*bruk*
"Kalo jalan tuh liat depan, jangan nunduk terus. Nyari duit ya lo?," Ucap seseorang. N/k mendongak.
"Mungga?" Batin-nya
"Apa sih, nggak jelas!"
"Gausah gerogi juga, kalo sekarang lo lagi berhadapan sama cogan,"
"Iya, gue maafin atas kesalahan lo kok," Ucap N/k mengalihkan pembicaraan.
"Kesalahan apa?," Tanya Mungga yang sama sekali tidak menyadari hal apa yang tadi ia perbuat kepada N/k.
"Barusan aja lo nabrak gue, dan bilang kalo gue lagi nyari duit karena gue jalan nunduk. Emang lo kira gue apaan?" N/k menjawab. Langsung saja berjalan meninggalkan Mungga sendiri.
"Gini nih, kalo cewe PMS. Suka gila," Ucap Mungga, merutuki N/k.
"Yang ada lo nya yang gila, Mungga,"
"Diat? Sejak kapan lo disini?,"
"Udah lama," Jawab Diat.
"Tadi siapa?" Sambungnya
"Anak sini,"
"Cantik," Gumam Diat. Mungga dengar.
"Najis, mata lo kemana?,"
"Halah, dalem hati lo, lo bilang dia cantik. Tapi lo ragu aja buat jujur ke gue,"
"Sotau lo,"
"Emang tau,"
Tsalsa Diat Alhamami. Laki-laki bertubuh jangkung itu, adalah salah satu sahabat Munggaran dan Hendri.
Diat mempunyai jabatan di SMA Florest sebagai Wakil Ketua OSIS. Jangan diherankan lagi kalau Diat banyak yang mengenalinya. Tidak sekedar mengenali, bahkan juga banyak yang menyukai Diat.
***
"kapan-kapan kenalin gue ke cewe yang tadi dong," Pinta Diat.
"Gue nggak kenal, kenalan aja sendiri. Gausah manja," Jawab Mungga yang masih fokus mengendarai mobil milik Diat.
"Oh iya, gimana lo sama si Clarissa?" Pertanyaan Mungga sontak membuat Diat menengok kearahnya dan menatap Mungga dengan tatapan tajam.
"B aja. Nggak jelas,"
"Nggak jelas apa-nya? Hubungan lo sama Clar?" Tanya Mungga lagi.
"Lo-nya nggak jelas. Tiba-tiba nanya gitu,"
"Kalo lo sama Ayya gimana tuh?" Sambungnya.
"Kepo banget lo, kambing laut!" Mungga menjawab dengan kekehan-nya.
***
"Assalamualaikum. Ma, N/k pulang,"
"Mama nggak ada. Belum pulang," Jawab Dio-Kakak kandung N/k.
"Orang mah jawab dulu salam dari gue, bolot banget sih," Batin N/k.
"Oh"
N/k melewati Dio dan memasuki kamar untuk mengganti seragam dan istirahat sejenak.
***
Di lain tempat. Diat memetik senar gitar miliknya, duduk di kursi santai yang ada di depan rumah.
Diat tersenyum. Tersenyum ketika mengingat N/k, lucu. Lama-lama senyum yang terukir di bibir Diat memudar.
Seseorang membuka pintu gerbang, tersenyum kearah Diat, dan menghampirinya.
"Hei, tadi senyum-senyum, kenapa sekarang bete gitu?," Ucap-nya.
"Ya lo nggak nyadar, gue bete itu gara-gara lo dateng kesini. Bego," Ucap batin Diat.
"Nggak. Gapapa,"
"Aku bawain Cake. Tadi Mama yang bikin,"
"Sekalinya itu yang bikin orang gila, juga gue nggak peduli,"
"Harusnya lo nggak lupa. Kalau gue nggak suka Cake. Clar," Jawab Diat
"Apalagi kalau banyak Cream-nya," Sambung-nya.
"Maaf. Aku bener-bener lupa," Terlihat perempuan berkacamata itu menundukan kepala-nya.
"Santai, lah."
"Nge-cover yuk?," Ajak Clarissa.
"Males. Tangan gue keriting,"
"Yaudah nggak usah pake gitar,"
"Nggak, nanti mulut gue-nya yang keriting,"
"Diat, maaf waktu itu aku lagi emosi banget, jadi aku nggak bisa ngertiin kamu,"
"Apaan? Pulang gih, udah siang, mending bobo cantik dirumah," Diat mengusir Clarissa-Mantan kekasihnya itu.
"Nggak usah nyari masalah dirumah gue,"
Diat memang sedang menahan emosi-nya.
"Iya, ini aku mau pulang. Makasih,"
Dengan berat hati Clarissa melangkahkan kakinya untuk segera pergi dari rumah Diat.
"Segitu bencinya sama Clarissa?" Bella-Mama Diat berjalan menghampiri Anak nya itu.
Diat melihat tangan Mama nya yang kini dipenuhi kantong-kantong belanjaan.
Langsung saja Diat bangkit dari duduknya dan membantu Bella.
"Banyak banget Ma. Mau makan besar?" Diat terkekeh. Ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Bella.
"Dia udah minta maaf sama kamu?" Tanya Bella. Diat menaruh kantong belanjaan Mama nya itu di atas meja.
"Udah" Jawab nya tanpa ekspresi menatap Bella.
"Udah dimaafin kan?" Lagi-lagi Bella bertanya. Diat terdiam dan menatap kearah lain.
"Maafin dia, ya?" Diat mengangguk ragu.
"Iya, nanti Diat coba" Akhirnya sudut bibir Diat terangkat keatas. Ia tersenyum kepada Bella.
***
"Mung. Gue laper, nggak ada makanan?,"
"Biasa-nya, gue kalo laper itu makan batu sebagai lauk, sama daun atau rumput sebagai sayuran-nya," Candaan Mungga itu sama sekali tidak membuat Hendri tertawa sedikitpun. Yang ada Hendri memasang wajah-nya datar. Hehe.
"Nge-Grab food aja. Bego dah lu," Mungga mengarahkan tangan-nya ke kepala Hendri.
"Males ah. Lo aja,"
"Ogah,"
"Minta makan sana lo! Ke tetangga,"
"Ogah,"
Mungga menolak. Karena ia tahu tetangga-nya adalah perempuan itu.
Beruntung, Hendri belum tahu bahwa N/k adalah tetangga-nya Mungga. Kalau Hendri tahu, pasti Hendri sudah ke rumahnya sejak tadi.
Hendri sering sekali datang ke rumah Mungga. Untuk sekedar main PS atau numpang makan. Dan itu tidak menjadi beban untuk Mungga.
Teman yang baik xixi
***
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA! XIXI.
TBC, C U.
