2. Kelulusan

81 25 21
                                    

Tepat pukul 12.00 Kanaya duduk dibarisan padus. Kanaya gadis muda berusia 17'an yang kini bersekolah disalah satu SMA Swasta dibandung duduk kebingungan menunggu Sasa sahabatnya yang tak kunjung datang.

"Sasa dimana?."

"Ga tau," jawab Rosa setengah mengangkat bahu.

"Dimana sih, acaranya tinggal satu jam lagi."

"Dia di wc kali!?."

"Masa sih!?." dengan sigap Kanaya berlari kearah wc. Dengan heels yang agak tinggi. Matanya mulai perih, melihat kabut bertebaran dimana, dihampirinya seorang pemuda disebelah kaca jendela menuju wc.

"Hei, apa ada kabut?!"

"Haha.... Kana!?." suara yang tak asing bagi Kanaya, suara Bagas.

"Bagas, ini kabut asli??!."

"Apaan sih, mana ada kabut dihotel!." Bagas menepuk pipi Kanaya.

"Kamu ngapain disini??!."

"Aku kan bakal jadi pengisi acaranya."

"Seriously??."

"Iya dong. Masa ga inget Bagaskan penyanyi terkenal."

"Haha iya deh..."

"Mau kemana?!."

"Wc"

"Ouhh, yaudah sana!" menunjuk oada pintu coklat dengan senyum manis.

Kanaya kembali melanjutkan langkahnya. Namun, kakinya bergetar hebat saat melihat sepasang bola mata utuh memandangnya tajam kearahnya. Bersimbah darah bahkan urat-uratnya nampak jelas.

Ssssss.......
Sssssssssssssssss.......
Ssssssssss.......

Suara aneh mengiang ditelinganya.
Suara garing juga terasa seperti terinjak oleh kakinya. Kanaya menengok kebawah.
Kedua heels nya tertancap diantara dua rongga kosong. Itu membuat Kanaya semakin bergetar. Bagaimana bisa wajah orang itu tenggelam dia lantai dan hanya hidung, bibir dan jidat saja yang muncul keluar.

Pikirannya awut-awutan, kini sesuatu terasa bergetak diatas kepalanya.
Rasanya kulit kepala Kanaya seperti digaruk kuku yang tajam. Menjalar kepipi dan....
Astaga... Wajah penuh darah tiba-tiba muncul dihadapannya dengan rongga mata kosong. Kanaya segera mengengok kebawah wajah orang itu hilang, dia kembali mengangkat wajahnya dan wajah itu masih ada namun kali ini lebih menakutkan dirongga mata itu ada aliran darah segar, seperti orang menangis, mulutnya terbuka, raut wajahnya sungguh berantakan. Dengan helaan napas yang panjang dan rasa percaya pada Tuhan Kanaya meraih pipi dari wajah itu.

Aaaarrrrghh....
Aaaaaaaaaaaaa.......
Hik.. Hikk.. Hik...

Suara isak tangis yang sangat keras terasa ditelinga Kanaya.

"K-k-ke-kenapa?!." suara Kanaya bergetar hebat.

"Kembalikan...." suara agak serak muncul dari mulut wajah itu.

"Apa?!."

"Mereka mengambil mataku, menyiram wajahku dengan air mendidih."

"Bagaimana bisa??"

"Aku adalah seorang tukang cuci piring dihotel ini, hari itu tepat jam 12 siang bos menyiram wajahku dan mendorongku kearah panci saus yang mendidih. Dia melaporkan bahwa aku terpeleset padahal itu salahnya."

"Lalu??." tanya Kana dengan sedikit lebih berani.

"Dia membawaku kerumah sakit, aku ini miskin dia memintaku agar memberikan mataku untuk anaknya.... Aku terima. Tapi wajahku rusak!."

"Anaknya??!."

"Buta karna kecelakaan. Mereka mengambil mataku dan saat aku akan dipindah dari ruang oprasi kekamar pasien entah mengapa kasurku melaju kencang dan menghantam tembok dengan keras tubuhku hancur."

"Kenapa kamu mengangguku?!."

"Kamu bisa melihatku, aku juga. Kumohon bantu aku!."

"Apa??".

"Aku percaya kamu bisa katakan pada anak itu untuk menjaga mataku. Aku tak tenang!."

"Siapa anak itu??!."

"Sasa, sahabatmu." menunjuk kearah pintu wc dipojok.

"Baiklah, jangan ganggu dia dan aku atau yang lainnya." mengusap wajah itu. Samat terlihat wajah gadis yang indah. Senyumnya lebar dan berseri.

Kanaya bergidik, rasanya seperti baru saja terjadi sesuatu yang aneh. Kanaya menghampiri pintu wc pojok.

"Sasa??!."

"Ya, sebentar!"

Kreeeekkk...
Pintu terbuka...
Hahahahahahhaba.....
Wajah itu kembali muncul dan bergerak melayang menuju wajah Kanaya.

Aaaaaaaaaaaaa...................... Menjerit ketakutan.

"Kanaya??."

Menatap sekelilingnya. Malu bukan takut rasanya. Bayangkan saja, ditengah acara perpisahan yang agak khidmat tiba-tiba menjerit. Menghela napas panjang.

"Maaf, aku tak apa. Maaf!." membungkuk memberi sara hormat.

"Benar!?." tanya ibu guru padaku.

"Iya, aku baik ko!." memelankan nada suaranya.

"Baiklah!."

"Kenapa!?.," tanya Sasa berbisik ditelinganya.

"Jaga matamu ya, jangan sepertiku."

"Kenapa??."

"Minus, mataku minus." nyengir setengah takut, risau dan gelisah. Berantakan.

Maaf Sasa... Matamu membuatku takut.
Di sudut banner, terlihat wajah mengerikan itulah namun kali ini dengan senyuman.

"Kana??."

"Iya??"

"Ayo berdiri, kita masih perlu nyanyi."
Menarik tangan Kana. Dan.....bayangkan sendiri...


Pesan dari cerita ini
1. Jangan meleng alias ngelamun atau kosong
2. Slalu ingat Tuhan yang Kuasa
3. Jangan mengambil apa yang bukan hak kita


Note : True experience from writer's Friend.

PREDATORS | THE WAY YOU SEE THE WAY YOU DO❗ | [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang