Apakah cinta harus selalu menyakitkan? Apa yang salah dengan cinta Hinata? Entah sudah berapa kali Hinata menangis karena pria itu.
Hinata memperhatikan orang-orang dalam bus ini, semuanya menatap dirinya prihatin.
Mata yang bengkak dan memerah, bahkan rambutnya tidak terikat rapi. Tas yang dia bawa sungguh besar seperti seseorang yang ingin pindahan rumah. Ya tapi itu memang kenyataan jika Hinata memang pindah dari rumah suami nya.
Tangan ini, tangan yang selalu Hinata pergunakan untuk mengobati Naruto,memasak untuk Naruto,memijat Naruto jika dia letih. Hinata tidak menyangka jika tangan ini dia gunakan untuk melukai naruto. Pipi kucing itu pipi yang selalu hinata sukai.
Hari sudah mulai gelap. Matanya Menatap bangunan rumah sederhana dan asri, alasan apa yang akan dia gunakan saat di hadapan sang ayah dan ibunya.
"Tadaima" ujar Hinata saat membuka pintu.
"Hinata kau?" tanya seseorang yang sekarang ada di hadapannya.
"Kaa-san?" tanya Hinata tidak percaya pada seseorang yang ada di hadapannya itu.
"Hinata, jangan katakan apa yang kaa-san pikirkan itu memang benar"
greep
"Hinata jadi kau?" tanya wanita berambut merah itu.
"Iya kaa-san maafkan aku, aku harus pergi meninggalkan anak mu itu hiks" hinata menangis di pelukan wanita yang sudah dia anggap ibunya.
"Kushina siapa yang datang?" tanya seseorang dari belakang. "Hinata kau?"
"Ibuuuu" hinata berlari ke ibunya, dia pun menangis seperti bayi di pelukan ibunya. "Hiks...ibu aku kangen sama ibuuuu huaaaa"
"Hinata kenapa kau bisa disini?" tanya Hikari yang masih bingung. Hikari pun menatap Kushina tapi yang ditatapnya hanya mengalihkan pandangan ke bawah.
"Ibu aku kangen sama masakan ibu hiks.. Bahkan aku saking kangen nya sampai nangis... Ibu aku mau tinggal disini saja bu"
Hikari tau apa yang sedang hinata alami, dari penampilan nya saja dia sudah bisa menebak jika hinata pasti pergi dari rumah.
Hikari paham sangat paham pada anaknya. Sudah lama sekali hinata tidak memenangis. Dan hari ini Hikari melihat putrinya menangis, mungkin ini batasan nya dia. "menagislah nak, ibu ada disini" Hikari pun menepuk punggung hinata.
"Ibu hiks.. Naruto jahat masa dia tidak memberi ku makan rameen, naruto hari ini berubah hiks.. Di..dia jahat bu pokoknya jahat huaaa bahkan aku bingung mengapa aku bisa cinta sama dia hiks...." keluh kesah hinata seperti anak kecil.
"Eh? Apakah begitu hinata?" Tanya Kushina menghampiri mereka.
"Hiks...i..iya kaa-san" jawab hinata masih dalam pelukan Hikari.
"Baiklah nanti kaa-san bicarakan sama naruto" Kushina pun mengelus kepala hinata dengan sayang.
"Ti..tidak usah kaa-san, kami a..akan segera bercerai"
"APA?!" Tanya Kushina dan Hikari secara bersamaan.
"Hiks...hikss..." hinata hanya menangis dan mengeratkan pelukan nya pada Hikari.
"Nak coba jelaskan pada kami" ujar Hikari selembut mungkin.
"...." tidak ada jawaban sama sekali dari hinata.
Hikari merasakan tubuh hinata semakin memberat di pelukan nya.
"Hinata?" Kushina menepuk pundak hinata.
"...." masih tidak ada jawaban, pelukan Hikari pun mengendur.
"HINATA?!" teriak kushina kaget melihat hinata yang sudah tertidur, lebih tepatnya pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan
Teen Fiction[naruhina] Terkadang cinta membuat kita egois, bodoh dan mudah dipermainkan dengan nama atas cinta. Tapi saat kita menemukan cinta yang baru saat itu juga kita harus menghilangkan ego kita.