Part 43

519 82 7
                                    

Hayo... udah pada bisa jawab arti gambar di mulmed part sebelumnya? Hehe, cma nanya

Happy Reading...

Bukan seperti kenyataan yang diharapkan. Kata-kata Sehun yang sempat terngiang dikepalanya selama berhari-hari kini ia lupakan. Tak ingin ia ingat lagi selama beberapa hari ini. Jisoo tak peduli.

Gadis itu selalu menghabiskan waktu duduk di sofa yang menghadap jendela sambil melamun atau tidak duduk di lantai sambil membuat pola-pola abstrak yang tak tentu. Tak ada kegiatan lain selain makan, tidur, mandi dan mengecek ponsel. Begitu seterusnya selama seminggu ini.
Kadang menangis sendiri, kadang murung, kadang melamun, kadang tersenyum lalu menangis dengan sendirinya.

Akhir-akhir ini Jisoo banyak berubah.

Itu yang dipikirkan Chaeyoung, karena selama tiga hari ini ia menginap di apartemen Jisoo. Sengaja agar bisa mengecek kegiatan gadis itu, memastikan kalau tak ada hal aneh yang bisa dilakukan eonninya.

Gadis Park itu menghela nafas setelah melihat Jisoo kembali melamun di dekat jendela. Memandang butiran salju yang turun dari langit dengan gerakan sangat pelan seolah bisa memberinya ketenangan. Jari telunjuk gadis itu menulis sesuatu di permukaan kaca yang mengembun dan Chaeyoung bisa melihat ada nama Sehun disana.

Pasti Jisoo sangat merindukan Sehun.

Chaeyoung tahu karena sudah bisa ditebak akan begini pada akhirnya. Jisoo murung dan mogok melakukan aktivitas.

Kepergian Sehun ternyata membawa pengaruh yang sangat besar bagi orang-orang yang dekat dengannya.

Ceklek

Pintu apartemen terbuka, menampakkan sosok namja bertubuh jangkung yang mengenakan parka menenteng sebuah plastik putih besar yang Chaeyoung pikir adalah bahan makanan. Namja itu mendekat setelah meletakkan plastik besar itu di pantry.

"Bagaimana keadaannya?"

Chaeyoung menggeleng lemah. "Belum berubah," ujarnya lalu menghela nafas. "Apa yang kau bawa?"

"Bahan makanan, kalau saja kau ingin memasak,"

"Gomawo Tae, kau banyak membantu," ucap Chaeyoung tulus.

"Tak apa, sudah tugasku,"

Hiks

Kedua manusia itu serentak menoleh ke kamar Jisoo ketika mendengar suara isakan yang terdengar hingga ke dapur. Chaeyoung segera berlari memasuki kamar itu, gadis Park itu duduk di samping Jisoo.

"Eonni, jangan seperti ini,"

"Hiks, aku merindukannya," monolog Jisoo tanpa merespon ucapan Chaeyoung. Hati Chaeyoung merasa teriris melihat keadaan Jisoo yang lemah seperti ini.

"Hyung, bagaimana keadaannya?" Jungkook datang dengan nafas tersenggal-senggal langsung bertanya. Tanpa menjawab, Taehyung mengarahkan bola matanya ke dua gadis yang duduk di lantai sambil terisak. Sejak kapan Chaeyoung ikut menangis?

"Makin parah ya?" Jungkook berucap lirih.

"Tae, tolong," lirih Chaeyoung dengan mata berkaca-kaca sambil melihat Taehyung penuh harap. Saat ini hanya Taehyung yang bisa menenangkannya. Seolah-olah pria itu adalah orang tua asuh pengganti yang siap sedia setiap waktu.

Namja Kim itu turun tangan dan mendekat. Di dekapnya bahu Jisoo lalu ditariknya kepala Jisoo agar bisa bersandar pada dadanya.

"Sudah, jangan menangis,"

"Hiks," air mata Jisoo meleleh kembali. Tangannya terkulai lemas di atas paha tanpa mampu membalas pelukan hangat yang diberikan Taehyung.

"Kami ada disini, siap menghiburmu. Jangan terus terpuruk,"

Love In Autumn✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang