Part 40

589 96 8
                                    

Bacanya pelan-pelan ya, biar gk ada yg kelewat. Sampe bawah ya bacanya,
Happy Reading...

"Sehun sudah sadar?"

Jisoo mengangguk semangat walau anggukannya tidak bisa dilihat oleh seseorang disana.

"Iya, baru saja. Cepat kemari!" balasnya semangat.

"Iya iya, nanti aku kesana. Teman-teman aku ajak sekalian ya?"

"Tidak apa-apa, malah lebih ramai. Sudah dulu ya,"

Jisoo memutuskan panggilan sepihaknya dengan Jennie lalu melangkah dengan semangat ke lift. Ya setelah Sehun sadar, ia menyempatkan diri untuk pergi keluar dengan tujuan ingin menghirup udara segar. Sekalian menangis bahagia sepuasnya.

Dengan senyum manis yang tak pernah luntur, ia melewati koridor yang akan membawanya ke ruang inap Sehun. Sebelum masuk, ia sempat heran. Kemana semua lelaki musim? Apa mereka tak ingin mengobrol dengan Sehun lebih lama? Atau mereka membiarkan Jisoo berdua dengan Sehun lebih lama?

Kalau iya, Jisoo akan mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya pada mereka.

"Sehun..."

Jisoo memunculkan sedikit kepalanya dari balik pintu, mencoba mengintip apa yang Sehun lakukan di dalam sana ketika ia tak ada.

"Hm?" Laki-laki menjawab singkat dengan mata tertutup. Dengan posisi punggung yang disandarkan ke bantal, Jisoo yakin Sehun tidak tidur betulan.

"Bagaimana keadaanmu?" Jisoo bertanya setelah gadis itu masuk dan menaruh tasnya di sofa.

"Baik,"

"Ada yang sakit?" Jisoo mendekat lalu mengecek suhu tubuh Sehun dengan menempelkan punggung tangannya ke dahi lelaki itu.

"Aku tidak demam, Jisoo," Sehun menyingkirkan tangan itu dari dahinya. "Aku baik,"

"Ah begitu," Jisoo sedikit menelan ludah gugup melihat tingkah Sehun yang sedikit berbeda. "Teman-teman akan kemari sebentar lagi, tak apa, 'kan?"

"Hm,"

Jisoo cuma menghela nafas.

"Kau suka kalungnya?" tanya Sehun tiba-tiba, seketika Jisoo yang akan duduk di sofa membalikkan badannya.

"Ya?"

"Suka kalungnya?" tanyanya dengan nada datar.

"Eh eum," Jisoo mengangguk cepat. "Aku suka," ia memegangi bandul kalungnya.

"Bisa kemari sebentar?" Sehun melambaikan tangannya yang dibalut perban. Melambai tanpa beban.

Ragu, Jisoo mendekati Sehun. Dengan kepala tertunduk sambil memandangi bandul kalungnya yang menjuntai di depan sweaternya.

Tiba-tiba sebuah tangan menarik kalung itu hingga wajah Jisoo ikut condong ke depan wajah si penarik. Siapa lagi kalau bukan Sehun. Akibatnya, wajah mereka kini saling berdekatan, Jisoo pun bisa merasaka nafas dingin Sehun yang menyentuh kulitnya.

"Kalungnya kurang mengkilat," ucapnya lalu mengusap kalung itu dengan ibu jarinya. Jisoo menelan ludah gugup.

"Ternyata cocok denganmu," ucap Sehun lalu tersenyum tipis.

Blush

"Ji,"

"I- iya?" Jiso menjawab dengan gugup.

Cup

Sebuah kecupan lembut mendarat sempurna di dahi Jisoo. Terasa hangat dan nyaman.

Keduanya saling memejamkan mata. Walau hanya kecupan di kening, itu bisa membuat kupu-kupu beterbangan di perut Jisoo menghasilkan rasa geli yang nyaman. Ia bahkan tak tahu kalau wajahnya sudah memerah seperti tomat.

Love In Autumn✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang