Antara Jamban dan Sempak

275 66 62
                                    


Di dedikasikan untuk rapmrpark yang sedang berulang tahun. ❤❤❤ Pi besdey, adekku sayang.  💞💞💞💞💞😘😘😘😘

Special Credit by me and ValLawl
Thanks buat idenya, rul ❤❤❤love you so much. 😍😍

---------------------------------------------------

Warning (!)

1. Tekan vote sebelum membaca! Hargai story abal ini dengan meninggalkan jejak! 👣

2. Chap ini hanya di selesaikan dalam waktu 2 jam tanpa editing, jadi jangan heran jika anda-anda sekalian menemukan keabalan dimana-mana 😅😂

Terima kasih 👌

------------------------------------------------------

Pagi baru saja menyapa bumi beberapa menit yang lalu, tetapi David sudah di buat kesal dengan telepon dan tumpukan tugas yang berjejer di mejanya. Apalagi, mengingat keberadaannya saat ini membuat emosinya semakin meledak letup bagai gunung krakatau(?)

Okelah, dia tidak terlalu mempermasalahkan hal yang pertama. Sebab, hal itu merupakan rutinitas tetapnya selama menjadi polisi. Tetapi, terkurung di motel busuk bersama dengan dua cecurut lucknut merupakan hal yang patut ia permasalahkan.

Yeah, kalian benar. Sehari lalu, pak kepala memberinya sebuah misi. Misi itu sederhana sebenarnya, dia hanya perlu mengawasi gerak-gerik seorang pengedar yang sering lalu lalang di motel itu. Mungkin saja, di tempat itu David dapat menemukan bukti transaksi beserta barang bukti yang di bawa korban selama ini. Pekerjaan ini merupakan tugas termudah semenjak ia menjabat sebagai Inspektur Kepala.

Tapi, tapi dan tapi... Di tengah kemudahan tugas yang sedang di tanganinya, dia justru harus berkerja sama dengan Jack dan Alvin.

Hell, no!

Dari sekian banyak makhluk di MPD, haruskah dia berpasangan lagi dengan dua makhluk sialan itu? 

Bahkan pak kepala sendiri tahu, bahwa sejak awal David sangat membenci kedua makhluk aneh itu.

Menghela napas, David meraih cangkir kopinya. Dia baru akan menyeruput kopi, saat pintu kamarnya mendadak terbuka dan terbanting di depan mata.

"AHH!"

Lalu, tak berselang lama Alvin muncul dan menghambur masuk ke dalam kamar dalam keadaan yang tunggang langgang. Dan saat itu juga, bebauan khas antah berantah menguar dan langsung menyergap David saat Alvin berlari melewatinya.

"KEPARAT! KAU KENTUT YA?!" jerit David marah. Cepat-cepat ia menjepit hidung dan menutup rapat gelas kopinya dengan dokumen setebal kamus---takut jika cairan hitam itu terkontaminasi oleh gas metan milik Alvin.

"Maaf. Daruraaaaaatttt!"

Jawab Alvin sambil berlari kencang. Tanpa basa-basi, pemuda itu langsung menerjang kamar mandi dan menguncinya rapat-rapat. Dan tak lama kemudian, suara desahan penuh emosi dan jiwa terdengar memenuhi ruang itu. Alunannya syahdu, selaras dengan 'backsound' kegiatan 'sakral' yang Alvin lakukan saat ini.

David mendecak jijik. Pria itu menggeram dan memutuskan keluar dari kamar untuk mencari udara segar. Namun sial, baru saja ia berjalan tujuh langkah dari tempat,  perutnya mendadak sakit. Bukan sakit yang perih karena luka, tapi lebih pada sakit yang melilit-lilit.

Dengan ganas ia masuk kembali ke dalam kamarnya dan menggedor bringas pintu kamar mandi. "Alvin? Sudah selesai belum? Kuperintahkan kau keluar sekarang juga!"

Another Side in DC's Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang