yang cukup dan jaga pola makan, itu yang terpenting."
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing
FanfictionPilot bernama Cho Kyuhyun itu digemari oleh seluruh timnya, terutama para wanita yang tergila-gila dengan ketampanan. Pria itu juga senang bermain dengan para one night stand, namun enggan meniduri rekan kerjanya sendiri. Hanya sedikit yang tahu bah...