Aku terus berusaha mempertahankan kaki temanku yang sedang dimakan buaya. Meski sejak kakinya dimakan hewan buas itu ia dibawa pergi oleh temanku yang lain, setidaknya aku di sini untuk mengambil kembali kakinya.
Aku akan pulang dengan membawakan kaki untuknya sebagai oleh-oleh.
Namun sayang, tenaga buaya itu jauh lebih kuat dariku. Warna air sungai pun perlahan berubah menjadi merah akibat darah yang berasal dari patahan kaki temanku.
Aku pun pasrah dan memutuskan untuk menyusul yang lainnya. Kuharap mereka masih menungguku di tempat kami memarkirkan mobil tadi.
"Hei!"
Teriakkan itu membuatku mendongak. Aku tidak bisa menutupi ekspresk kecewa karena gagal membawa oleh-oleh. Kakiku terus melangkah mendekat, menghampiri teman-temanku yang masih setia menunggu.
"Maaf aku tak bisa membawakan kaki --"
Perkataanku terpotonf saat melihat temanku yang tadi kakinya dimakan oleh hewan buas sedang membenarkan posisi kakinya. Ralat, kaki barunya.
Tanpa rasa bersalah, ia menoleh dan berkata, "Tenanglah, aku masih punya banyak di rumah."
Akupun menganga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan Sebutir Cilok: NPC's 30 Days Writing Challenge
Short StoryPESERTA NUSANTARA PEN CIRCLE'S 30 DAYS WRITING CHALLENGE Kali ini, saya akan mengikuti tantangan membuat cerita pendek setiap hari selama tiga puluh hari. Semua nama tokoh saya pilih ACAK dari karya-karya milik saya.