Aturan: Putar acak music player-mu dan jadikan judulnya sebagai tema.
Langit Abu-Abu by Tulus.
***
Waktu istirahat telah dimulai sejak lima menit yang lalu. Langit abu-abu yang terlihat di luar sana membuat Qila malas untuk pergi ke kantin. Berbeda dengan teman-teman lainnya yang sejak tadi belum juga kembali ke kelas.
"Qila! Aku cari kamu di kantin. Kok kamu ninggalin aku?" Rakha datang dengan wajah kesalnya.
"Aku kan gak ikut kamu," protes Qila.
"Tadi aku ngajak kamu."
Kening Qila mengkerut. "Kapan? Aku gak denger."
Rakha menghela napasnya. Ia pun duduk di kursinya yang berada tepat di samping anak perempuan itu.
"Main di luar, yuk? Udaranya enak."
Qila menggelengkan kepalanya.
"Di luar mau hujan. Ayo, kita main sebelum hujan."
Anak perempuan itu kembali menggeleng.
"Kenapa?" tanya Rakha pada akhirnya.
"Aku gak suka petir. Petir itu jahat."
"Gak usah takut, kan ada aku." Anak laki-laki itu tersenyum.
"Gak mau. Kamu gak sehebat Papa." Qila memalingkan wajahnya.
"Ayo! Kita main di luar." Rakhs mulai menarik-narik pakaian teman perempuannya itu.
Merasa terganggu, Qila berdecak. Ditatapnya Rakha dengan perasaan kesal.
"Kenapa kamu maksa aku?! Kamu kan bisa ajak lain! Aku gak mau duduk sama kamu lagi! Gak usah deketin aku lagi, Rakha!" Qila mengambil tempat pensil dan botol minumnya, kemudian pindah menempati salah satu kursi yang berada di dekat jendela.
"Qila, kok kamu marah, sih?!" Rakha berkacak pinggang. "Ya udah aku main sendiri!"
"Sana main aja! Aku gak peduli!" Qila tak kalah emosi.
"Aku gak mau anter kamu ke parkiran mobil kamu lagi!"
Tepat saat anak laki-laki itu menyelesaikan ucapannya, suara petir yang menyambar terdengar. Disusul oleh teriakkan beberapa anak dari luar kelas yang merass terkejut. Rakha pun ikut berteriak.
Berbeda dengan Qila yang justeru menutup kedua telinganya dengan erat. Kepalanya menunduk. Tubuhnya gemetar hebat.
"Qila, kamu kenapa?" Rakha memberanikan diri untuk mendekat. "Gak usah ngeledekin, deh!"
Hanya terdengar suara cicitan yang tidak jelas dari mulut anak perempuan itu. Menyadari tatapan kosong mata Qila, Rakha pun panik. Ia berlari keluar kelas, berteriak meminta tolong hingga ada guru yang menghampiri.
Sudah Qila katakan, ia tidak suka dengan petir yang hanya mampu membuat traumanya semakin menjadi. Dan kini, ia pun tak suka dengan langit yang berwarna abu-abu yang membuatnya bertengkar dengan Rakha untuk pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan Sebutir Cilok: NPC's 30 Days Writing Challenge
Short StoryPESERTA NUSANTARA PEN CIRCLE'S 30 DAYS WRITING CHALLENGE Kali ini, saya akan mengikuti tantangan membuat cerita pendek setiap hari selama tiga puluh hari. Semua nama tokoh saya pilih ACAK dari karya-karya milik saya.