2. First Day

387 51 6
                                    

Daniel menyeka keringatnya lalu duduk di kursi kerjanya. Sebuah sofa kecil yang cukup nyaman untuk digunakan bekerja. Tepat di atas meja yang berada di hadapannya, buku penyembahan setan yang ia temukan kemarin tergeletak di sana. Sekarang Daniel hendak membaca konsekuensi dari apa yang ia lakukan kemarin malam.

Memang apa yang Daniel lakukan?

Tentu saja membangkitkan Seongwu. Apa lagi?

Ritual itu cukup menguras tenaga tentu saja. Daniel harus mengumpulkan hewan-hewan keramat dari hutan dan memotong kepala mereka. Ia juga harus menggambar lambang setan di lantai kamarnya dengan menggunakan darah hewan-hewan itu. Bagian paling pentingnya adalah ia harus meneteskan darahnya pada mulut Seongwu dan membaca mantra. Entah mantra itu berasal dari bahasa mana, tetapi mantra itu terlihat seperti campuran acak dari huruf alphabet daripada sebuah bahasa yang sesungguhnya. Fakta bahwa seluruh buku itu ditulis tangan dengan pena dan tinta juga membuat Daniel takut kalau semisal ia salah membaca mantra.

Daniel baru saja selesai membereskan kamarnya. Ia sudah membuang semua bangkai binatang itu jauh ke dalam hutan dan mengelap semua titik darah yang ada di kamarnya. Masih samar-samar tercium bau anyir darah, tetapi tidak separah sebelumnya. Dan setidaknya tidak ada noda merah lagi di kamarnya. Kalau sampai ada orang luar yang melihatnya, mereka tentu akan berprasangka yang tidak tidak pada Daniel. Walau memang benar Daniel baru saja melakukan ritual setan yang jelas-jelas illegal

Perlahan Daniel membuka lembaran buku itu. Menyusuri kata demi kata. Sebenarnya konsekuensinya cukup sederhana dan tidak terlalu berat, tetapi tentu ada beberapa hal yang harus Daniel perhatikan baik-baik.

Pertama, Seongwu hilang ingatan dan hanya akan mengingat satu orang yang paling penting dalam hidupnya. Betapa senangnya Daniel ketika ia tahu bahwa Seongwu mengingatnya, tetapi Seongwu melupakan yang lain termasuk neneknya sendiri. Daniel harus mengarang cerita sebagus mungkin atau mengurung Seongwu setiap saat dirumahnya agar orang lain tidak salah paham. Saat ini Seongwu hanya mengingat penampilan Daniel, kenangan bersamanya akan datang perlahan. Begitu yang tertulis di buku.

Kedua, kulit Seongwu sangat pucat. Benar-benar pucat dan terlihat membiru, seperti orang mati. Yah, memang dia sudah mati, tetapi hidup kembali, jadi dia ini apa? Hmm, mungkin zombie. Dalam buku itu tertulis tentang cara menghilangkan kulit pucat itu. Setiap hari, Daniel harus memberikan setetes darahnya pada Seongwu. Harus rutin, dan jika sekali saja Daniel lupa, warna kulit Seongwu akan kembali pucat seperti semula.

Ketiga, Daniel membagi separuh nyawanya pada Seongwu. Itulah harga yang harus Daniel bayar untuk membangkitkan Seongwu dan tentu saja dengan begitu dapat disimpulkan kalau semisal Daniel mati, Seongwu juga akan mati.

"Daniel?"

Daniel nyaris loncat karena terkejut. Ia cepat-cepat menutup bukunya dan menoleh ke sumber suara. Pintu ruang kerjanya terbuka sedikit dan dari sana terlihat wajah Seongwu yang sedang mengintip. Sungguh pada saat-saat seperti ini Seongwu terlihat menyeramkan. Dengan hanya sebagian wajah Seongwu yang terlihat dari celah pintu, ditambah lagi dengan kulit pucatnya, Seongwu benar-benar terlihat seperti hantu.

"Ah, Seongwu, ada apa?" tanya Daniel masih sedikit terkejut.

"Kepalaku sudah tidak sakit lagi, boleh aku keluar?" tanya Seongwu setelah ia membuka lebar pintu.

Daniel mengernyitkan dahinya. Sebenarnya ia sudah menduga ini akan cepat terjadi, Seongwu bukan tipikal anak yang suka berdiam diri dirumah. Ia suka pergi keluar walau hanya sekadar melihat pemandangan. Ia tidak betah jika terus terusan berada di dalam rumah.

"Ingatanmu sudah kembali?"

Seongwu terdiam sebentar, lalu ia menunduk, "Belum..." ucapnya pelan.

"Aku sudah bilang kan, kau baru boleh keluar kalau ingatanmu sudah kembali. Paling tidak kau harus mengingat tentang nenekmu."

Yah, tentu Seongwu tidak akan bisa mengingat tentang neneknya, itu hanya akal-akalan Daniel saja untuk menahan Seongwu lebih lama di rumahnya. Toh, dia tidak akan selamanya mengurung Seongwu. Jika ia sudah menemukan waktu yang tepat, ia pasti akan mengajak Seongwu keluar rumah. Sebelum itu, tentu Daniel harus membuat skenario yang bagus untuk meyakinkan orang-orang.

"Tidak adil." gerutu Seongwu.

"Apanya?" tanya Daniel.

"Kau sendiri bilang akan pergi lama hari ini, lalu aku harus menunggumu seharian di rumah?"

"Aku ada urusan Seongwu, kalau kau keluar sendiri dalam keadaan sakit seperti ini, kau yakin tidak akan terjatuh dan membenturkan kepalamu lagi?"

Ya, ini akal-akalan Daniel yang lain. Ia bilang kalau Seongwu jatuh terbentur sehingga ia hilang ingatan. Padahal kepala Seongwu masih mulus tanpa goresan sedikit pun, apanya yang terbentur? Seharusnya Daniel lebih pintar dalam memberi alasan, tetapi untung Seongwu tidak menyadarinya dan langsung memilih untuk mempercayai Daniel. Mereka berdua sama saja. Sama sama bodoh.

"Cih, menyebalkan. Pokoknya setelah 3 hari, aku mau keluar!"

"Tidak mungkin, memangnya ingatanmu bisa kembali hanya dalam waktu 3 hari?"

"Aku tidak peduli, kau harus membiarkanku keluar atau aku akan kabur sekarang?"

Dan Daniel berhasil dibuat tercengang. Padahal baru kemarin malam ia menangisi Seongwu, sekarang rasanya ia ingin menyeret Seongwu kembali ke dalam laut.

***

Daniel menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Seongwu duduk di ujung ruang perpustakaannya. Nyaris tak terlihat karena tertutup rak buku. Ia sedang duduk bersila sambil membaca dengan tenang, tetapi wajahnya jelas-jelas menampakkan raut kesal. Ia memanyunkan bibirnya dengan kedua alis yang mengerut nyaris bersentuhan. Seongwu memang suka tanpa sadar melakukan itu ketika ia sedang membaca. Entah karena terbawa suasana atau sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil. Tetapi kini kebiasaannya itu ditambah dengan wajah yang benar benar kesal. Jadi terlihat menyebalkan.

"Apa yang kau baca?" tanya Daniel basa-basi sambil memasuki ruang perpustakaan.

"Ilmu kedokteran."

"Sejak kapan kau tertarik dengan itu?" Daniel mengernyitkan dahinya bingung, lalu duduk di samping Seongwu.

"Sejak satu jam yang lalu." jawab Seongwu cuek.

Daniel mencermati judul buku yang kini sedang dibaca oleh Seongwu. Ia memutar bola matanya ketika membaca judulnya 'Tips mengembalikan ingatan dengan cepat'. Daniel menghela nafasnya lalu menatap Seongwu dengan tatapan yang berkata -Pantas saja-.

Daniel mengelus puncak kepala Seongwu lalu berkata, "Maaf ya. Setelah ini aku akan pergi ke bimbingan untuk kedokteran, aku akan diajar oleh dokter yang terbaik pada abad ini, aku juga akan berusaha untuk mengembalikan ingatanmu."

Seongwu menatap Daniel terkejut. Lihatlah Daniel, janji manismu yang palsu ini membuat hati Seongwu tergerak. Seharusnya kau tidak mengucapkan janji yang kau tahu tak kan bisa kau tepati.

Daniel memaksakan senyum di wajahnya lalu beranjak berdiri. "Jam 6 aku pasti sudah pulang."

Seongwu masih terpaku di tempatnya dan hanya menatap punggung Daniel yang perlahan menghilang.

X|Forbidden|X
Tbc

ForbiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang