Di pagi hari yang cerah, seperti biasa selalu ada keributan kecil dari dua rumah cukup mewah yang hanya dibatasi dinding pagar.
"Chan, kau harus ingat. Kalau cari pendamping itu yang seperti mami, high class. Jangan yang sederhana, apalagi hanya guru tk"Bambam sengaja mengeraskan suaranya, sesekali melirik sinis ke arah samping dimana ada dua orang lainnya di balik tembok pagar. Tangannya sibuk merapikan dasi dan juga seragam chan
"Ck, iya mam iya" Sahut chan malas
Sedangkan jinyoung
"Ehm, ujin anak bunda yang manis, tetaplah jadi anak yang rendah hati sayang, jangan dengarkan perkataan buruk orang, menjadi guru adalah pekerjaan yang sangat mulia"
Ia menepuk lembut pipi gembul woojin sebelum akhirnya memberi kecupan sayang di pipi kirinya.
Woojin tersenyum kemudian mengangguk "iya bunda"
Lalu woojin mengambil tas dan juga buku-buku yang terletak diatas meja di terasnya
"Cih, mulia katanya... Ha ha ha ha ha..
.. Pfff chan, aduh.. Tolong mami tidak bisa berhenti tertawa.. Ha ha ha" Sindir bambam
Ha ha ha chan pura-pura ikut tertawa
Sedang kan jinyoung sudah mengeluarkan asap di sudut sana hendak mengambil senjata (read:sapu) siap dilayang kan pada si mulut cabe jika saja woojin tidak mencegat nya.
Melihat itu bambam semakin tertawa puas tapi kemudian berubah kesal saat....
"Anak manisnya bunda kalau cari pendamping cari yang benar-benar tulus dan jangan pernah memaksa seseorang untuk mencintai mu, karena hidup mu tidak akan pernah bahagia nantinya, cinta sepihak sangat menyakitkan sayang"
Jleb
Baik, sekarang bambam Sudah dalam mode maung, sindiran nyai jinyoung begitu jleb,
"Apa maksud mu! heh!?"
Jinyoung menyeringai, melihat bambam yang emosi adalah suatu kemenangan untuk nya "tentu kau tau apa maksudnya, bam"
Mata cantik bambam telah menggelap, ia mengambil ancang-ancang untuk menyerang jinyoung begitu juga sebaliknya. Chan yang tau situasi nya segera mengambil alih,,
"H-hei beruang madu kau ingat ya aku tidak akan pernah tergoda dengan senyuman mu itu" Ucap chan menunjuk nunjuk woojin mencoba mengalihkan perhatian kedua ibu-ibu tersebut,
"Hn?" Bambam & jinyoung
",, mami lihatlah tadi dia tersenyum manis pada ku, dia pikir aku akan tergoda apa" Chan kembali menatap woojin "tidak aku tidak akan tergoda, walaupun senyuman mu itu memang sangatlah manis dan memabukkan"
Bambam menatap anak sulung nya itu sinis
"E-eh bukan, maksudku aku Tidak suka bibirnya, mami lihat lah melihat nya saja aku t-tidak nafsu sama sekali" Chan berbicara terbata-bata mencoba meyakinkan ibunya, woojin hanya menahan tawa mendengar ucapan chan yang terdengar lucu ditelinga nya. Sedang kan jinyoung sudah siap mendekat ke arah pagar ingin mencekik chan, lagi-lagi woojin menahannya,,
"Tolong kau ajarkan anak mu itu bersikap sopan!" Jinyoung memperingatkan bambam
"Hei, yang anak ku bilang itu benar ya" Jawab bambam santai
"Hei kriting, kau pikir kau pantas dengan woojin?, tidak! Anak ku terlalu manis dan baik untuk mu"
'Teganya mertua ku :(' - chan
"Hei hei hei, kau lihat saja anak mu, gendut seperti itu siapa yang mau?, palingan juga kecebong anyut yang mau"
'Ya Tuhan aku dikatai kecebong anyut sama mami sendiri :(' -chan
"Anak ku tidak gendut ya, itu sehat namanya, dari pada kurus kering seperti mu"
Oke, pertengkaran itu akan terus berlanjut, ya setidaknya tidak akan ada perang menarik narik rambut ataupun cakar-cakaran, woojin segera pamit mencium tangan ibunya yang masih sahut sahutan dengan ibunya chan, melihat woojin keluar chan pun mengambil kunci mobilnya tanpa pamit meninggalkan dua ibu yang masih terperangkap dengan masa lalu mereka,
***
"Kau ingin ku antar kemana?"
"Aku tidak ada jadwal mengajar, jadi ke stay saja" Jawab woojin yang masih cemberut.
Chan terkekeh "beruang madu berhenti lah merajuk, kau membuat ku nafsu"
Lagi-lagi chan tertawa melihat woojin menatap nya sinis
"Tadi katanya--"
Chup
Satu kecupan kilat berhasil mendarat di bibir tipis woojin
"Dengar sayang, aku tidak serius mengatakan hal itu, kau tau kan?"
"Iya tau, YA! Chan! Kau hampir menabrak seekor kucing"
Chan mendadak menghentikan mobilnya
"Fokus sedikit kalau menyetir" Omel woojin sebelum keluar dari mobil, chan mendengus kemudian mengikuti woojin yang sudah menggendong seekor kucing
"Kasihan sekali kucing ini, boleh kah aku memeliharanya dirumah kita?"
"Aku bisa membelikan mu yang lebih bagus, letakkan kucing itu"
"Tidak mau!"
"Woojin!"
"Tidak!"
Chan menghela nafasnya, mamaksa seorang Submisive bukan lah cara yang benar
"Woojin bang?"
Woojin menatapnya sebal "apa?"
"Bagaimana jika kucing ini ada pemiliknya, apa kau tidak kasihan kalau dia mencarinya?"
Melihat woojin yang bimbang chan segera mengambil alih kucing itu dari tangan woojin dan melepaskan nya.
"Nanti akan ku belikan"
"Janji?"
"Iya"
"Baiklah" Woojin senyum sebelum masuk ke pekarangan panti miliknya, membuat chan terpaku ditempat
"Sudah ku bilang jangan tersenyum seperti itu!.... Hei beruang madu tunggu.... "
Woojin berlari sambil tertawa mengejek chan
..... ..............
"Baiklah, aku ke kantor dulu"
Woojin mengangguk kemudian mengambil tangan chan dan mencium nya "hati hati" Chan tersenyum membelai surai hitam woojin sebentar
"Cieeeeeeeeee~~~"
Anak-anak stay meneriaki mereka, wajah woojin berubah merah malu
"Cie mama bear kita~~"
"Anak-anak, papa titip mama bear ya, tolong jaga baik-baik"
Pesan chan ditanggapi acungan jempol oleh mereka
"SIAP PAPA!"
.............
TBC
Jan lupa voment nya guys 😘
Tq 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bear [WOOCHAN] ✔
Fanfiction[ CHAN ❤ WOOJIN ] Kisah kim woojin seorang guru Tk berhati mulia yang dikelilingi oleh anak-anak yang sangat menyayangi nya. Kecintaan woojin terhadap anak kecil menggerakkan hati nya untuk membuat sebuah panti bagi anak-anak yang terlantar. Dia ju...