8.0

9.2K 1.1K 8
                                    

Yoongi menatapku dengan tajam. Hari ini aku pulang malam lagi, ada tugas yang harus kukerjakan di perpustakaan kampus.

"Sebenarnya apa maumu?" Tanya Yoongi dan sukses membuat langkahku terhenti.

"Yoongi, aku lelah bertengkar denganmu. Bisakah kau tidak membuat emosiku naik?" Aku bertanya pelan karena sungguh aku lelah jika harus beradu mulut dengan orang sepandai Yoongi.

"Kau bahkan marah hanya karena Wendy mengirimiku pesan singkat untuk makan siang bersama! Itu sangat kekanakkan! Apa salahnya jika aku makan siang bersama dengan mantan kekasihku? Lagipula kami tidak ada hubungan apapun," Yoongi menjelaskannya dengan penuh emosi, terdengar seperti membentakku.

Tentu saja itu salah, Yoongi. Bahkan pesan singkat dari mantan kekasihmu itu adalah satu ketakutan untukku.

"Aku lelah untuk berusaha mengerti dirimu. Tak bisakah kita bertukar posisi sekarang? Kenapa kau tak memulai untuk mengerti diriku?" Desakku. Bertengkar dengan Yoongi hanya membuat tenagaku habis.

"Lihat dirimu sekarang. Persis seperti anak kecil yang belum siap untuk berumah tangga!"

Aku menggigit bibir dalamku dengan kuat. Berusaha untuk tidak menangis di hadapan Yoongi.

Aku berbalik, menatap manik mata Yoongi dengan lekat. Tak peduli jika sekarang Yoongi bisa melihat dengan jelas pelupuk mataku yang sudah digenangi oleh air mata.

"Min Yoongi, aku memang mendesakmu untuk menikahiku. Tapi aku tak pernah memaksamu untuk menikahiku! Jika kau benar-benar tak mau menikahiku, kau seharusnya bilang sejak dulu. Kau juga bisa membantah permintaanku,"

Yoongi terdiam. Manik matanya dan manik mataku masih bertemu. Sampai akhirnya air mata itu keluar dan memutuskan kontak mata kami berdua.

Aku menghapus air mata itu dengan kasar, "kalau begitu mari kita hidup seperti kita adalah pasangan yang belum menikah. Itu lebih baik untuk dirimu."

CONSOLIDATE : AFTER [ MYG ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang