19. Monica Pacar Erick?

1.6K 86 4
                                    

Happy Reading❤

_____

Aliska menatap dengan puas sup buntut, buatannya sendiri. Yah, meski sedikit contekan dari mbah google. Ia tersenyum sembari mengelus perutnya dengan sayang. Pagi-pagi seperti ini, ia sudah berkutat dengan dapur. Namun, di wajahnya juga masih ada sedikit rasa bersalah pada Erick saat mengingat kejadian kemarin. Bahkan Suaminya itu hanya berada sebentar di rumah, lalu keluar lagi dengan Alasan mau mengecek cafe.

Dan hari ini, Aliska tahu jika Erick sedang berada di cafe. Ia menatap sekilas ke arah jam, yang menunjukkan pukul 09.20.

Aliska memasukkan ke dalam rantang makanan, sup buntut yang telah ia coba. Sangat pas rasanya, dan Aliska puas akan hal itu. Setelah selesai, beberapa peralatan masak yang telah di gunakan ia letakkan di westafel, lalu mencucinya. Merapikan ketempatnya semula, tidak lupa juga Aliska mengelap beberapa noda di bagian dapurnya hingga bersih.

Ia menghembuskan nafasnya legah, meski sedikit kerepotan dengan perutnya yang kian hari semakin membesar, tetapi Aliska bisa melakukannya dengan baik. Ia segera bergegas ke kamarnya untuk mengganti baju, dan segera ke cafe.

*****

Di dalam ruangannya, Erick menyandarkan kepalanya di kursi tempat ia duduk, menghembuskan nafasnya gusar. Ia menyesali perbuatannya kemarin, membentak Istrinya dengan sangat keterlaluan. Sungguh, Erick menyesali perbuatannya. Apalagi, mengingat Aliska yang sedang mengandung anaknya, membawanya kemana-mana, tidak pernah mengeluh sama sekali. Bahkan tadi, Erick melakukan kesalahan yang sangat besar pada Istrinya, ia enggan menatap Aliska. Kenapa? Karena Erick tahu jika raut wajah Istrinya saat ini sedang sedih.

Erick memejamkan matanya, sepertinya ia harus pulang dan meminta maaf kepada wanitanya. Sekali lagi, ia menghembuskan nafasnya. Erick mengambil tas yang ia taruh di sofa, lalu menyampirkan di bahu kanannya. Kemudian menutup pintu ruangannya dengan rapat.

Sesekali, senyum terpaksa terpancar di bibirnya, taatkala beberapa karyawan menyapanya. Erick menghentikan langkahnya saat melihat seseorang yang ia kenal, ditarik dengan paksa oleh tiga orang lelaki yang lebih tua darinya. Terlihat dari pakaiannya, sepertinya para lelaki itu adalah suruhan orang.

Erick menghembuskan nafasnya. Masalah apa lagi ini? Kenapa harus di cafe miliknya? Indra pendengaran Erick, menangkap beberapa percakapan dari mereka.

"Kamu harus ikut! Tuan bos, sudah menunggu di rumah!" kata lelaki berkaca mata hitam itu, dengan penuh penekanan. Sementara tangannya sudah mencekal gadis yang ada di hadapannya, dengan kuat.

"Saya nggak mau, ikut. Bilangin sama Papa, saya nggak mau di jodohin!" balas Monica dengan penuh penekanan juga. Iya, dia Monica. Gadis yang pernah menjadi sahabatnya dahulu, sekaligus menjadi tambatan hatinya.

"Pokoknya, kamu harus ikut!" bahkan ia menarik Monica dengan keras. Gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa. Ibarat kucing betina yang di tarik oleh singa jantan.

"LEPASIN, DIA!"

Teriakan seseorang menghentikan kegiatan mereka masing-masing. Pengunjung cafe, kini sedikit mundur kebelakang untuk mengantisipasi, jika ada perkelahian. Monica menolehkan kepalanya, melihat Erick di belakang sedang menggepalkan tangannya. Air mata yang membendung di wajahnya, ia hapus dengan kasar. Melihat kesempatan emas itu, Monica tak tanggung-tanggung menendang aset nenek moyang yang berada di bawah bagian perut lelaki itu, yang mencekal tangannya dengan keras.

ALRICK 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang