Tema: Seorang anak yang merindukan ayahnya yang gugur di medan perang hingga hampir gila.
Latar waktu: 1928
***
Seorang anak perempuan yang usianya sekitar delapan tahun sedang duduk di bawah pohon mangga. Di atas bangku yang kini didudukinya itu menyimpan begitu banyak kenangan bersama sang ayah. Biasanya, setiap sore ia akan bermain dengan pria itu.
Namun, sudah dua bulan lamanya, ayahnya tak pernah kembali ke rumah. Terakhir pria itu berpamitan untuk pergi, melawan orang jahat demi keselamatan orang banyak. Hal itu tentu membuatnya merasa sangat sedih. Sepanjang hari ia selalu duduk di atas bangku yang berada di bawah pohon mangga. Berharap, ayahnya akan datang dan kembali bermain dengannya.
Ibunya yang sibuk mengurus kedua adiknya, membuat gadis kecil itu tak mendapat perhatian penuh.
Suara adzan maghrib berkumandang.
"Ayah! Dah balek?" pekiknya riang saat melihat sosok yang sangat dirindukannya.
"Mak! Ayah balek, Mak!" Ia pun berlari kecil masuk ke dalam rumah.
"Apalah kau ini? Uruslah adekmu itu. Pusing kali aku dibuat oleh tangisnya." Wanita yang kini sedang menggendong anak terakhirnya, meninggalkan kedua anak perempuannya di dalam kamar.
Gadis kecil tadi kembali ke halaman belakang, ingin meminta sang ayah untuk membantunya mengurus adik pertamanya. Namun, sesampainya di bawah pohon mangga, ia tidak menemukan sosok itu.
Dengan panik, ia terus meneriaki nama sang ayah supaya kembali dari persembunyiannya.
"Hey! Kenapa kau di situ? Sudah kubilang, urus adekmu. Ayah tak akan balek lagi. Sudah tenang dia sama Tuhan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan Sebutir Cilok: NPC's 30 Days Writing Challenge
ContoPESERTA NUSANTARA PEN CIRCLE'S 30 DAYS WRITING CHALLENGE Kali ini, saya akan mengikuti tantangan membuat cerita pendek setiap hari selama tiga puluh hari. Semua nama tokoh saya pilih ACAK dari karya-karya milik saya.