"Kenapa lo harus bilang kaya gitu?" Tanya nya.
"Padahal, lo tau kan?"
Dan, N/k mengangguk
"Jadi, gue salah ya, Van?" N/k berbalik tanya.
"Iya,"
"Terus, gue harus apa, Revan?"
"Minta maaf, dan jelasin semuanya,"
"Sekarang, gue udah disini. Nemenin lo. Tenang aja, gue yakin lo bisa ngelewatin semuanya." Ucap Revan meyakinkan N/k.
N/k tersenyum, begitupun Revan.
Masih ingat, disaat Diat marah dengan N/k, hanya karena N/k menelefon seseorang yang Diat tidak tahu?
Iya. Ini jawabannya. Seseorang yang dihubungi N/k adalah Revan. Teman N/k dari anak teman Mamanya--Rahma.
Sedikit cerita tentang Revan.
Ia adalah anak pertama dan terakhir dari pasangan bernama Naura dengan Alif Prawono. Ayahnya yang dulu bekerja sebagai Cheff di Restaurant kecil, hingga kini berganti menjadi pemilik Restaurant yang berada di kota Solo, Jawa Tengah.
Ibu nya yang dulu bekerja sebagai Sekretaris biasa disuatu perusahaan. Sekarang ibunya memiliki perusahaan besar di Jakarta.
Begitulah hidup. Roda selalu berputar.
"Abang gue, nggak pernah ada buat gue." N/k mulai menceritakan Kakaknya--Dio
"Dia kuliah, libur dia nggak pernah ngajak gue kemana-mana. Dia lebih milih ngajak temen-temennya," Adunya pada Revan.
"Dia nggak pernah mikirin gue sekarang,"
"Untung, Mama udah pulang. Dan gue sedikit nggak ngerasa kesepian,"
Revan membalas dengan senyuman.
"Kan udah gue bilang. Sekarang, gue disini. Anggep aja gue pacar lo," Jawab Revan.
"Ih najis!" Seru N/k
"Maksudnya, anggep aja gue Kakak lo. Gue juga ogah jadi pacar lo, Nenek lampir!" Balas Revan, telapak tangan nya yang menampar pipi N/k dengan perasaan.
***
"Ada lah pokoknya sesuatu yang nggak bisa gue kasih tau ke semua orang. Termasuk lo juga,"
"Mung, gue sahabat lo. Kenapa sekarang lo tertutup banget sama gue?" Sierra menjawab.
"Sahabat gue bukan cuma lo doang, tapi banyak. Bahkan mereka semua nggak ada satupun yang gue kasih tau tentang masalah ini," Wajah Mungga terlihat sendu.
Mungga sama sekali tidak mau ada seseorang yang tahu dengan kejadian yang ia alami.
"Udah, sekarang lupain aja ya. Tetep jadi sahabat gue yang baik," Ia tersenyum pada Sierra. Mencoba menutupi luka yang saat ini ia rasakan sendiri.
Perlahan Sierra membalas senyum Mungga. Walaupun ia tampak kesal karena Mungga tetap saja tidak mau menceritakan tentang hal itu.
Drtt..
Diva.a : Jangan di bajak-bajak Instagram gue, kutil.
Begitulah, isi pesan singkat yang dikirim oleh salah satu sahabat Mungga, juga.
Mata Sierra sedikit melirik kearah Handphone Mungga, sedangkan Mungga yang kini siap membalas pesan tersebut.
Mungga : Siapa yang bajak?
Mungga tersenyum geli. Tentu saja, ia berpura-pura tidak tahu. Dan mungkin Diva sudah tahu terlebih dulu.
Diva.a : Lo yang ngebales grup gue
Lagi-lagi Mungga tersenyum melihat balasan pesan Diva.
Sierra tidak mau kalah, ia sama seperti Mungga. Keduanya sibuk dengan Handphone masing-masing.
Mungga : Elah, grup doang, isinya cuma sahabat-sahabat lo kan? Gausah dijadiin masalah, wkwk.
Setelah membalasnya, Mungga pamit pada Sierra dan juga ibunya, karena matahari sudah berubah warna menjadi Orange.
***
Drtt..
Diva.a : N/k?
Diva.a : Gue kesel banget.
Diva.a : Itu yang bales grup di Instagram bukan gue. Tapi Mungga.
Diva.a : Gangerti lagi, kesel banget.
Diva.a : Nggak sopan ew.
Diva.a : Gue kesel woi.Sederet pesan Diva terlihat dari kolom Notifikasi.
N/k tidak mau langsung membalasnya. Karena otaknya kini harus memikirkan bagaimana cara untuk meminta maaf kepada Diat.
1 menit.
2 menit.
5 menit.
10 menit.
"Gue harus tenang pas di depan Diat, oke" Gumam N/k.
N/k membuka handphone, lalu melihat isi pesan Diva. Tidak hanya pesan yang Diva kirimkan. Tetapi daritadi ia menelepon N/k berkali-kali.
Semua pesannya tidak lain dari curhatan tentang Mungga.
Perlahan jari tangannya mulai mengetik.
Namakamu.a : Lah? Dia megang Instagram lo?
Diva.a : Iya, anj.
Namakamu.a : Lo udah ganti password nya?
Diva.a : Barusan gue ganti.
Namakamu.a : Yaudah, jangan dikasih lagi.
"Please! Sekali aja, lo nggak usah ngebahas Mungga." N/k bergumam. Jantungnya terasa begitu sesak jika mendengar nama Mungga. Terlebih lagi, Diva yang membuat N/k teringat dengan Mungga
***
Hujan di malam hari, sungguh membuat sebagian orang menikmati kedinginan disetiap hembusan anginnya, dan memilih untuk lebih cepat memejamkan mata.
Tidak dengan N/k. Mungga, nama itu selalu terngiang dikepalanya. Biasanya, semua masalah ia ceritakan kepada Diva, sahabatnya.
Bodoh, jika N/k menceritakan hal ini kepada Diva.
Karena menurutnya, Diva kini sedang mempunyai perasaan kepada Mungga, begitupun, sebaliknya.
Dan Diva sengaja tidak memberitahukan kepada N/k. Entah, kemungkinan besar Diva malu untuk menceritakan atau justru ia belum siap?
Maaf, karena harus menutupi semuanya. Aku belum begitu sanggup jika melihat sahabatku menangis dalam diam.
TBC!
