Daniel tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Giginya menggertak dan matanya mendelik marah. Bagaimana tidak?
Pertama, Seongwu sudah melanggar perintahnya, ia keluar dari rumah tanpa izin dan penjagaanya, dan lebih parahnya lagi ia datang ke gedung kedokteran.
Seongwu bertemu dengan seorang dokter adalah hal yang paling Daniel takutkan. Bagaimana kalau mereka menemukan kejanggalan dari tubuh Seongwu dan menjadikan Seongwu sebagai bahan percobaan? Membayangkannya saja sudah membuat Daniel bergidik ngeri.
Dan yang kedua adalah pria berambut hitam yang kini sedang berbicara dengan Seongwu di bawah pohon.
Hwang sialan Minhyun.
Apa-apaan dia, tiba-tiba memotong pembicaraan dan seenaknya menarik Seongwu keluar. Pikir Daniel kesal. Ia sangat sangat ingin memukul wajah mulus Minhyun sekarang.
Apa hubungan Minhyun dengan Seongwu? Apa mereka dekat? Kapan mereka pertama bertemu?
Daniel sudah berteman lama dengan Seongwu dan Daniel yakin bahwa Seongwu tidak mempunyai kerabat dekat atau seorang teman yang bernama Hwang Minhyun. Daniel berani bertaruh berapapun.
Tetapi kenapa Minhyun terlihat seperti sudah mengenali Seongwu sejak lama? Daniel tidak dapat melupakan bagaimana wajah Minhyun ketika Minhyun menoleh ke arahnya.
Wajah tertegun yang bercampur dengan entah amarah atau kekecewaan.
"Daniel, kau.. "
Minhyun tidak melanjutkan kalimatnya dan langsung menarik Seongwu pergi. Daniel terlalu terkejut untuk bisa merespon. Otaknya masih memproses apa yang baru saja terjadi, karena semuanya berlangsung begitu cepat.
Dan kini ia di sini. Bersembunyi dibalik semak-semak sembari menahan gatal dari ranting-ranting kecil yang berkali-kali mengenai kulitnya. Tentu saja kini Daniel sedang menguping pembicaraan Minhyun dan Seongwu, ia harus mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya, kalau tidak Daniel bisa mati sengsara karena penasaran.
Jujur saja Daniel tidak dapat mendengar seluruh pembicaraan mereka dengan jelas. Jarak semak-semak dengan pohon itu tidak bisa dibilang dekat, sehingga ia hanya bisa mendengar sejumlah kata saja, tetapi tak apa. Sesedikit apapun informasi, tetaplah informasi.
Daniel bisa mendengar Minhyun bertanya akan banyak hal.
"Sudah berapa lama?"
"Sejak kapan?"
"Bagaimana bisa?"
Seongwu berkali-kali menjawabnya hanya dengan gelengan atau ucapan tidak tahu dan malah bertanya balik. Wajahnya terlihat kebingungan dan alisnya mengernyit.
Tentu saja, sebenarnya untuk apa Daniel khawatir, sih. Toh, Seongwu hilang ingatan, apa yang bisa ia katakan pada Minhyun?
Terlihat Minhyun memijat keningnya gusar, ia mengucapkan suatu kalimat yang hanya samar-samar terdengar. Ucapannya tidak terdengar seperti suatu bahasa atau hal yang memiliki arti, hanya terdengar seperti gabungan dari kosakata-kosakata aneh.
Daniel membulatkan matanya ketika tangan Minhyun menekan tengkuk Seongwu dan membawa bibir pria yang lebih muda menemui bibirnya.
[]
Jinyoung berjalan melewati halaman gedung kedokteran. Kepalanya menengok kesana kemari mencari teman dekatnya, siapa lagi kalau bukan Daniel?
Perut Jinyoung sudah memberontak minta diberi makan, dan Daniel malah menghilang begitu saja padahal mereka sudah berencana untuk makan sup kimchi bersama.
Jinyoung berdecak kesal. "Padahal hanya kutinggal sebentar ke toilet, beruang ini sudah pergi saja."
Langkah Jinyoung terhenti ketika ia melihat adegan panas dihadapannya. Jinyoung terkesiap, tangannya dengan cepat menutup mulutnya yang terbuka. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat.
Guru pembimbingnya sedang berciuman dengan kekasih teman baiknya.
Tunggu, mungkin bukan kekasih tetapi calon kekasih. Tetapi ini benar-benar mengejutkan.
"Astaga, jangan sampai Daniel meli-" ucapannya terpotong ketika ekor matanya mendapati bayangan kecil di balik semak-semak.
Seseorang sedang berjongkok sambil melihat diam-diam dua orang itu.
Jinyoung mengelus dadanya, "dasar kurang kerjaan, malah mencari kesempatan."
Jinyoung memutar bola matanya, tetapi suatu hal membuatnya terkejut. Sepatu yang dikenakan oleh pria yang sedang berjongkok itu terlihat sangat familiar.
Tunggu. Sepatu kumuh itu...
Astaga! Itu milik Daniel!
Pekik Jinyoung dalam hati. Bertepatan dengan kepanikannya yang datang, Daniel keluar dari tempat persembunyiannya. Walau tak kasat mata, rasanya Jinyoung dapat melihat api-api berkobar di sekeliling Daniel. Auranya berteriak kencang bahwa ia dipenuhi amarah.
Daniel sudah siap melangkah maju mendekati Minhyun dan Seongwu, dan dengan sigap Jinyoung menariknya.
"Hei, hei, hei, Daniel! Tenang dulu, mau kemana kau?" seru Jinyoung sambil menarik lengan Daniel dengan sekuat tenaga.
"Apa, sih? Minggir, lepaskan!" raung Daniel galak. "Jangan ikut campur, Jinyoung! Kau mau kucincang?"
Aduh, sebenarnya Jinyoung sudah sangat takut sekarang. Perbandingan badan mereka saja tidak sebanding, Jinyoung yakin ia akan benar-benar dicincang kalau ia memelatuk Daniel. Tetapi Jinyoung tidak bisa membiarkan Daniel membuat keributan dan terkena masalah.
"Tahan emosimu, bung. Mau kau apakan mereka?" tanya Jinyoung berusaha menenangkan Daniel.
"Keparat itu! Berani-beraninya dia mencium Seongwu!" geram Daniel. "Aku saja seumur-umur belum pernah melakukannya, Minhyun sialan itu selalu saja bertindak seenaknya. Lalu kau juga! Kenapa kau malah membelanya? Teman baikmu sebenarnya siapa?" Daniel berteriak emosi sampai-sampai Jinyoung kehujanan.
"Aduh, bukan begitu, dasar kau ini! Memangnya kau ini siapanya Seongwu?" pekik Jinyoung sambil memejamkan mata ikut terbawa emosi.
Jinyoung tertegun ketika Daniel tiba-tiba berhenti bergerak, ia membuka matanya dan melihat ke wajah Daniel. Mata Daniel memerah.
Astaga, dia marah sampai matanya memerah. Batin Jinyoung terkejut.
Daniel mengepalkan tangannya lalu berbalik arah, ia berjalan masuk kembali ke dalam gedung kedokteran. "Jangan ikuti aku." ketusnya tanpa repot-repot menolehkan wajahnya.
Jinyoung terdiam melihat tingkah Daniel. Ia menepuk dahinya ketika ia baru menyadari apa yang barusan ia katakan, tentu saja Daniel marah.
Tunggu, matanya yang memerah tadi, apakah ia menangis?
***
Daniel mengambil buku hitam tua itu dengan kasar. Ia membantingnya ke atas meja dan membukanya seperti orang kesetanan. Pandangannya sedikit buram dan kepalanya terasa panas. Jari telunjuknya menyusuri kata demi kata yang tertulis di buku itu.
Jari telunjuknya terhenti pada sebuah kalimat.
Makhluk yang dibangkitkan akan mengalami hilang ingatan, tetapi ia akan mengingat makhluk lain yang paling penting dihidupnya–
Daniel tersenyum membacanya, ia merasa sedikit lega, tetapi ketika matanya berlanjut membaca kata-kata selanjutnya, ia diam terpaku.
–dan makhluk lain yang membangkitkannya.
X|Forbidden|X
TbcMaafkan baru update, habis uts kepala puseng
Sebenernya beberapa ep lagi harusnya tamat (awalnya cerita ini tuh mau dibikin oneshoot)
Tapi aku kok ngerasa ceritanya jadi kependekan :')
Aku lagi nyari-nyari ide buat nambahin bahan cerita, tapi lagi mikirin inktober juga, aduhai
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden
Fanfiction[DISCONTINUE READ AT YOUR OWN RISK] Daniel sangat menyayangi Seongwu. Ia takut akan kehilangan cahaya matahari dalam hidupnya. Karena itu ketika cahaya itu mati, Daniel berusaha membangkitkannya agar hidup kembali. Daniel siap menerima resikonya d...