kejutan berharga

22 4 0
                                    

Kediaman Luthra
"Siapkan makanan untuk Divya"
"Suamiku,hari ini akan ada pemujaan kau harus mengikutinya"
"Tidak bisa hari ini dimulainya kontes tari,aku harus datang"
"Biar Raman"
"Itu dia Raman"
"Ada apa ibu?"
"Kau datang ke kontes tari hari ini!"
"Tapi ayah aku harus ke Delhi untuk melakukan proyek"
"Kau benar,lalu siapa?"
Dalam perundingan itu,Madhu datang membawa sebuah baki pemujaan dan mendengar semua percakapan tersebut,ia pun memiliki gagasan tentang hal ini
"Ayah,persembahan!"
"Ayah,boleh aku sarankan siapa orangnya"
"Siapa nak?"
"Karan!"
"Aku tidak bisa percaya padanya"
"Ayah bukan soal percaya atau tidak tapi ini harus dihadiri oleh pihak keluarga Luthra bukan diwakilkan selain itu,ini juga demi menghormati pihak penyelenggara"
"Bagaimana Raman menurutmu?"
"Untuk kali ini aku setuju dengan Madhu itu pilihan yang terbaik"
"Baiklah,jika itu keinginan kalian"
"Divya katakan ini padanya nanti"
"Tentu"
"Eh Karan ibu mau mengatakan sesuatu padamu,nanti kau akan datang ke kontes penari ya sebagai wakil dari bagian keluarga Luthra"
"Tapi Bu,aku harus mengikuti pertandingan kriket,aku telah mendapat banyak seponsornya"
"Baiklah kalau begitu"
"Ibu,aku akan menjadi wakilnya"
"Benarkah itu"
"Demi ibuku"
"Adik ipar persembahan"
"Dan makan dulu sebelum berangkat"
"Kak aku akan pergi ke kriket dan baru ke kontes itu,bagaimana"
"Baiklah itu juga tidak papa,lagi pula kau telah menjadi seorang pemain yang handal"
"Tapi jangan sampai terlambat atau mereka akan marah"
"Tentu aku tak akan mengecewakanmu"

Setelah mereka berhenti bercakap,keluarga tersebut melanjutkan sarapan mereka,dan tak lama Karan pun memulai pembicaraan dari suasana genting itu.
"Ibu,aku sudah selesai aku akan pergi sekarang!"
"Baiklah hati-hati Karan"
"Adik ipar semoga berhasil"
"Berhasil untuk apa kakak ipar"
"Untuk bermain kriket dan juga sukses dalam pemilihan tari itu"
"Terima kasih kakak"
"Salam ibu"

•••

"Karan!Karan!Karan!Karan!Karan!Karan! Karan!Karan!"
"Wah karan semua orang mendukungmu,semua sudah tidak sabar lagi melihatmu bermain setelah satu bulan kau cuti"
"Tentu saja aku Karan Luthra"
"Dengar Pritvi aku akan pergi ke kantor"
"Ke kantor?"
"Ya,aku akan datang sebagai wakil dari perusahaan dalam pemilihan kontes berharga"
"Jadi?"
"Jadi konferensi pers harus segera berakhir dengan cepat"
"Itu bisa diatur"
"Aku pergi dulu kalau gitu"
"Emm... Karan!"
"Ada apa lagi Pritvi "
"Kau harus berhati-hati,sepertinya kau akan mendapat kejutan besar"
"Maksud mu?"
"Aku tidak tau,ibumu meneleponku untuk kau segera pulang tepat waktu untuk pemujaan"
"Lalu...?"
"Sepertinya akan ada sesuatu untukmu"
"Kau ini khawatir kepadaku atau curiga pada ibuku"
"Bukan gitu,tapi tadi bibi terlihat bahagia dan..."
"Lupakan saja,aku nanti terlambat!"
"Karan..."
"Bukan apa Karan tapi sepertinya kau akan terkejut,bibi begitu bahagia soal ini dan kau belum mengenal Bibi Divya"
"Pritvi!"
"Cepat bereskan berkas kontrak sekarang"
"Iya tunggu!"

•••

"Salam tuan Karan"
"Salam siapa yang akan mendaftar,aku harus segera pulang akan ada acara di rumah"
"Banyak sekali,tapi kapan kita bisa memilih orang yang tepat"
"Tinggal suruh mereka menari"
"Tapi itu membutuhkan waktu sangat panjang"
"Mudah saja seperti bermain kriket,bagi kelompok orang untuk menilai"
"Saran anda benar terima kasih tuan"
"Jadi,sekarang aku harus pulang"
"Baik silahkan"

••

"Ibu,ini kelapanya"
"Berikan pada Mahes"
"Mahes!tolong berikan pada pendeta"
"Baik nyonya"
"Ibu ada apa terlihat kau begitu khawatir"
"Naina belum juga datang"
"Naina?siapa itu ibu"
"Dia putri dari temanku"
"Aku berpikir dia..."
"Memangnya siapa Naina ibu?"
"Naina..."
"Nyonya orang yang anda cari sudah datang?"
"Benarkah Mahes!"
"Benar nyonya?"

"Siapa Naina sebenarnya aku harap ini tidak berhubungan dengan Karan"

Baca selanjutnya

GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang