11. Hari Minggu [3]

1.1K 99 19
                                    

Jennie tiba di rooftop bertepatan dengan Taehyung yang duduk di pinggir gedung yang tinggi. Gadis itu kemudian menghampiri Taehyung dan duduk dengan jarak beberapa meter di sampingnya. Taehyung menyadari kedatangan Jennie, tapi dia hanya diam sambil menatap pemandangan kota Jakarta.

"Gue diadopsi 8 tahun yang lalu sama keluarga angkat gue. Kayak yang gue pengenin, mereka baik banget dan sayang sama gue. Sampai akhirnya mereka punya anak sendiri, kehadiran gue mulai jadi beban buat mereka. Mereka mulai punya pikiran, buat apa ngebesarin anak orang lain sementara mereka punya anak sendiri yang harus diurus."

Jennie menyimak cerita Taehyung dalam diam. Dia menoleh saat cowok itu menghentikan ceritanya kemudian menghela nafas keras.

"Kenapa gue selalu gak diinginin? Mau itu sama keluarga kandung gue, atau keluarga angkat gue, mereka semua pada akhirnya cuma ngebuang gue."

"Tau gak, Tae?" Jennie membuka suara membuat Taehyung langsung menoleh kepadanya. "Orang yang ngerasa paling gak diinginin di dunia adalah orang paling kuat di antara semua orang-orang kuat. Karena walaupun tahu kalau dia gak diinginin, dia masih bisa bertahan di sini, di dunia ini. Dan lo termasuk ke dalamnya."

Taehyung mengerjap antara kaget karena Jennie ternyata bisa bicara sepanjang itu dan takjub karena kebijakannya. Namun, kemudian dia kembali menunduk, memainkan jari-jarinya di atas pangkuan. "Apa lo bener-bener yakin mereka emang orang-orang yang kuat? Gimana kalo ini cuma sekedar topeng? Topeng biar gak ada yang tau apa yang terjadi sebenernya."

"Gue yakin lo juga tau, Tae, semua manusia di bumi ini pasti punya topengnya masing-masing. Kita sama-sama tau kalau banyak rahasia di antara wajah-wajah penuh senyum itu. Contohnya lo, gue gak nyangka kalau ternyata lo dari panti asuhan karena lo keliatan gak punya beban sama sekali."

"Gimana sama lo? Lo juga pake topeng?"

Jennie menggeleng. "Gue terlalu males pake topeng. Lebih baik jadi diri sendiri walau gak ada yang suka, yang penting gue nyaman."

Taehyung lagi-lagi menghela nafasnya. "Terlepas dari semua obrolan kita, intinya tetep aja gue gak diinginin sama pihak manapun, kecuali panti asuhan ini tentunya."

Jennie mengulum bibirnya ke dalam dan menatap Taehyung kasihan. Namun, karena Taehyung sedang dalam kondisi gundah gulana seperti ini, Jennie jadi memiliki ide untuk membuat cowok itu semangat kembali.

Jennie berdiri kemudian meraih tangan Taehyung dan mengajaknya bangkit. Taehyung dengan enggan mengikuti Jennie. Setelah mereka berdua berdiri, Jennie memberi arahan kepada Taehyung untuk menghadap ke arah barat dan merentangkan tangannya.

Walaupun bingung, Taehyung tetap mengikuti apa yang Jennie suruh. Kemudian Jennie memejamkan mata, lagi-lagi Taehyung mengikutinya.

"Sebenernya telat kalo ngelakuinnya siang-siang begini. Tapi gak pa-pa. Lo bisa lakuin ini pagi-pagi besoknya." kata Jennie. "Sekarang lo tenangin pikiran lo. Bayangin semua masalah yang ada di hidup lo hilang. Biarin matahari ngebagi sinarnya ke lo dan bersyukur kalo lo masih bisa hidup sampai sekarang. Hirup udara serakus yang lo bisa. Tenang aja, gak bakal ada yang protes. Intinya lo tenangin diri lo sendiri lewat ini."

Bukan melakukan apa yang Jennie ucapkan, Taehyung malah menatap gerak-gerik gadis itu yang menurutnya janggal. Bagaimana tidak, Jennie yang dia kenal lewat buku diary-nya adalah gadis putus asa yang sering kali menyesali hidup, tapi di saat Taehyung sedih begini gadis itu malah memberinya nasehat yang sebenarnya lebih pantas untuk dirinya sendiri.

"Jen."

Jennie tidak membuka matanya tapi kepalanya tertoleh ke arah Taehyung, menandakan bahwa dia sedang mendengarnya bicara sekarang.

"Gue baru tau ternyata lo bisa ngomong sepanjang plus sebijak ini. Jadi, apa yang ngebuat lo menyesali hidup lo yang udah dikasih kemudahan sama Tuhan?"

Detik berikutnya Jennie langsung membuka mata dan menatap Taehyung dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

***

"Sial!" umpat Rose saat lagi-lagi dirinya kalah oleh Jimin saat bermain basket.

Jimin yang baru saja memasukkan bola basket pada ring lawannya tersenyum mengejek ke arah Rose yang sudah mencak-mencak tak karuan.

Ya, benar sekali, seusai acara menonton film yang ternyata tak berjalan mulus itu, Jimin mengajak Rose pergi ke salah satu gor yang ada di Jakarta, mengajaknya bermain basket di sana.

"Udahlah, gue capek!" keluh Rose sembari duduk di pinggir lapangan.

Jimin menghampiri Rose kemudian duduk juga di sampingnya. "Capek kalah maksud lo?"

"Ishhh!" Rose tanpa hati mencubit kecil lengan Jimin membuat si empunya lengan meringis.

"Dasar lemah, gitu aja sakit." cibir Rose.

Jimin mengendikkan bahunya kemudian menoleh pada Rose yang sedang menatap orang-orang yang tengah berada di tempat yang sama dengan mereka. Cowok itu baru sadar kalau wajah Rose berdebu karena mungkin efek bermain di lapangan outdoor. Namun, entah kenapa hal itu malah menambah kadar kecantikan Rose di mata Jimin, membuat cowok itu tanpa sadar tersenyum sendiri.

Rose menoleh dan mendapati itu. Dia bergidik ngeri kemudian mendorong wajah Jimin menjauh. "Gila ya lu senyum-senyum sendiri?!"

Tidak menjawab, Jimin malah tertawa dan berdiri. "Udah, ayo pulang, gue anter."

Rose ikut berdiri. "Emang lo pikir gue mau dianter pulang sama lo?"

Jimin berpikir sebentar kemudian balik bertanya, "emang lo tau ini daerah mana sampe mau pulang sendiri?"

Benar juga. Rose tidak tahu dia sedang berada di mana. Dan kenapa dia tidak memikirkannya tadi. Akhirnya dengan berat hati gadis itu mengikuti Jimin yang sudah tersenyum penuh kemenangan menuju parkiran.

Di dalam perjalanan, mereka berdua hanya diam. Jimin sibuk fokus pada jalanan di hadapannya sedangkan Rose sibuk memikirkan hal-hal yang seharian ini dia lakukan bersama Jimin.

Motor Jimin berhenti karena lampu lalu lintas sedang berwarna merah. Rose menoleh kesana kemari, memastikan kalau ini benar-benar jalan yang mereka lalui tadi saat berangkat. Namun, matanya menangkap sebuah pemandangan tak mengenakkan yang berjarak beberapa meter dengannya.

Taehyung yang sedang membonceng Jennie.

Rose meremas kuat ujung bajunya dan melengos menyaksikan itu. Jadi, itu yang Taehyung sebut dengan menjemput ibunya di bandara? Dan sejak kapan juga Jennie menjadi ibu Taehyung?

Rose menoleh lagi kepada motor Taehyung dan saat itu pula sepertinya Taehyung tidak sengaja juga menoleh kepadanya. Wajahnya menunjukkan bahwa dia terkejut karena kebohongannya terbongkar. Sementara Rose hanya memberikan senyum tipisnya kepada cowok itu.

Entah apa yang dipikirkan Rose, tiba-tiba saja dia memeluk pinggang Jimin dari belakang membuat Jimin terkejut tapi tidak protes. Saat lampu kembali hijau, Rose mengeratkan pelukannya pada Jimin karena rasanya dia memang butuh pegangan yang kuat.

Sudahkah Rose bilang pada kalian kalau sebenarnya gadis itu menyukai Taehyung?

T B C

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang