Prologue

2.8K 183 2
                                    

"Ayah sama Bunda ada kerjaan di Jakarta. Kalian harus ikut kita kesana."

Jisoo mendengus sebal saat suara bundanya yang menjengkelkan kembali terdengar di telinganya. Padahal perkataan itu sudah dia dengar beberapa hari yang lalu, tapi otak Jisoo seolah tidak mau melupakannya. Jisoo memang tipe anak perempuan yang sensitif dan selalu mengingat perkataan-perkataan yang menyentil hatinya.

Lisa di sebelahnya yang sedang berjalan sembari memakan roti lapis yang dia bawa dari rumah menoleh. "Kenapa, Kak?"

Jisoo menggeleng. "Gak pa-pa!" jawabnya cuek kemudian mendahului Lisa dan memilih bergabung bersama Jennie yang jalan sendirian di depan sana.

Lisa menunduk. Rose yang ada di belakangnya mengerti kemudian maju untuk merangkul adiknya itu. "Udah, gak pa-pa! Jisoo lagi pms, makanya galak gitu!"

"Gue ngerasa bersalah, Rose," cicit Lisa.

"Ah elah, baperan lu!"

"Apa?! Siapa yang baperan?!" tanya Lisa tak terima.

"Lo."

"Gue gak baperan!"

"Terus yang barusan namanya apa?"

"Gue.gak.baperan!"

"Gue.gak.baperan," ucap Rose menirukan suara Lisa. Saat Lisa sudah terlihat marah barulah Rose berlari dan meninggalkan adik satu-satunya itu.

Jisoo yang dilewati Rose dan Lisa hanya diam menatap mereka. Sedang Jennie melengoskan wajah, mempertahankan raut wajahnya yang kaku.

Keempat gadis itu tengah berjalan ke sekolah baru mereka sebenarnya. Hebat bukan mereka tidak diantar? Ya begitulah orang tua mereka. Selalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga perang dingin yang acap kali terjadi di antara anak-anaknya pun tidak mereka ketahui.

Akibat dari kurangnya pengawasan orang tua pun menyebabkan mereka tumbuh dengan sifat dan karakter yang berbeda satu sama lain.

Jisoo dengan sifat tegasnya.
Jennie dengan sifat dinginnya.
Rose dengan sifat centilnya.
Dan Lisa dengan sifatnya yang ceria.

Jisoo yang selalu disalahkan jika adik-adiknya berbuat salah membuatnya sudah terbiasa dan selalu bersikap tegas pada siapapun, terutama dua adiknya. walau terkadang sifat manjanya keluar juga. Kadang dia juga suka menyalahkan Rose dan Lisa, karena berkat 2 adiknya yang selalu seangkatan dengannya di sekolah itu Jisoo sebagai yang tertua seringkali diejek dan dianggap bodoh.

Dan Jennie, tidak ada yang tahu kenapa anak yang satu ini bisa sedingin itu. Dia tidak pernah mau bicara dengan siapapun. Bibirnya selalu bungkam layaknya orang bisu, padahal dia bisa bicara. Jika diajak bicara dia jarang menjawab, sekalinya menjawab pun pasti pendek.

Rose yang merupakan anak ketiga identik dengan sikapnya yang kecentilan. Bukannya apa, dia seringkali menggoda para cowok yang ada di sekolah lamanya dulu karena menurutnya itu menyenangkan. Kepercayaan dirinya selalu naik satu tingkat saat bercermin, karena menurutnya dia adalah White Snow yang merupakan perempuan paling cantik di muka bumi ini.

Kemudian Lisa, dia seolah adalah cerminan Rose. Sifatnya tidak jauh beda dengan kakaknya yang paling muda, sama-sama ceria. Bedanya Lisa tidak kecentilan seperti Rose. Dia memang suka menatap cowok-cowok ganteng di sekolahnya dulu, tapi tidak dengan menggodanya. Lisa berkomitmen untuk menggoda pacarnya saja suatu saat nanti.

"Itupun kalo ada yang mau sama lo," begitu respon Rose jika Lisa sudah mengungkit-ungkit tentang komitmennya.

Mereka tidak tahu saja kalau sekolah baru yang menjadi tujuan mereka saat ini menyimpan banyak kejadian mengejutkan yang akan mereka alami nantinya.

T B C

OURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang