12. Mak Paraji

28 10 7
                                    

Kasih 🌟🌟🌟 dulu kali ya All ...

Sekitar tahun 1975 di daerah Indonesia masih sangat akrab dengan yang namanya dukun beranak, terkhusus di daerah Bandung mereka menyebutnya Mak Paraji. seorang nenek berusia sekitat 60-80 tahunan. Mereka identik dengan karembong atau kebaya tua, dengan ciput (tudung kepala) sebagai penutup kelapa, rambut beruban, dengan sirih di mulutnya.

Hari itu, sekitar pukul enam sore petang sudah semakin gelap, bahkan nyaris seperti malam hari. Semilir minyak urut memenuhi rumah Mak Paraji. Tangan rengkuh itu mengenggam cawan dari tanah liat yang segera disimpan di atas tungku kayu yang sudah hitam. Asap dari pembakaran keluar melalui jendela usang yang hanya terhalangi kain samping lusuh.

"Malam ini akan sangat dingin, cariin kayu lagi Din!" Pinta Mak Paraji pada sang menantu yang bernama Udin, yang sehari-hari bekerja sebagai penempa besi.

Udin terdiam sejenak sebelum akhirnya buka suara, "Sudah mau maghrib gini mana ada Mak, lagipula masih adakan sisa kemarin?"

"Ada, tinggal beberapa lagi, nanti anak istrimu kedinginan. Mau bagaimana?"

"Ah, tidak usah risau Mak, hari inikan jendela semua sudah ditutup kain, lagilupa tungku kayu masih kuat menyala sampai pagi," jelas Udin sambil merapihkan beberapa bilah kayu di bawah ranjang.

"Iya Mak, biar akang (panggilan sopan untuk laki-laki) istirahat, sudah seharian dia bekerja, biarlah istirahat. Biar Entin besok yang cari ya Mak," pungkas Entin dengan suara.dan senyuman lembut.

Setelah beberapa saat berbincang sambil menghangatkan diri di hadapan tungku kayu suguhan berupa sungkong, ubi kuning dan juga pisang kukus tersaji di lantai tanah yang lembab nan dingin. Air teh dari poci tanah liat tercium harum.

"Anak mu jam segini sudah tidur? Bangunkan, suruh dia makan. Mak mau bersih-bersih dulu."

Langkah rengkuh, semu bongkok menunjun Mak Paraji menuju bilik kumuh dengan gentong dan gayung dari temputung kelapa di dalamnya.

Hawa dingin menyentuh tubuh yang sudah keriput itu, tubuh yang lelah karena bekerja keras, membantu banyak kelahiran manusia di dunia. Secara kasarnya seperti itu.

Jam mungkin sudah menunjukkan pukul 9 malam, karena suara hewan malam sudah terdengar nyaring. Karena, masih jauh dari listrik dan alat modern lainnya, mengetahui waktu hanya dari suara alam saja.

Tu--uk...! tu--uk...!

Suara pintu kayu lapuk diketuk dengan keras. Dari luar terdengar suara napas terengah-engah. Udin segera membuka slot kayu sebagai pengganjal.

"Kang tolong kan istri saya, i--is--istri saya mau melahirkan, tolong!"

Ucap pria yang berpakaian lusuh itu dengah wajah panik dan getir.

"Mak ... Mak ...?" Panggil Udin ke dalam rumah, "Itu, anu di luar ada yang mau melahirkan istrinya." Sambungnya.

"Cempor mana? Obor ada?" Tanya Mak Paraji pada pria lusuh itu.

"Mak, cepatlah kasihan istri saya."

"Yasudah, yasudah, tunggu dulu saja harus siapkan obor dulu."

PREDATORS | THE WAY YOU SEE THE WAY YOU DO❗ | [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang