Endingnya masih beberapa part lagi, kapan habisnya ya...
Btw, happy reading...
"Masuklah,"
Jisoo membuka pintu apartemennya lebar mempersilahkan tamunya masuk lebih dulu. Setelah ia menutup pintunya, ia meletakkan tasnya di meja dapur kemudian masuk ke salah satu kamar setelah mempersilahkan tamunya duduk.
Tanpa mengucapkan apa-apa pada tamunya, gadia itu langsung memasuki kamar dan membuka lemari di kamar itu, ia sedikit mengobrak-abrik isinya guna mencari sesuatu yang ia cari.
"Cha," Jisoo sedikit berdecak kagum mengamati sebuah jaket denim yang ada ditangannya kini. Ia ingat, dulu ini adalah pakaian favorit Sehun. Dipadukan dengan kaos putih dan celana denim.
Sehun nampak keren saat memakai itu.
Yah itu dulu.
Mungkin Sehun yang sekarang juga keren jika memakai ini.
Tanpa berpikir lebih lama lagi, Jisoo membawa jaket denin itu keluar beserta celana dan kausnya.
"Pakailah, kamar mandinya ada disana," ujarnya sambil menyerahkan pakaian itu. Sehun memandang pakaian itu dengan tatapan menilai.
"Memakai itu? Kau serius?"
"Tentu, kau mau keluar dengan pakaian seperti itu? Tapi tak apa, kau tampak seperti seniman," ucap Jisoo dengan nada mengejek. Mau tak mau Sehun menerimanya, walau dengan kasar.
Selagi Sehun pergi ke kamar mandi, Jisoo merebahkan dirinya di sofa lalu memijat pangkal hidungnya. Hari ini akan terasa panjang baginya.
Membawa namja masuk ke apartemennya mungkin sudah biasa bagi Jisoo, tapi rasanya sensasi seperti ini tak pernah dirasakannya. Walau pada orang yang sama, ia sedikit merasa asing. Hatinya merasa kosong.
Ceklek.
Jisoo mengalihkan pandangannya begitu mendengar pintu kamar mandi terbuka, menampilkan tubuh tinggi Oh Sehun yang berbalut pakaian yang ia berikan.
Jisoo serasa ingin menangis melihatnya.
Bagaimana tidak?
Semuanya masih tetap sama. Rambutnya, wajahnya, proporsi tubuhnya. Semuanya tak berubah walau sudah tiga tahun lamanya.
"Bagaimana penampilanku?" pertanyaan Sehun mengalihkan perhatian Jisoo.
"Eh?" Jisoo menampilkan mata bulatnya seolah ia tak mengerti.
"Apa aku terlihat aneh?"
"O-oh aniya. Kau... Kau tampak, tampan."
Jisoo mengecilkan suaranya ketika ia menyebutkan kata tampan."Benarkah? Woah, ternyata aku cocok memakai apapun,"
"Aku ke kamar dulu,"
Jisoo masuk terburu-buru ke dalam kamarnya dan menutup pintunya dengan cukup kasar.
.
Jisoo menunduk, menyembunyikan wajah sembabnya di antara kedua lutut yang ia peluk. Ia merasa jadi gadis yang lemah jika terus seperti ini.
Bayang-bayang Sehun kembali melintas dalam pikirannya, memberikan sensasi menyenangkan sekaligus ngilu.
"Hh kenapa harus dia?"
Jisoo memukul kepalanya berkali-kali, kemudian menangis kembali. Sekarang ia sadar, ia masih mencintai pemuda itu. Malah rasa cinta itu kian membesar setiap saat. Namun karena keadaan, mereka tak memungkinkan untuk bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Autumn✔
Fiksi PenggemarKehidupannya bisa dibilang sederhana namun kenyataannya tidak seperti yang dibicarakan. Kehidupannya begitu rumit jika kau ingin mengetahuinya. Awalnya kehidupannya baik-baik saja dan berjalan normal, namun semuanya berubah ketika seorang namja mis...