...... (part 2)
“Dah, Ra ….” Alya melambaikan tangannya kepada Raya, dan Raya membalasnya dengan lambaian serupa.
“Hati-hati, Al.”
Raya melihat kepergian Alya hingga mobil itu benar-benar menghilang dari pandangan matanya. Ingin rasanya Raya kembali seperti anak kecil lagi. Tidak ada perpisahan dan tetap bersama dengan orang yang ia sayangi. Lagi-lagi itu adalah harapannya yang
naïf.Di saat pergumulan itulah, Raya tersentak saat tangan kirinya secara tiba-tiba diambil oleh Edo.
“Siap?” Edo menggenggam tangannya dan Raya mengangkat kepalanya ke atas untuk menatapnya.
Dan yang ketiga ... Raya ingin memiliki seorang pendamping. Pendamping yang bisa menerima kelemahannya, kelebihannya, segala hal baik dan buruk Raya. Hidup bersama dan berumah tangga. Keluarga kecil yang sederhana dan bahagia.
“Iya.”
“Memangnya kita mau jalan-jalan ke mana?” tanya Raya sambil memegang seatbelt-nya.
Edo hanya tersenyum penuh makna dan masih sibuk dengan putar kemudinya. Misterius dan membuat Raya penasaran. Raya mendesah dan memilih untuk melihat ke luar jendela.
Raya mengambil izin selama tiga hari di institusi pendidikan tempatnya saat ini bekerja, dan dengan susah payah, akhirnya Raya mendapatkannya dengan catatan untuk memberikan seluruh laporan dan catatan penting sebagai alat bantu atau arahan untuk tenaga pengganti Raya sementara.
Sandaran di kepalanya berubah tegang saat ia melihat rute yang diambil oleh Edo, hingga mobilnya berhenti di depan area parkir—depan sebuah taman.
“Ini ....”
“Kita sampai.” Edo melepaskan seatbelt-nya dan keluar dari dalam mobil. Ia berjalan ke arah sisi pintu mobil Raya, lalu membukanya.
“Kenapa kita ke sini?!” tanya Raya histeris.
Raya benci tempat ini. Raya membencinya ... karena tempat ini mengingatkannya dengan peristiwa satu tahun yang lalu. Peristiwa saat Edo pergi meninggalkannya. Taman Kabupaten Bantul—lebih tepatnya Taman Bunga Matahari.
“Aku ingin memperbaiki semuanya, Raya.” Edo mengulurkan tangannya.
“Edo ... aku tidak mau sakit hati lagi ....” Raya menyentuh dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.
Edo memberikan senyum hangatnya, lalu meraih tangan Raya dan membawanya keluar. “Tidak akan. Aku janji.”
Keseriusan dan ketegasan di mata Edo membuat Raya seketika luluh. Ia pasrah saat Edo membawanya masuk ke dalam taman.
Raya mengeratkan genggaman tangannya, saat ia mencapai di seperempat jalan. Itu adalah tempat saat Edo mengatakan sesuatu yang menyakitkan hatinya.
Edo yang sepertinya merasakan hal itu, menoleh dan turut membalas genggaman Raya. “Tenang, Raya.”
Raya menelan ludahnya dan berhasil tenang saat Edo membawanya masuk lebih dalam, hingga ketakutan itu berubah menjadi rasa kagum di kedua matanya.“Bunga Matahari ....”
“Kamu suka?” Edo tahu Raya menyukai sesuatu yang sederhana, dan kali ini ia ingin memulai perjuangannya lagi dari awal. Memulainya dari tempat Edo telah melakukan kesalahannya yang terbesar.
Edo telah dan akan melakukan segalanya untuk Raya. Menolak Sintia, dan membuat ayahnya hampir membunuhnya. Edo tidak akan menyesal dengan pilihannya. Ia telah memilih jalan hidupnya sendiri.
“Aku suka!”
Tawa bahagia Raya akhirnya pecah dan itu menular kepada Edo yang ikut merasakan hal yang sama. Selama Raya bahagia ... Edo akan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELATIONSHIP GOALS (1) | 17+
Romance❌ Roman Dewasa Baru ❌ "Ishhh Edooo sakittttt!" "Tahan bentar lagi, Baby." "Ishhh! Tapi sakit ....Tanggung jawab!!" Kisah si raja mesum "EDO" dengan si manja "RAYA". Kisah si introvert kaku "Raya", dengan si Ekstrovert bebas "Edo". Kisah cinta dengan...