6. Pasbar

35 10 4
                                    

Jalan kota Bandung yang sepi membuat laju mobil Raka dan Fiko sedikit bergetar.

"Ni kota sepi amat ya?" Raka bergumam kecil sembari mengusap rambutnya.

"Kita ke alun-alun aja kali-kali aga rame, Yaudah belok kiri aja, ntar ada belokan Pasbar nah masuk situ" jelas Fiko dengan gerakan tangan kearah jalan.

Sing me to sleep now, sing me to sleep.

Alan Walker menggema didalam mobil hitam yang dipenuhi aroma dingin.

"Eh ngopi yu, tuh di belokan pasbar depan tuh ada warung kopi." Ajak Fiko pada Raka yang tengah menikmati musiknya.

"Oh gitu ya, eh eh Ko hujan" mempercepat laju mobil, ditengah hujan yang begitu lebat.

"Wah, belok kiri aja, disitu aja tukang bakso enak. Buka 24 jam"

"Bakso yang itu?," mengacungkan jari telunjuknya.

"Nah itu,."

Keduanya turun, dengan sedikit berlari menghindar hujan keduanyaasuk ke kedai bakso. Aroma kuah gurih serbak menghiasi ruangan. Lampu gantung, kipas angin kuno, juga foto-foto yang tersebar didinding ruangan makin membuat suasana hujan sedikit lebih hangat.

"Lu duduk aja Ka., 2 ya. Mi baso kikil" Fiko berdiri disebelah panci bakso yang panas (ngebul) berasap, beraroma wangi bawang dan tulang kaki sapi.

"Komplit?!" tanya seorang pria yang sedang mengaduk panci bakso.

"Iya, yang satu kuahnya aga banyak. Kaya biasa aja." menepuk pundak pria berseragam hijau dengan hiasan oranye dipundak dan saku dadanya.

"Oke siap siap,"

Tak lama dua mangkuk mi bakso kikil tersaji diatas meja. Diraihnya sambal dan kecal yang dikucurkan keatas kuah basko. Pedas manis perpaduan kuah basko membuat Raka dan Fiko segera menikmati bakso mereka.

"Hujan gini emang enak ya makan yang anget, Ya ga Raka??" menyeruput kuah bakso yang sedikit kecoklatan.

"Yoi, ehh... Ada cewe tuh" menunjuk pada gadis bergaun merah muda didepan jalan masuk.

"Oh itu mah anak yang punya ni warung. Neng Ayu" menatap kearah wanita itu dengan sedikit gerakan alis terangkat.

"Single?!"

"Iya, dia masih 20' an lah. "

Senyum manis tergambar diwajah Raka.

Tak pernah Raka lihat gadis seanggun Neng Ayu. Wajahnya putih bersih, tubuhnya kecil namun berisi, rambunya panjang terurai, bibirnya tipis namun seksi. Entah apa yang dirasakannya benar atau tidak Raka jatuh cinta bak pandangan pertma.

"Yu??"

"Eh, A Fiko" melangkah menghampiri Fiko dan Raka.

"Ni Raka temen a'a di Jakarta"

"Raka!"

"Ayu, silahkan diteruskan"

"Sini aja duduk gapapa" tangan Raka menepuk kursi kayu disebelahnya sebagai kode agar Ayu mau duduk disebelahnya. Tanpa basa-basi Ayu duduk disebalah Raka.

"Yu ko kamu belum tidur, udah jam 12 loh. Si abah kemana? Mamang mu juga kenapa ga jualan es jeruk disebelah??" tanya Fiko yang sedari tadi anteng menikmati baksonya.

"Ayu lagi keserang insom, jadi yaudah deh lagipula warungnya rame"

"Banyak makan dan minum susu jadi bisa lebih cepet tidur" Raka tersenyum lagi-lagi dirinya merasakan bahwa jantungnya berpacu sangat cepat.

"Iya, nanti pasti Ayu coba," senyum manis dengan tatapan sayu.

Sayup, semilir angin malam menusuk sela-sela tubuh Fiko dan Raka. Aroma kuah hangat terasa begitu menyengat. Suara gemerincik hujan sedikit membuat bulu kuduk keduanya terangkat.

"Astaga...!" wajah pucat dengan suara lantang sontak membuat Fiko kaget setengah mati..

"Kenapa Ka??" tanya Fiko mrnghentikan makannya..

"Itu Ko" menunjuk kearah mangkuk bakso.

"Astaga..."

Dua bola mata dengan tatapan tajam muncul dimangkuk bakso. Kuah kecoklatan berubah merah darah segar. Mi kuning berubah mengerikan bak urat-urat manusia yang menegang. Potongan kikil telinga dan lidah manusia bercampur bau anyir tercium oleh keduanya.

Tembok yang semua dihiasi poto berubah berlumut, dingin dan licin. Panci bakso yang besar berubah berkarat. Orang-orang berwajah pucat dengan tatapan tajam kearah keduanya.

"Ada apa ini Ko??"

"Kaga tau"

"Haaaa...." suara lembut menyapa keduanya dari atas kepala mereka.

Dengan perlahan keduanya mengadahkan kepala. Tanpa basa-basi keduanya lari kocar-kacir. Namun, seperti terikat kuat kaki keduanya sulit bergerak cepat. Sekuat tenaga keduanya berlari dan,

Bug....

Kaki Raka tersandung, Raka yang begitu panik menarik kaki Fiko dengan kuat. Keduanya jatuh dan tepat dihadapan Fiko genangan darah segar dimana-mana anyir sangat menyengat. Keduanya bergetar dan saling menatap penuh ketakut.

Pluk... Kepala manusia jatuh tepat dihadapan keduanya dengan rasa takut Fiko dan Raka berusaha bangkit dan lari sekuat tenaga. Namun kepala itupun mengikutinya. Dengan urat leher yang jelas merambai, mata melotot ngeri dan rambut besimbah darah membuat kepala itu terlihat mengerikan. Keduanya lari dengan rasa takut dan getir.

Hah....

Hah...

Suara napas tersenggal-senggal. Dengan langkah besar keduanya berlari. Sesekali menegok kearah belakang dan

Aaaaaaaaaaaaaaaa...



Diupdate horornya ya...
Kira2 apa yang diliat Raka sama Fiko??
Tunggu kisah selanjutnya ya gaizss...

Hei hei hei...

Budayakan voment ya biar sopan😊😊😊
Ntar difeedback asal komen dan ask aja ntar difeedback ko😊😊😊

PREDATORS | THE WAY YOU SEE THE WAY YOU DO❗ | [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang