Sudah menginjak satu bulan ia tidak pernah mengunjungi sang istri. Tangannya sudah menggenggam erat surat perceraian yang akan ia berikan pada istrinya. Ia ragu untuk memberikannya, seluruh pihak keluarga sudah menyetujui jika ia bercerai. Mereka takut jika Hinata akan semakin trauma jika bersama dengan dirinya.Menghela nafas dengan kasar sesekali kepalanya ia benturkan kemeja dengan pelan. Mengapa begitu sulit untuk memberikan surat ini? Padahal ia sudah membuatnya sejak awal pernikahan mereka dirinya sudah sangat berniat untuk bercerai.
Pasti para pria yang telah mengantri untuk mendapatkan Hinata sangat merdeka, jika berita tentang dirinya yang sudah bercerai. Akan banyak kesempatan untuk mereka mendapatkan Hinata terutama Kiba dan Toneri.
Entah mengapa Naruto menyesal karena telah berkata untuk melepaskan Hinata didepan Toneri.
"Aah lidah sialan" Naruto memaki lidahnya sendiri.
Belakangan ini Naruto sudah tidak memikirkan Sakura yang selalu ada kepalanya hanya Hinata. Naruto merasa tenang setidaknya ada Sasuke yang akan menjaga Sakura.
Drrrrt
Ia merasakan ponsel disaku celananya bergetar ia pun segera mengeluarkannya dan menerima panggilan itu.
Kiba? Buat apa dia menelepon.
"Hallo"
"kau dirumah, jika iya bukakan pintu aku ada didepan" ujar Kiba langsung keintinya
"Untuk apa kau kemari?" Naruto melangkahkan kakinya pada jendela dan mengintip Kiba yang benar-benar ada didepan rumahnya. Kiba melihat dirinya diatas dan panggilan pun terputus oleh Kiba.
Naruto pun dengan malas menghampiri Kiba, saat ia membuka pintu Kiba langsung menarik dirinya untuk masuk kedalam rumah.
Tunggu ini kan rumahku kenapa ia yang menarik ku masuk? Batin Naruto matanya pun memincing penuh selidik pada Kiba."Ada apa?" tanya Naruto setelah mereka sudah masuk.
"Mana surat perceraian kalian? Aku yang akan memberikannya jika kau tidak mau memberikannya" Kiba berjalan mengelilingi rumahnya seolah ini rumahnya sendiri. Mata Kiba terus menelesuri ruangan.
Naruto menghentikan Kiba yang tidak sopan menyentuh foto pernikahan ia yang sudah retak. "Jaga tangan mu"
"Itu kenapa?" tanya Kiba dengan senyum remehnya.
"Pergi kau!" usir Naruto dengan mendorong tubuh Kiba, yang tentu saja Kiba menahannya.
"Hubungan kalian dari awal sudah seperti itu bukan?" Kiba menujuk foto tersebut. "Baiklah aku yang akan memeperbaikinya, berikan surat perceraiannya dan aku yang akan menggantikan fotomu disana"
Buuggh
Naruto meninju Kiba dengan kuat, kemarahan sudah dipuncak ia tidak tahan lagi jika ada yang mengusik tentang rumah tangganya.
"Cih kau kenapa?" Kiba bangkit dari jatuh tersungkurnya. "Apakah kau tidak mau melepaskannya setelah berbuat sejauh itu?"
"Dia yang tidak ingin melepaskan ku!" teriak Naruto pada Kiba, tangannya ia cengkram di kerah baju Kiba.
"Dia sudah pernah untuk melepaskan mu tapi kau yang tidak mau dan itu seolah kau membuat dia selalu berharap kepadamu!" Naruto melepaskan cengkraman itu menatap lantai dengan sendu mendengar semua yang Kiba katakan "yang sebenarnya kau hanya memanfaatkannya bukan? Dan Hinata juga memanfaatkan keadaan itu untuk berusaha membuat kau mencintai dirinya, dia tidak ingin kau selalu bersedih melihat gadis pink itu bahagia bersama pria lain" Kiba ingin menangis jika mengingat hal itu, saat ia kerumah sakit dia melihat Hinata yang begitu terpuruk. banyak kesedihan yang ia pancarkan pada matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan
Teen Fiction[naruhina] Terkadang cinta membuat kita egois, bodoh dan mudah dipermainkan dengan nama atas cinta. Tapi saat kita menemukan cinta yang baru saat itu juga kita harus menghilangkan ego kita.