17. Baikan

1.6K 76 0
                                    

Happy Reading❤

_____

Aliska tersenyum hangat, saat melihat Erick menuruni tangga dengan pakaian yang sudah terlihat rapi, tas juga sudah tersampir di bahunya. Sepertinya lelaki itu ada jadwal kampus, pagi ini.

"Pagi, sayang," sapa Aliska. Ia sudah melupakan hal semalam. Karena itu memang kesalahannya.

"Hm. Aku berangkat, ada jadwal pagi. Siang bentar aku ke cafe, mungkin pulang malem," Erick tidak menatap sama sekali pada Istrinya, bahkan ia terlihat mengacuhkan keberadaan Aliska di ruang makan.

Belum sempat Aliska menjawab, lelaki itu sudah lenyap di hadapannya. Bahkan ritual yang tiap pagi pun ia melupakannya. Mencium puncak kepala Aliska dan mengecup lembut perutnya yang sudah kian membesar, kini Erick lupakan. Menurut Aliska, itu adalah hal sepele baginya. Hanya dengan ketahuan seorang pria mengacak rambutnya, Erick sampai marah begitu? Yang benar saja.

Ia menghembuskan nafasnya pasrah. Tangannya meraih sebuah kursi, lalu duduk. Ia menangkupkan wajahnya di atas meja makan. Tidak terasa, air matanya kembali turun saat melihat perubahan Erick, bahkan acuh tak acuh padanya.

Aliska melototkan matanya saat merasakan kepalanya dielus dengan sayang oleh seseorang. Ia mendongakkan kepalanya, menatap manik mata orang itu. Ternyata...

"Abang," cicit Aliska pelan. Ia menghapus air matanya dengan lembut, seraya tersenyum. Semoga saja dugaannya kali ini tidak salah.

"Ada yang, kelupaan?" tanya Aliska, ia berdiri dari duduknya.

"Hm, ada," kata Erick, sembari menganggukkan kepalanya. Senyum simpul yang tercipta dari bibirnya, tidak pernah lepas. Ia masih tersenyum menatap Istrinya. Tangannya kini tergerak menggenggam tangan Aliska dengan sayang. Wanita itu kembali menjatuhkan air mata bahagianya, sepertinya Erick sudah tidak marah.

"Apa?"

"Ini," Erick mendekatkan wajahnya pada Aliska, lalu mengecup kedua pipi wanita itu, dan tak lupa dengan puncak kepalanya. Aliska tersipu malu di buat Suaminya, kini. Ia tidak menyangka jika Erick akan balik, dan melakukan hal ini. Hal itu semua di luar otaknya.

"Maaf, yah. Aku udah bentak kamu, semalam. Aku nggak mau ada yang nyentuh milik aku sedikit, pun. Jika sudah berhunungan soal kamu, aku jadi posessif. Mengingat wajah orang asing itu aja, kemarin emosi aku sampai nggak terkontrol,"

Aliska menggangguk paham, Aliska ingin menjelaskan sesuatu pada Erick, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Untuk lebih baiknya, Aliska harus mempertemukan lelaki sesama jenis itu.

"Aku yang harusnya minta maaf, Abang. Aliska udah salah, nggak minta izin dulu sana kamu. Maafin Aliska, yah," Aliska menghamburkan pelukannya pada Erick. Lelaki itu mengusap puncak kepala wanitanya, sembari sesekali mengecup. Menjadikan puncak kepala Aliska, bagai santapannya.

"Udah, ah. Kayak lebaran, aja. Mau ikut ke cafe, nggak?"

Aliska mengernyit heran. "Bukannya, tadi mau ke kampus, yah?

"Bohong doang, Sayang. Yakalin sepagi ini. Lagian juga aku masuknya siang, kok. Mending kamu ikut aku ke cafe. Bentar siang aku anter pulang, terus aku ke kampus," saran Erick. Aliska terlihat menimang-nimang ajakan yang Erick tawarkan. Sepertinya menarik. Aliska mengingat seorang gadis yang pernah meminta maaf kepadanya, dahulu. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di otaknya.

ALRICK 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang