Lagi-lagi Seongwu di sini. Perpustakaan membosankan Kang Daniel. Sambil menguap berkali-kali, ia masih berkutat dengan buku-buku milik Daniel. Sebagian besar isi perpustakaan Daniel adalah buku tentang kedokteran, cukup sulit menemukan beberapa komik dan novel yang menyelip di antaranya.
Seongwu membalik halaman komik anpanman yang ia baca, lalu menutupnya kasar. Ia melemparnya asal dan berbaring di lantai. Seongwu bosan. Seharusnya Daniel membelikan dia beberapa puzzle atau permainan yang bisa mengusir rasa bosannya, tetapi dia tak melakukan apapun dan hanya meninggalkannya pergi.
'Huh, sayang katanya.' cibir Seongwu dalam hati.
Seongwu merebahkan dirinya di lantai, menatap langit-langit perpustakaan. Kedua kaki dan tangannya terlentang bebas. Ia menghela nafas.
'Sebenarnya, bagaimana bisa aku hilang ingatan?' pikirnya.
Semalam ia menyadari ada yang ganjil dari kata-kata Daniel. Daniel bilang kalau Seongwu terjatuh, tetapi tidak ada luka satu pun di sekujur tubuh Seongwu.
'Bagian mana yang sebenarnya terbentur?' Seongwu mengelus kepalanya pelan, lalu menjatuhkan tangannya di samping tubuhnya.
Angin berhembus pelan dari luar jendela. Sinar matahari yang lembut menerpa kulit Seongwu. Rasanya sangat sejuk dan nyaman. Seongwu nyaris saja terlelap tidur sebelum suara ketukan pintu membuat kesadarannya kembali utuh.
"Astaga siapa lagi ini?" Seongwu bangkit dengan gusar. Ia berjalan keluar dengan langkah malas.
Ketika sudah nyaris mendekati pintu, Seongwu berjalan perlahan sambil berjinjit. Perlahan ia membuka tirai jendela dan mengintip dari sela-sela kecil. Seongwu mengernyit ketika mendapati pria paruh baya dengan kulit tan dan rambut platina yang sangat mencolok.
'Sejak kapan Daniel punya kenalan artis?' batinnya.
Seongwu awalnya ingin mengabaikan dan hanya mengecek saja, tetapi ia takut jika tamu ini adalah orang penting. Selain karena rambut yang mencolok dan wajah tampannya, pria ini memakai pakaian layaknya bangsawan.
Seongwu menggeleng-gelengkan kepalanya, Daniel pasti akan mengamuk kalau Seongwu membuka pintu rumahnya. Baru saja Seongwu mau melangkah masuk, pria itu mengetuk pintu lagi dengan lebih keras lalu berteriak.
"Aku tahu kau di dalam, buka pintunya atau aku akan mendobraknya!"
Seongwu menelan ludahnya. 'Apa apaan pria ini?!'
***
Cklak
Daniel mengerjapkan matanya. Ujung pensilnya patah, apakah tadi ia menekannya terlalu keras? Tiba-tiba perasaan Daniel tidak enak. Ia segera mengambil pensil yang baru, tetapi gerakannya terhenti ketika suara yang sama kerasnya terdengar dari depan. Minhyun yang sedang berdiri dan menulis di papan tulis, mematahkan spidolnya.
Daniel membuka lebar matanya, begitu pula dengan yang lain. Semuanya terkejut melihat spidol itu terbelah dua. Tintanya tumpah kemana-mana. Bagaimana bisa ada orang sekuat itu?
Minhyun mengernyit menatap spidol itu, lalu ekspresinya berubah menjadi kalang kabut. Ia buru-buru membereskan kekacauan yang ia buat.
"Bisa tolong ambilkan lap?" seru Minhyun.
Beberapa anak segera pergi mencari lap dan membantu Minhyun, lain halnya dengan Daniel yang hanya terdiam sambil menatap Minhyun. Wajah Minhyun terlihat tidak tenang. Melihat hal itu membuat Daniel menelan ludahnya, ia menjadi tidak tenang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden
Fanfiction[DISCONTINUE READ AT YOUR OWN RISK] Daniel sangat menyayangi Seongwu. Ia takut akan kehilangan cahaya matahari dalam hidupnya. Karena itu ketika cahaya itu mati, Daniel berusaha membangkitkannya agar hidup kembali. Daniel siap menerima resikonya d...